Oleh: Saiful Huda Ems
Pengacara dan Analis Politik
Masihkah ada yang percaya bahwa pengaruh mantan Presiden Jokowi akan tetap kuat setelah masa jabatannya berakhir? Jika Anda termasuk yang berpendapat demikian, saatnya berpikir ulang.
Pengaruh Jokowi kini benar-benar merosot tajam. Kekuatannya kian menghilang di berbagai sektor, yang berarti ia tak lagi mampu melindungi lingkaran terdekatnya.
Salah satu contoh nyata adalah tindakan Universitas Indonesia (UI) yang baru-baru ini memutuskan untuk menangguhkan gelar doktor Bahlil Lahadia, sosok yang dikenal sebagai pendukung utama kekuasaan Jokowi.
Keputusan ini, sebagaimana diberitakan media-media terkemuka pada Rabu (13/11/2024), menandai titik balik dalam perjuangan melawan praktik yang dianggap melanggar etika dan prinsip moral.
Tindakan UI ini mengikuti jejak protes dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan universitas-universitas besar lainnya yang mengecam tindakan Jokowi yang kerap dianggap merusak tatanan hukum dan demokrasi selama masa jabatannya.
Mengapa gelar doktor Bahlil ditangguhkan? Penyebabnya bisa Anda temukan di laporan resmi UI. Bahlil, yang selama ini menjadi salah satu pilar pendukung Jokowi, kini terkena imbas dari sanksi etika dan moral yang menyeret kredibilitasnya.
Selama ini, Jokowi sering dikritik karena dugaan pelanggaran etika dan moral, dan saat ini giliran para pendukung terdekatnya ikut terkena dampaknya. Bahkan, Jokowi sendiri masih bergulat dengan berbagai tudingan, seperti isu ijazah palsu, yang hingga kini belum mampu ditepis secara tuntas di ranah hukum.
Sanksi yang dijatuhkan UI bukan sekadar simbolis; ini memiliki bobot moral yang sangat besar. Ada beberapa pesan penting dari keputusan ini:
1. Runtuhnya Kredibilitas Bahlil: Penangguhan gelar doktor Bahlil menandai jatuhnya landasan etis yang menopangnya sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
2. Lemahnya Perlindungan Jokowi: Keputusan ini menunjukkan bahwa Jokowi tak lagi mampu melindungi sekutu-sekutunya.
3. Momentum Pembersihan:
Kegagalan Jokowi melindungi Bahlil bisa menjadi awal gerakan yang lebih luas untuk membersihkan lingkaran dekatnya.
4. Inspirasi Gerakan Moral:
Langkah UI ini bisa menginspirasi mahasiswa dan alumni UI untuk mendesak pertanggungjawaban Jokowi atas pelanggaran yang lebih berat selama masa kepemimpinannya.
5. Dampak Politik Meluas:
Gelombang ini bisa menjalar ke Pilkada, terutama calon-calon yang didukung Jokowi. Bobby Nasution, menantu Jokowi, berpotensi terkena imbas pertama. Kasus-kasus korupsinya kemungkinan besar akan menjadi sorotan tajam, begitu pula calon-calon kepala daerah lain yang mendapat dukungan Jokowi.
Sosok seperti Ridwan Kamil di DKI Jakarta dan Komjen Purn. Luthfi di Jawa Tengah, yang selama ini bersandar pada dukungan Jokowi, diprediksi akan menghadapi perlawanan publik yang semakin besar.
Di sisi lain, situasi ini bisa menjadi momentum bagi Partai Gerindra, yang kabarnya merasa kecewa setelah Jokowi memaksa Prabowo memberikan dukungan kepada Luthfi di Pilkada Jateng.
Penangguhan gelar Bahlil oleh UI berpotensi memicu efek bola salju yang akan mempercepat keruntuhan imperium Jokowi. Presiden Prabowo, dalam kondisi seperti ini, diyakini akan muncul lebih percaya diri karena beban politik dari warisan Jokowi tak lagi menahan langkahnya.
Apresiasi yang sebesar-besarnya patut diberikan kepada Universitas Indonesia yang telah menunjukkan keberanian dalam merespons aspirasi publik. Keputusan ini merupakan langkah penting dalam penegakan moral dan etika di ranah politik. Bravo UI! [Benhil Online]