Pegunungan Papua menyimpan banyak kekayaan alam yang unik dan menarik, salah satunya adalah udang selingkuh. Hidup di sungai-sungai yang mengalir di ketinggian 1.650-1.750 meter di atas permukaan laut, udang ini memukau dengan penampilannya yang unik. Meskipun memiliki tubuh seperti udang, udang selingkuh memiliki sepasang capit mirip kepiting, menjadikannya berbeda dari jenis udang lainnya.
Cangkangnya lebih keras dibandingkan udang biasa, dan warna tubuhnya cenderung hitam kebiruan. Secara teknis, udang ini merupakan lobster air tawar (freshwater crayfish) atau dikenal sebagai udang karang, meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan lobster laut. Nama "udang selingkuh" diberikan oleh masyarakat setempat karena bentuknya yang seolah-olah 'berselingkuh' antara udang dan kepiting.
Udang ini ditemukan di habitat alaminya seperti Sungai Baliem di Wamena, Papua Pegunungan, serta beberapa danau seperti Danau Habema, Paniai, Tage, dan Tigi. Secara ilmiah, ia tergolong dalam genus Cherax sp., dan spesies yang umum dijumpai di kawasan ini adalah Cherax monticola. Selain itu, ada pula Cherax lorenzi yang hidup di bagian barat Pegunungan Papua hingga Sungai Lorentz.
Habitat udang selingkuh terbatas pada sungai, danau, atau rawa di dataran tinggi Papua. Menurut penelitian dari Hendri S. Lekatompessy dan Gretha W. Da Costa pada 2019, persebaran udang Cherax bersifat endemik, hanya ditemukan di wilayah-wilayah tertentu. Ekspedisi penelitian pada 2019 oleh Balai Arkeologi Papua menemukan varian lain di Gua Tobece, Wamena, dengan ukuran lebih kecil dan tubuh transparan.
Bagi masyarakat Suku Dani, udang selingkuh adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka menangkap udang ini dengan tangan kosong atau menggunakan jaring tradisional dari anyaman kulit kayu melinjo. Hasil tangkapan ini kerap diolah menjadi sajian lezat di berbagai rumah makan di Wamena, menjadikan udang selingkuh sebagai primadona kuliner lokal.
Citarasa udang selingkuh khas dan menggugah selera. Tekstur dagingnya padat, lembut, dan berserat seperti lobster, dengan rasa gurih manis yang cocok dipadukan dengan berbagai bumbu. Masakan berbahan udang selingkuh umumnya tidak memerlukan banyak bumbu karena rasa alami dagingnya sudah lezat.
Olahan favorit termasuk udang saus tiram, lada hitam, hingga saus padang. Udang ini bisa dimasak dengan cara direbus atau dibakar, menambah variasi kelezatan kulinernya.
Selain nikmat, udang selingkuh juga kaya akan nutrisi. Kandungan kalsium, protein, selenium, fosfor, magnesium, sodium, dan zinc di dalamnya menjadikannya sumber gizi yang baik.
Dengan kalori yang rendah, sekitar 106 kalori per 100 gram, udang ini juga cocok untuk menu diet sehat.
Untuk menjaga kelestarian udang selingkuh, Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya mengembangkan teknologi budidaya yang terintegrasi di Tatelu, Sulawesi Utara.
Harapannya, udang khas Papua ini tidak hanya lestari, tapi juga menjadi komoditas ekonomi unggulan di masa depan.
Dengan inovasi ini, udang selingkuh bisa menjadi andalan baru sektor perikanan budi daya di Papua, meningkatkan potensi ekonomi dan memperkenalkan lebih luas lagi keunikan fauna Papua. [Benhil Online]