Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 akan menyuguhkan pengalaman baru dengan penyelenggaraan yang tak biasa, yakni dilaksanakan di dua provinsi sekaligus, Aceh dan Sumatra Utara, pada 9-20 September 2024. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah PON sejak 1948, di mana dua provinsi menjadi tuan rumah bersama.
Sebanyak 12.919 atlet dari 38 provinsi, termasuk perwakilan Ibu Kota Nusantara (IKN), akan berlaga dalam 46 cabang olahraga (cabor) di 20 kabupaten/kota di kedua provinsi tersebut.
Namun, salah satu cabang olahraga yang paling menarik perhatian adalah woodball, yang meskipun masih menjadi cabor ekshibisi, memberikan nuansa segar dalam ajang olahraga terbesar di Indonesia ini.
Pertandingan woodball PON 2024 akan berlangsung di lapangan golf Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, dengan tujuh nomor yang dipertandingkan: single stroke, double stroke, dan fairways, baik untuk kategori putra-putri, ganda, maupun campuran. Sebanyak 114 atlet dari 16 provinsi akan memperebutkan medali dalam cabor yang masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia ini.
Woodball, yang pertama kali diciptakan oleh Ming Hui Weng asal Taiwan pada 1990, terinspirasi dari keinginan untuk menciptakan olahraga yang menggunakan lapangan rumput, bola kecil, dan peralatan yang terjangkau.
Setelah dua tahun eksperimen, Weng berhasil menciptakan olahraga yang tidak memerlukan bola terbang, namun tetap menantang, yang akhirnya dikenal dengan nama woodball. Olahraga ini kini telah berkembang di 68 negara, termasuk Indonesia yang mulai mengenalnya pada 2002.
Permainan woodball sekilas mirip dengan golf, yaitu memukul bola dengan alat pemukul, tetapi perbedaannya terletak pada bahan yang digunakan.
Semua peralatan woodball, termasuk bola kayu dengan diameter 9,5 cm dan berat antara 60 hingga 350 gram, serta alat pemukul berbentuk mallet, terbuat dari kayu solid. Pemukul yang berbentuk mirip palu ini memiliki panjang sekitar 90 cm dan berat hampir 1 kg.
Tujuan dari permainan ini adalah memukul bola hingga melewati gawang yang terbuat dari dua botol kayu sebagai penopangnya, dengan tonggak yang tertanam sekitar 15 cm di tanah. Woodball dapat dimainkan dalam format individu, ganda, atau beregu dengan 4 hingga 6 pemain.
Terdapat dua jenis kompetisi dalam woodball: stroke, yang mengutamakan jumlah pukulan, di mana pemenangnya adalah yang melakukan pukulan paling sedikit, dan fairways, yang lebih fokus pada lintasan, dengan pemain yang menguasai lintasan terbanyak akan memperoleh poin terbanyak.
Baca juga: Efendi Ungkap Latar Belakang Pengunduran Diri Lucky Hakim dari Posisi Wakil Bupati Indramayu
Walaupun tergolong cabor baru di Indonesia, woodball telah meraih sejumlah prestasi di tingkat internasional.
Di Asian Beach Games 2016 di Da Nang, Vietnam, atlet Indonesia Ahris Sumariyanto berhasil meraih medali emas, sementara pada Taiwan International Cup 2023, Indonesia kembali mengukir prestasi dengan meraih emas dan perak.
I Gusti Ayu Putu Nanda Santhika dan Nur Alia meraih emas di nomor double stroke putri, sementara AA Nyoman Rama Smara Kencana Raja dan Ivan Zakaria Bimantara meraih perak di nomor double stroke putra. Puncaknya, Ivan Zakaria sukses meraih emas di nomor single fairways putra pada Piala Dunia Woodball Pantai 2023 di Malaysia.
Ketua Umum Indonesia Woodball Association (IWbA), Aang Sunardji, menekankan bahwa keikutsertaan woodball dalam PON 2024 adalah langkah penting untuk memajukan olahraga ini dan menemukan bibit-bibit atlet terbaik di seluruh Indonesia. Ia juga mencatat bahwa atlet woodball kini sudah tersebar di berbagai provinsi, tidak hanya terfokus di daerah tertentu.
Nurhasanah, Technical Delegate woodball PON 2024, mengungkapkan bahwa PON kali ini merupakan ajang penting bagi atlet woodball untuk mengasah kemampuan dan meraih prestasi.
"PON 2024 adalah kesempatan besar untuk para atlet menunjukkan kemampuan terbaik dan memajukan woodball di Indonesia," ujar Nurhasanah.
Target selanjutnya adalah memasukkan woodball sebagai cabang yang dipertandingkan di SEA Games 2025 yang akan diadakan di Bangkok, Thailand. Komite Olimpiade Indonesia (KOI) berencana mendorong Federasi SEA Games (SEAGF) agar olahraga ini bisa dipertandingkan, meskipun keputusan final masih harus menunggu persetujuan dari semua anggota SEAGF pada rapat akhir Desember 2024. [Benhil Online]