Strategi Megawati: Kewaspadaan, Bukan Dendam

Megawati Soekarnoputri


Oleh: Saiful Huda Ems
Lawyer dan Analis Politik

Belakangan, media sosial diramaikan pernyataan Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer (Noel), yang menuding Megawati Soekarnoputri masih menyimpan dendam dan kebencian terhadap Presiden Prabowo Subianto. Alasannya? Instruksi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu kepada kadernya yang menjabat sebagai kepala daerah agar menunda kehadiran mereka dalam Retret Kepala Daerah di Magelang.

Namun, benarkah itu wujud dari dendam? Faktanya, Megawati tidak melarang kadernya hadir, melainkan hanya meminta mereka menunda kepergian. Ada alasan kuat di balik langkah tersebut.

Alasan Rasional di Balik Instruksi Megawati 

Pertama, dasar hukum dari Retret tersebut masih belum jelas, sehingga wajar jika sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati meminta kadernya bersikap hati-hati. Kedua, kewaspadaan itu semakin penting karena ia melihat adanya ketidakadilan terhadap PDIP, khususnya dalam kasus yang menimpa Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. 


Hasto ditahan oleh KPK atas tuduhan yang tidak memiliki bukti keterlibatan langsung dan tanpa adanya kerugian negara yang nyata.

Sebagai seorang pejuang politik yang telah menghadapi berbagai tekanan sejak era Orde Baru,  Megawati tentu lebih sensitif terhadap ketidakadilan. Ia memahami bahwa dinamika politik saat ini berpotensi merugikan PDIP dan kader-kadernya. Oleh sebab itu, instruksinya lebih pada sikap waspada, bukan karena kebencian atau dendam.

Manuver Politik di Balik Kriminalisasi Hasto

Bagi mereka yang mengikuti sejak awal kasus yang menjerat Hasto, pasti menyadari bahwa ia hanyalah target antara. Tujuan akhirnya adalah melemahkan PDIP dan menyingkirkan Megawati dari kepemimpinan partai. Dan siapa dalangnya? 

Besar kemungkinan bukan dari luar, melainkan dari dalam PDIP sendiri—mereka yang pernah berkhianat dan kini berusaha kembali dengan menyingkirkan para tokoh utama, termasuk Bu Mega dan Hasto.


Dalam konteks ini, mudah bagi publik menebak siapa pihak yang berkepentingan dalam melemahkan PDIP. Jawabannya mengarah pada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya, yang kini memiliki kepentingan politik tersendiri.

Megawati Tak Pernah Membalas dengan Kebencian

Oleh karena itu, menuding Megawati Soekarnoputri menyimpan dendam terhadap Prabowo adalah kesalahan besar. Sejarah mencatat bahwa Prabowo bisa kembali ke Indonesia setelah pengasingannya di Yordania justru berkat peran Megawati, yang menjamin kepulangannya. Tanpa itu, Prabowo mungkin masih berstatus buronan hingga saat ini.

Jadi, narasi bahwa Megawati berpolitik dengan kebencian tidak berdasar. Yang ia lakukan adalah strategi kewaspadaan, bukan dendam pribadi. [Benhil Online]
Previous Post Next Post

Contact Form