Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi peristiwa tragis pencabulan anak yang terjadi di panti asuhan Darussalam An'nur Tangerang. Netizen menyebut pernyataan itu untuk membela diri.
Kasus yang terjadi di panti yang berlokasi di Kunciran Indah, Pinang, Kota Tangerang itu menjadi perhatian publik karena pemiliknya, Sudirman atau sering disebut Abi Sudirman (49 tahun), adalah sosok yang religius dan aktif berdakwah di media sosial (medsos).
Sudirman bersama dua orang, yakni Yandi Supriyadi (29 tahun) yang masih buron dan Yusuf (30 tahun) yang merupakan pengurus panti asuhan, menjadi tersangka pelaku pencabulan 25 anak laki-laki di bawah umur di panti tersebut.
Atas perbuatan bejat itu, Ketua Umum MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menyatakan pihaknya telah berupaya menangani kasus ini secara langsung. Ia juga menegaskan bahwa Sudirman bukanlah pengurus MUI, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Saya sudah melakukan pengecekan di lapangan, [Abi Sudirman] bukan pengurus MUI," ujarnya seperti dikutip dari disway.id
Organisasi massa (ormas) itu juga mengaku memberikan pendampingan kepada korban perbuatan mengerikan itu.
"Kami terlibat langsung dalam penanganan korban. Tim dari daerah yang bertugas di sini," ujar Cholil Nafis.
Mengenai jumlah korban perbuatan rudapaksa itu, pendamping korban sekaligus salah satu donatur yayasan, Dean Desvi mengatakan korban terus bertambah hingga mencapai 25 orang. Menurutnya, para korban itu tidak semua yatim piatu, ada juga yang mempunyai orang tua dari kalangan tidak mampu.
MUI Cek Lapangan?
Saat pernyataan MUI tentang panti asuhan di Tangerang itu muncul di medsos, netizen menanggapinya dengan tidak yakin.
'Kesannya membela diri terhadap perbuatan bejat predator anak,' tulis seorang netizen.
'Bagaimana MUI melakukan cek lapangan? Itu kan organisasi paguyuban yang tanpa audit,' tulis yang lain.
'MUI hanya ribut saat paskibraka kelihatan rambut,' yang lain menambahkan.
Perbuatan rudapaksa tragis yang dilakukan para predator anak di panti asuhan Darussalam An'nur Tangerang adalah kasus ke sekian dari begitu banyak kasus yang dilakukan di dalam lingkungan agama. Namun hingga kini MUI tidak pernah menganggapnya menjadi masalah serius yang mengancam masa depan generasi muda Tanah Air.
Butuh berapa banyak korban lagi agar kasus itu segera dihentikan? [Benhil]