Ikan lencam babi dikenal dengan fisik yang unik, bibir tebal dan lebar yang membuatnya terlihat 'seksi'. Tubuhnya pipih dan lebar, dan punya nama beragam di berbagai daerah. Di Halmahera disebut Butila, ada juga yang menamainya Sikuda, Drapapa, Matahari, atau Ramin. Namun, secara umum ikan ini dikenal sebagai lencam babi atau Emperor.
Nama-nama berbeda ini menunjukkan popularitas ikan ini di kalangan pecinta kuliner dan nelayan tradisional. Ikan lencam babi menjadi salah satu hasil tangkapan favorit di lautan Nusantara. Para pemancing profesional juga memburunya, dengan lokasi andalan di perairan karang Kepulauan Seribu dan Banten (Pulau Sangiyang).
Di kawasan tersebut, ikan lencam babi sering kali menjadi sasaran 'strike' bersama ikan karang lainnya, seperti kerapu. Ikan ini cenderung memilih habitat di perairan dangkal dengan dasar pasir dan kedalaman tidak lebih dari 50 meter.
Habitat ikan lencam babi tersebar luas di Indonesia, mulai dari perairan Karang Suak Seumaseh di Meulaboh, Aceh, hingga Maluku, Lombok, dan Bangka. Bahkan, secara global, ikan ini dapat ditemukan di sekitar Teluk Benggala, Laut China Selatan, perairan tropis Australia, hingga pantai-pantai tropis di Amerika dan Afrika Selatan.
Ciri-Ciri Unik Lencam Babi
Secara morfologi, lencam babi memiliki tubuh pipih dan lebar, dengan mulut runcing serta bibir tebal. FAO mendeskripsikan bentuk tubuhnya yang agak tinggi dan pipih, dengan lengkungan kepala hampir lurus dari atas ke mata. Dari mata ke pangkal sirip punggung agak cembung, sementara sirip ekornya berlekuk. Kepala dan tubuh bagian atas berwarna hijau kecokelatan, dengan bagian bawah yang lebih terang. Siripnya memiliki bercak putih, kuning, atau merah muda. Sirip punggung berwarna putih dengan garis jingga kemerahan, sedangkan sirip anal berujung putih atau jingga. Di belakang operkulum dan dekat sirip dada terdapat garis merah. Panjangnya bisa mencapai hingga 1 meter.
Sebagai predator karnivora di dasar laut (bottom feeders), ikan ini mampu tumbuh besar hingga 100 cm. Makanan utamanya meliputi kepiting, udang, cumi-cumi, dan gurita kecil yang banyak hidup di perairan dangkal.
Uniknya, lencam babi adalah hemafrodit protogini, artinya ia mampu mengubah jenis kelamin dari betina menjadi jantan ketika panjang tubuhnya mencapai sekitar 33 cm. Dalam setahun, lencam babi biasanya melakukan pemijahan dua kali, umumnya pada bulan Februari dan November.
Lezatnya Olahan Lencam Babi di Berbagai Daerah
Dengan nama Latin Lethrinidae, lencam babi sudah lama menjadi favorit di meja makan, baik di Indonesia maupun mancanegara. Dagingnya yang lembut dan seratnya halus menyerupai daging ayam membuatnya begitu digemari. Di banyak restoran seafood ternama di Jakarta dan kota besar lainnya, hidangan ikan ini selalu dicari.
Cara memasaknya pun bervariasi. Ada yang memilih gulai dengan kuah bumbu kuning kaya rempah, ada juga yang mengolahnya dengan digoreng kering atau dibakar. Keistimewaan rasa dari dagingnya membuat banyak orang menyukai bagian kepala dan bibirnya.
Setiap daerah memiliki cara unik dalam mengolah ikan lencam babi ini. Misalnya, di beberapa daerah, bumbu gulai bisa berbeda dengan tambahan rempah khas lokal yang memberi cita rasa unik. Di tempat lain, olahan ikan lencam lebih populer dengan cara digoreng atau dibakar yang tetap menggugah selera.
Populasi yang Terancam
Sayangnya, populasi ikan lencam babi kini terancam, bersama dengan sekitar 100 spesies lain seperti kakap dan kerapu. Berdasarkan data dari The Nature Conservancy (TNC), jumlah ikan ini yang memiliki bentuk normal hanya tinggal sekitar 20 persen.
Penurunan populasi ini disebabkan oleh penangkapan ikan usia muda yang belum matang secara reproduksi.
Keberlanjutan populasi ikan di perairan Indonesia menjadi isu krusial, mengingat Indonesia mengekspor sekitar 15 ribu ton ikan setiap tahunnya. Tanpa upaya konservasi yang serius, kelestarian spesies seperti lencam babi mungkin semakin sulit dipertahankan. [Benhil Online]