Gegap gempita masyarakat menyambut perjuangan timnas (tim nasional) Indonesia untuk menggapai Piala Dunia (Pildun) 2026. Seorang netizen menyebut kalau di negara maju judi memajukan olahraga.
Timnas yang berjuluk Garuda itu baru saja ditahan oleh Bahrain 2-2 pada pertandingan yang janggal. Tidak hanya penggemar bola dalam negeri, penonton bola dunia juga menganggap kalau timnas kita dicurangi pada laga tanggal 10 Oktober 2024 itu.
Kesalahan utama terletak pada wasit yang pemimpin laga tersebut Ahmed Al-Kaf yang seharusnya meniup peluit pada saat perpanjangan waktu 90+6. Namun hingga waktu telah berakhir, pemimpin pertandingan dari Oman (yang merupakan negara tetangga Bahrain) itu tidak melakukan tugasnya.
Alhasil pada menit 90+9. Bahrain berhasil menjebol gawang timnas Indonesia setelah mendapat umpan tendangan pojok.
Laga antara Indonesia dan Bahrain sendiri merupakan pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Pildun 2026.
Meski begitu, semangat timnas dan masyarakat Indonesia yang berharap besar agar timnas bisa lolos ke ajang tingkat dunia setiap empat tahun itu tidak pernah pudar dan justru semakin menyala-nyala.
Di tengah gegap gempita masyarakat yang menaruh harapan besar terhadap olah raga sepak bola, seorang netizen bernama Bayu Anggora menulis tentang judi (khususnya online) yang dikaitkan dengan sepak bola.
'Di negara maju, judi online itu diregulasi dengan baik, menjadi sponsor olahraga, berkontribusi bagi negara. Di negara munafik, judi online dikuasai mafia, pura-pura dibasmi oleh pejabat negara, padahal itu cawe-cawe belaka,' tulisnya.
Pernyataan itu tentu saja tidak populer karena judi bertentangan dengan keyakinan mayoritas di Indonesia sehingga kurang mendapat respon dari netizen meski mengandung kebenaran.
SDSB Berjaya
Sebenarnya yang disampaikan netizen itu tidak salah karena olaraga di negara kita pernah didukung oleh judi.
Sebelum tahun 1990'an di Indonesia terdapat taruhan yang hasilnya digunakan sumbangan olah raga nasional bernama SDSB (sumbangan dermawan sosial berhadiah). Negara mendapat pajak yang besar dari ajang taruhan tersebut.
Taruhan yang merupakan tebak angka itu sering memberi sumbangan pada cabang olahraga paling populer, yakni sepak bola dan tinju.
Saat itu dukungan SDSB menjadikan prestasi dunia olahraga nasional menjadi jauh lebih baik karena mampu menjamin dan mensejahterakan kehidupan semua pihak (atlet, pelatih, staff, dan lain-lain).
Namun memasuki akhir 1980'an, SDSB dilarang karena dianggap merusak moral dan bertentangan dengan agama mayoritas di sini. Tanpa SDSB, olahraga Tanah Air mulai mengalami kemunduran dan banyak atlet hidup merana setelah gantung sepatu.
Padahal negara-negara maju dan kaya, seperti China, Amerika Serikat, Australia, dan lain-lain, telah melegalkan taruhan olahraga karena sangat menguntungkan. Negara tetangga, Malaysia juga membuka usaha judi di Genting, Pahang.
Perlu diketahui, hingga saat ini pihak-pihak yang dulu melarang SDSB dengan keras nyatanya tidak bisa memberikan alternatif sebuah usaha yang Mampu mendukung kemajuan olahraga nasional. [Benhil]