Kita patut berterima kasih kepada tangan-tangan terampil dari masa lalu yang telah menciptakan Candi Borobudur sebagai mahakarya monumental yang membanggakan bangsa Indonesia. Selain menjadi pusat ibadah Buddha terbesar di dunia, candi ini juga menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa.
Relief di Candi Borobudur, yang mencapai 2.672 panel, dapat dianggap sebagai semacam "arsip kuno" yang penuh dengan kisah dan informasi. Di antara relief tersebut, banyak yang mengabadikan keberagaman hayati Indonesia melalui pahatan berbagai spesies fauna.
Dibangun sekitar tahun 770 Masehi, candi ini menjadi saksi bisu keanekaragaman hayati dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Candi yang berlokasi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini menampilkan 315 individu fauna serta 63 jenis flora yang terpahat pada reliefnya. Dua jenis relief utama, yaitu Lalitavistara dan Karmawibhangga, memiliki kisah tersendiri.
Lalitavistara menggambarkan perjalanan hidup Sang Buddha Sidharta Gautama, sedangkan Karmawibhangga menjelaskan hukum sebab-akibat. Relief-relief ini menghiasi bagian dasar candi yang memiliki enam teras berbentuk bujur sangkar.
Relief fauna di Borobudur tidak hanya menampilkan hewan-hewan sebagai hiasan semata, melainkan menjadi katalog kuno spesies yang pernah hidup di Jawa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Balai Konservasi Borobudur (BKB), relief ini menjadi sumber data berharga terkait keanekaragaman fauna.
Kajian ini dilakukan dengan melibatkan diskusi bersama para ahli fauna dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pakar reptil, mamalia, burung (aves), moluska, dan ikan. Para ahli tersebut menggunakan metode identifikasi jenis berdasarkan morfologi, karakter perilaku, dan fitur psikologis.
Cahyo Rahmadi, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, mengungkapkan hal ini dalam seminar daring bertajuk "Knowledge Sharing di Balik Produksi Borobudur" yang diadakan LIPI.
Hasil pengamatan tim peneliti dari LIPI dan BKB menunjukkan bahwa 61 dari 120 panel cerita pada relief Lalitavistara memiliki pahatan fauna. Setiap panel adalah potongan relief dengan kisah yang saling berhubungan, menjadikan candi ini seperti ensiklopedia visual.
Katalog Spesies pada Relief
Dari hasil identifikasi, ditemukan 52 jenis fauna di mana 47 di antaranya berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies, sementara lima lainnya hingga tingkat famili. Spesies-spesies tersebut termasuk dalam berbagai kelas, seperti ikan (actinopterygii), burung (aves), siput (gastropoda), mamalia, dan reptil.
Penelitian menemukan 4 spesies ikan dari 4 famili, 21 spesies burung dari 15 famili, 1 spesies siput, 23 spesies mamalia dari 18 famili, dan 3 spesies reptil dari 3 famili. Beberapa spesies yang terpahat di relief, antara lain gajah, kijang muncak (Muntiacus muntjak) atau kidang dalam bahasa Jawa, burung jelarang hitam (Ratufa bicolor), pipit (Estrildidae), serta harimau loreng (Panthera tigris).
Menariknya, dari 52 spesies tersebut, hanya satu yang tidak ditemukan di Nusantara pada masa kuno, yaitu singa. Hewan ini dikenal berasal dari India, yang mungkin dimasukkan dalam pahatan karena disebut dalam Kitab Lalitavistara.
Panel dengan jumlah spesies terbanyak menggambarkan kisah Bodhisattva yang menyeberangi Sungai Gangga yang meluap, dengan sembilan jenis fauna terpahat di dalamnya. Sementara itu, fauna yang paling banyak muncul adalah merak hijau (Pavo muticus), yang terlihat di 15 panel.
Cahyo menyatakan kekagumannya pada tingkat detail dan realisme ilustrasi pada relief.
"Para pemahat seolah-olah adalah taksonom, ekologis, etologis, dan ilustrator sains. Mereka mampu menggambarkan spesies secara akurat sesuai habitatnya," ungkapnya. Contohnya, burung dan kera dipahat berada di pohon, sementara buaya terlihat berjemur di tepi sungai.
Kajian ini menegaskan pentingnya memahami makna kehadiran spesies fauna pada relief untuk melengkapi narasi dan menambah nilai edukatif serta sejarah Candi Borobudur. Keberadaan fauna dalam relief ini tidak hanya menampilkan kekayaan hayati masa lalu tetapi juga memberikan gambaran lingkungan kuno Pulau Jawa secara utuh. [Benhil Online]