Oleh: Saiful Huda Ems
Advokat, Jurnalis, dan Aktivis '98
Dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan banyak pihak, bayangan kependekaran politik Jokowi mulai runtuh pada penghujung tahun 2024.
Mantan Presiden yang sempat dianggap sebagai sosok politik paling berpengaruh ini ternyata hanyalah sekadar "Makelar Pilkada," tanpa fondasi kekuatan politik yang kokoh.
Keruntuhan ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk pengkhianatan Jokowi terhadap konstitusi, demokrasi, dan Megawati Soekarnoputri sebagai figur sentral PDIP, partai yang telah membesarkan namanya.
Karma politik itu kini membalikkan arah, membuat Jokowi kehilangan banyak pendukung setianya. Berikut adalah tanda-tanda keruntuhan tersebut:
1. Pembelotan Relawan Bravo 5
Relawan Bravo 5, yang dikenal dekat dengan Luhut Binsar Panjaitan (LBP), secara terang-terangan mendukung pasangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta.
Deklarasi ini dilakukan pada Jumat, 15 November 2024, dengan pernyataan tegas bahwa keputusan tersebut merupakan arahan dari LBP.
Padahal, Jokowi secara jelas mendukung Ridwan Kamil dan Siswono. Perpecahan ini menunjukkan hilangnya soliditas di lingkaran pendukung Jokowi.
2. Tamparan Presiden Prabowo di Forum Internasional
Di KTT G20 di Rio de Janeiro, Presiden Prabowo menyebut bahwa 25% anak-anak Indonesia mengalami kelaparan. Pernyataan ini bertolak belakang dengan citra pembangunan infrastruktur yang selama ini dibanggakan Jokowi di kancah internasional.
Di hadapan para pemimpin dunia, ucapan Prabowo ini seakan menjadi kritik tajam dan terang-terangan terhadap pemerintahan Jokowi.
3. Bergabungnya Jokowi dengan FPI
Langkah mengejutkan Jokowi untuk mendekat ke Front Pembela Islam (FPI) menunjukkan keputusasaan politiknya. Bergabungnya Jokowi dengan kelompok yang secara ideologis sering berseberangan dengannya adalah bukti nyata bahwa ia mulai kehilangan dukungan hingga terpaksa mencari aliansi baru.
4. Kontroversi Maruar Sirait
Maruar Sirait, Menteri Perumahan dan Permukiman, memicu polemik dengan hanya memasang foto Presiden Prabowo, tanpa foto Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Hal ini dianggap sebagai sinyal bahwa loyalitas Maruar kini beralih ke Prabowo, bukan lagi kepada Jokowi.
5. Serangan Gerindra di Akhir Jabatan Jokowi
Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, pada 21 September 2024, secara terbuka meminta Jokowi menghentikan ekspor pasir laut, yang dianggap merugikan masyarakat.
Baca juga: Jokowi dan Tantangan Demokrasi Indonesia
Ketegangan ini semakin memuncak ketika Jokowi meminta Presiden Prabowo menjadi juru kampanye untuk pasangan calon di Pilkada Jateng, yang dianggap merendahkan martabat Prabowo.
6. Kesalahan Fatal Para Kandidat Dukungan Jokowi
Banyak kandidat kepala daerah yang didukung Jokowi justru tersandung skandal:
- DKI Jakarta: Siswono menghina umat Islam dengan pernyataan kontroversial, sementara Ridwan Kamil dianggap melecehkan perempuan.
- Jawa Tengah: Kedekatan Komjen (Purn) Luthfi dengan Sambo menjadi sorotan negatif, ditambah insiden memalukan saat giginya copot di debat publik.
- Sumatera Utara: Bobby Nasution terseret kasus perusakan cagar budaya dan skandal perselingkuhan.
-
Jawa Timur: Khofifah terkena dugaan korupsi berjamaah di DPRD Jatim.
Kesimpulan: Runtuhnya Kepemimpinan Jokowi
Setelah lengser dari jabatan Presiden, Jokowi gagal mempertahankan pengaruh politiknya. Dari seorang pemimpin nasional, ia kini terjebak dalam peran sebagai makelar politik yang mulai kehilangan pendukung.
Jika skandal dan pembelotan ini terus berlanjut, Jokowi terancam semakin terpuruk, bahkan keluarganya pun bisa ikut terseret. Semoga ini menjadi momen refleksi bagi Jokowi untuk kembali kepada nilai-nilai yang lebih luhur. [Benhil Online]