Oleh: Saiful Huda Ems
Lawyer dan Pengamat Politik
Pemilihan calon gubernur (Cagub) Jawa Tengah semakin panas, dengan pertarungan sengit antara Jenderal Purnawirawan Andika Perkasa dari TNI dan Komjen Purnawirawan Luthfi dari Polri.
Bagi saya, ini bukan sekadar pertarungan antara dua tokoh, tetapi juga melibatkan konfrontasi ideologis yang lebih besar. Ini adalah pertarungan antara dua kekuatan besar: yang pro terhadap kedaulatan rakyat dan yang mendukung serta memperkuat kekuatan oligarki yang mendominasi.
Andika Perkasa, dengan dukungan yang terus menguat, bersama Hendrar Prihadi, kini semakin meninggalkan rivalnya Luthfi dan Taj Yasin. Bahkan, posisi mereka mulai mengganggu ketenangan Presiden Jokowi, yang tampaknya terpaksa berulang kali datang ke Solo dan Jakarta, dengan alasan mengunjungi cucu, sambil berusaha mempengaruhi Presiden Prabowo dan memberi arahan kepada Wakil Presiden Gibran yang dianggap belum memahami manajemen negara.
Jokowi dan koalisi KIM Plus tampaknya melupakan satu hal penting: Jawa Tengah adalah kandang banteng terbesar di Indonesia, basis kuat bagi PDI Perjuangan dan ideologi Marhaenisme yang diwariskan oleh Bung Karno.
Masyarakat Jawa Tengah dikenal sangat kritis terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Mereka sangat sadar bahwa kedaulatan harus ada di tangan rakyat, bukan kelompok oligarki yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.
Namun, Jokowi dan KIM Plus tampaknya lebih fokus pada pencalonan Luthfi, yang didukung oleh banyak kalangan, meskipun latar belakang polisi dan reputasi buruk institusi kepolisian, yang banyak dihantui oleh oknum-oknum pelanggar hukum.
Luthfi, yang terus keliling kampanye, justru semakin banyak dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah sebagai mantan polisi. Ini justru menyebabkan banyak orang yang mulai menjauh dari pilihannya.
Sementara itu, Andika Perkasa, sebagai mantan Panglima TNI, merupakan tokoh yang semakin digemari di Jawa Tengah. Keberadaannya mengingatkan masyarakat akan sosok kepahlawanan dan ketegasan, yang tentu saja sangat dihormati oleh warga, terutama dari kalangan etnis Jawa.
Andika menjadi simbol kekuatan dan kedisiplinan militer yang dianggap mampu membawa perubahan besar bagi kemajuan daerah.
Di sisi lain, Presiden Prabowo, yang memiliki latar belakang militer, menghadapi dilema besar.
Andhika Perkasa, yang lahir dan dibesarkan di TNI, merupakan sosok yang ideal untuk memimpin Jawa Tengah, tetapi berada di sisi yang berseberangan dengan partainya, PDIP.
Luthfi, yang didukung oleh koalisi partai-partai, memiliki latar belakang polisi, sebuah hal yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan serius mengingat banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan oknum-oknum polisi di tanah air.
Namun, Jokowi tampaknya memiliki keahlian dalam melobi dan memberikan tekanan yang kuat terhadap Prabowo.
Dengan kemampuan berbicara yang lihai dan tak jarang menggunakan strategi tekanan politik, Jokowi akhirnya berhasil membuat Prabowo mengumumkan dukungannya pada Luthfi.
Di tengah segala permainan politik ini, ada satu hal yang semakin jelas: Jokowi kini tidak lagi memiliki pengaruh yang sama seperti dulu. Kekuasaan yang dia miliki selama ini mulai terkikis, terutama dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengetahui berbagai kebohongan dan manipulasi yang terjadi selama masa pemerintahannya.
Jokowi kini hanya memiliki banyak rahasia yang bisa saja dibongkar kapan saja oleh mereka yang berkuasa.
Oleh karena itu, warga Jawa Tengah harus lebih bijaksana dalam memilih calon pemimpin mereka. Mereka harus sadar bahwa dukungan kepada tokoh yang didukung oleh kekuatan oligarki akan semakin memperburuk keadaan, sementara pilihan kepada Andhika Perkasa bisa menjadi simbol kebebasan politik yang benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat.
Warga Jawa Tengah harus berani memilih calon yang benar-benar berasal dari rakyat, bukan mereka yang terlibat dalam jaringan kekuasaan oligarki.
Perubahan yang terjadi di Jawa Tengah ini juga bisa menjadi gambaran bagaimana masyarakat harus lebih tegas dan kritis dalam memilih pemimpin, seiring dengan berkurangnya dukungan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam sistem yang sudah usang. Jawa Tengah berpotensi besar untuk bangkit dan menciptakan perubahan positif yang membawa kesejahteraan bagi warganya.
Penting bagi masyarakat Jawa Tengah untuk mendukung Andhika Perkasa, karena ini bukan hanya soal pemilihan gubernur, tetapi juga soal mengambil kembali kendali atas masa depan politik daerah mereka.
Dengan kemenangan Andika Perkasa, Jawa Tengah bisa menjadi model bagi daerah lainnya untuk mengutamakan kedaulatan rakyat dan menanggalkan kekuatan oligarki yang selama ini menguasai politik Indonesia! [Benhil Online]