Kontroversi orang yang mengaku habib atau habib palsu masih berlangsung di sini. Ternyata modus itu sudah terjadi di Turki abad ke-15.
Masyarakat di media sosial (medsos) masih sering mengulas tentang kontoversi mereka yang mengaku habib dan menganggap nasab keturunan langsung Nabi Muhammad.
Bahkan hal itu menjadi kontroversi antar ormas (organisasi masyarakat) di mana 2 ormas besar di Indonesia berbeda pendapat tantang hal itu. NU (Nahdlatul Ulama) mengakui keistimewaan habib, sedangkan Muhammadiyah tidak menganggap demikian.
Masyarakat yang tidak simpati dengan peran habib di Nusantara (yang dulu dianggap kaki tangan Kolonial Belanda karena didatangkan langsung dari Yaman) lebih setuju pada Muhammadiyah.
Turki Utsmani
Seorang netizen yang enggan disebutkan namanya menerangkan kalau kontroversi orang yang mengaku habib dan jual beli gelar habib sudah terjadi sejak masa Turki Utsmani pada abad-15.
Saat itu tujuan pengakuan itu adalah untuk mendapat keringanan pajak dan menaikan status sosial, sedangkan jumlahnya sekitar 300 ribu. Jadi saat ini keturunannya telah mencapai jutaan orang yang tersebar di seluruh dunia.
Apakah mereka yang mengaku bernasab keturunan nabi itu masih mendapat keistimewaan atau privilege? Jawabnya, tergantung di mana mereka tinggal. Ada beberapa daerah yang mengistimewakan mereka dan ada juga yang menganggap hal itu tidak penting.
Karena abad 15 belum ada tes DNA, menurut netizen itu, maka bisa dipastikan keasliannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya saat sekarang teknologi sudah maju, baru ketahuan kalau mereka tidak keturunan langsung dengan Muhammad, seperti contohnya nama Shihab yang lebih banyak darah India dan Ja'far yang lebih banyak darah Inggris.
Kontroversi habib tersebut kalau semakin dicermati sebenarnya semakin memalukan, terutama bagi umat tersebut.
Tentu saja pernyataan itu mendapat banyak komentar dari netizen.
'Keturunan siapa pun tidak ada istimewanya, kecuali berguna bagi umat manusia,' tulis seorang netizen.
'Kalau sudah merasa Arab memang sudah merasa istimewa,' tulis yang lain.
'Kalau yang anarkis itu keturunannya siapa?' yang lain menambahkan.
Tampaknya kontroversi habib palsu ini masih akan tetap berlangsung dan justru menjadi isu kontra produktif baik bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. [Benhil]