Ribuan warga dari berbagai daerah di Jawa Barat berkumpul di Keraton Kasepuhan Cirebon pada Senin malam untuk menyaksikan prosesi megah Pelal Agung Panjang Jimat. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah, sebuah tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak masa Syekh Sunan Gunung Jati.
Bagi masyarakat, tradisi ini memiliki makna spiritual yang mendalam dan simbolis dalam kehidupan sehari-hari.
Pelal Agung Panjang Jimat menjadi puncak dari rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan.
Ribuan warga dengan penuh antusias memadati halaman keraton, ingin merasakan langsung nuansa sakral dari tradisi bersejarah ini.
Prosesi dimulai dengan pawai alegoris yang dipimpin oleh Patih Sepuh dan para abdi dalem Keraton Kasepuhan. Pawai tersebut menggambarkan suasana persiapan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebuah momen yang dianggap sebagai keajaiban besar bagi umat Islam.
Makna "Pelal Ageng" merujuk pada malam istimewa yang penuh berkah, yaitu malam kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sementara, "Panjang" mengacu pada piring pusaka berbentuk bundar besar yang dipercayai berasal dari seorang pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Siangkup.
Adapun "Jimat" merujuk pada nasi khusus yang diolah dengan penuh penghormatan, di mana setiap butir beras dikupas satu per satu sambil mengucap selawat kepada Nabi. Piring Panjang Jimat ini kemudian dibawa oleh para abdi dalem menuju Langgar Alit, tempat diadakannya pembacaan Kitab Barzanji.
Pelaksanaan Pelal Agung Panjang Jimat diawali dengan doa tawassul yang dilakukan di Bangsal Prabayaksa. Selanjutnya, Patih sepuh PRA Goemelar Soeryadiningrat mengenakan jubah Nabi dan memimpin iring-iringan pawai menuju Langgar Alit yang berada di dalam kompleks keraton.
Dalam sambutannya, Patih sepuh PRA Goemelar Soeryadiningrat, menegaskan bahwa tradisi Pelal Agung Panjang Jimat merupakan warisan leluhur yang terus dilestarikan oleh keluarga keraton hingga saat ini.
Menurutnya, peringatan Maulid Nabi tahun ini membawa pesan khusus tentang pentingnya peran seorang pemimpin.
"Seorang pemimpin, harus mampu melindungi dan menyejahterakan masyarakatnya," katanya.
Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga sarat makna akan keteladanan Nabi Muhammad SAW yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi seluruh umat, terutama para pemimpin, dalam menjalankan tanggung jawabnya. [Benhil Online]