Cahaya Kerang Peterongan Semarang, Makin Nikmat dengan Teriakan Penjualnya

Hidangan Cahaya Kerang

Setiap datang ke warung makan, tentu kita mengharapkan pelayanan yang ramah dan sopan. Namun di Cahaya Kerang pembeli justru merasa lebih akrab kalau penjualnya melayani dengan suara keras atau berteriak.

Tempat makan berkonsep warung tenda itu buka dari jam 17.00 sampai habis dan selalu ramai didatangi pencinta kuliner sea food atau makanan laut, seperti kerang, kepiting, udang, cumi, dan lain-lain.

"Kalau hari biasa, jam sembilan atau sepuluh malam sudah habis. Kalau akhir pekan jam delapan sudah habis," ujar ibu penjual yang bertugas sebagai pencatat menu sekaligus kasir kepada Benhil pada Sabtu, 5 Oktober 2024.

Cahaya Kerang

Dia menambahkan informasi kalau tentang hari libur.

"Senin libur ya! Silakan dicoba menu yang masih tersedia!" ucapnya dengan nada setengah berteriak.

Baik pembeli yang akan pesan dan yang sedang makan menanggapi dengan senyum kebiasaan perempuan berusia sekitar 30'an tahun itu. 

Beberapa pembeli menirukan teriakan penjual itu pertanda dia sudah sering datang ke warung yang terletak di jalan Wonodri Baru Raya atau tepatnya di depan Pasar Peterongan, Semarang itu.

Rasa Resto Harga Warung

Benhil mencoba menu mix seafood ditambah nasi dan jeruk hangat, serta cha kangkung untuk melengkapi rasa. Hidangan sebanyak itu hanya dibanderol Rp 50.000,-. 

Di restoran, harga menu seperti itu bisa dua atau tiga kali lipat. 

Saat menikmati masakan, beberapa orang datang dan membeli untuk dibawa pulang. Beberapa lagi membeli untuk makan di tempat, tapi karena mejanya sudah penuh oleh tamu, maka mereka menunggu meja yang kosong.

Kebanyakan yang datang adalah pasangan muda-mudi, hanya satu dua orang yang berusia di atas 40 tahun. Mungkin segmen warung Cahaya Kerang adalah kelas menengah ke bawah. Seperti yang disampaikan Fitri (27 tahun).

"Kalau ingin menu seafood kami pasti datang ke sini," ujarnya.

Perempuan yang datang dengan pasangannya itu tampak lihai membuka kerang dan memecah kulit kepiting yang direndam saus asam manis. Lalu meletakan irisan daging itu di atas nasi putih hangat, untuk kemudian mengambilnya dan menyuapkan ke mulutnya.

Saat mulutnya mengunyah dengan nikmat, tangannya sudah sibuk memilih kerang lagi. 

Setelah selesai makan, Benhil meninggalkan tempat kuliner itu sembari melambai pada ibu penjualnya.

"Terima kasih atas kedatangannya dan hati-hati di jalan!" ucap penjual itu sambil berteriak dan disertai senyum ramah.


Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form