Saat ini sedang viral sebuah video beberapa orang berseragam Aparatur Sipil Negara (ASN) di dalam mobil membeli bahan bakar minyak (BBM) sambil bersikap melecehkan petugas SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum).
Jika dibandngkan dengan ASN, kesejahteraan operator SPBU sangat jauh. Namun hal itu bukan menjadi alasan bagi mereka untuk tidak menghormati petugas bagian pengisian BBM tersebut.
Para ASN itu tertawa-tawa ke arah operator SPBU sambil meminta mengisi mobil mereka dengan bahan bakar pertalite sebesar Rp 10 ribu. Tentu saja petugas itu tetap melayani tapi mimik mukanya kebingungan.
Bukannya menjelaskan dengan sopan, para ASN tersebut malah tertawa semakin keras melihat petugas yang bingung itu.
Saat video itu diunggah oleh akun @awramee, banyak netizen yang gemas dengan sikap sekelompok ASN itu yang dianggap bersikap melecehkan petugas SPBU yang melayani dengan sopan.
'Tidak mencerminkan pegawai yang melayani rakyat,' tulis seorang netizen.
'Niat mereka sebenarnya memang mau ngerjain [petugas SPBU].' tulis yang lain.
'Ujung-ujungnya pasti minta maaf,' yang lain menambahkan.
Benar saja, sehari setelah viral, muncul permintaan maaf dari para ASN itu.
Gaji Minim, Rentan Dipecat
Benhil mencoba mengumpulkan dari beberapa sumber bagaimana kesejahteraan petugas rekanan Pertamina itu. Kenapa mereka selama ini sering menjadi obyek pelecehan oleh masyarakat.
Meski menyandang status sebagai bagian dari BUMN (Badan Usaha Milik Nagara) namun sebenarnya operator SPBU bekerja pada pengusaha rekanan Pertamina.
Besaran gaji yang mereka terima seharusnya sesuai UMK (upah minimum kota/kabupaten), namun pengusaha seringkali hanya mampu memberikan gaji di bawahnya atau dihitung kerja harian, seperti sehari Rp 50 ribu.
Alasannya, karena keuntungan usaha SPBU sebenarnya tidak besar, terutama yang sepi pembeli.
Hal itu disampaikan Ari (35 tahun), seorang staff SPBU di Semarang.
"Kalau SPBU sepi, bisa gaji karyawan dan bayar listrik saja sudah bagus," ujarnya.
Ari juga menerangkan kalau operator pengisian rawan dipecat dari pekerjaan.
"Kalau ada komplain dari pembeli, operator sering langsung dapat sangsi, dari skorsing hingga dipecat," ujar pria yang telah bekerja di SPBU selama 7 tahun itu.
Karena kesejahteraannya kurang, menurut Ari, banyak pekerja SPBU yang bekerja sampingan, seperti jadi ojol, jualan kuliner, dan buka laundry. [Benhil]