Industri garmen Tanah Air sedang menghadapi kelesuan yang mengkhawatirkan. Kondisi tersebut ternyata juga membuat pedagang kuliner dan driver ojol (ojek online) ketar-ketir.
Kelesuan tersebut akan berdampak pada PHK (pemutusan hubungan kerja) bagi puluhan ribu karyawan yang menggantungkan hidup di pabrik tersebut.
Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sampai Mei 2024 sekitar 10.800 karyawan pabrik garmen akan terkena PHK. Wakil Ketua Umum API David Leonardi menyatakan jumlah PHK pada kuartal I/2024 sebanyak 3.600 karyawan. Jumlah itu naik sekitar 66,67% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Parahnya, tenaga kerja kontrak yang di-PHK belum termasuk dalam data di atas.
“Terdapat kurang lebih 20-30 pabrik yang mungkin saat ini sudah tutup dan tidak tercatat jumlah pabrik yang melakukan PHK pada tenaga kerjanya,” ujar David pada Jumat, 14 Juni 2024.
Faktor penutupan beberapa pabrik garmen tersebut juga bukan dikarenakan internal pabrik. Beberapa industri manufaktur itu merasa keberatan dengan tingginya UMK (upah minimum kota\kabupaten) di beberapa kota besar seperti Semarang, Surabaya, Bekasi, dan lain-lain.
Pekerja garmen di Semarang, Indah (45 tahun) menuturkan kebanyakan pabrik garmen pindah ke kabupaten yang UMK-nya lebih rendah, seperti Jepara.
"Di Jepara UMK-nya selisih satu juta dibandingkan Semarang. Bayangkan kalau karyawannya 5000, itu sudah menghemat besar-besaran bagi ongkos produksi," ujar perempuan yang sudah bekerja di pabrik garmen selama 25 tahun itu.
Yanti juga menjelaskan kalau karyawan yang bersedia ikut pindah biasanya tetap diterima oleh pabrik tersebut.
"Tapi biasanya berat bagi mereka karena pindah ke kota kecil juga tidak nyaman bagi yang biasa tinggal di kota besar," ujarnya.
Pilih Jualan atau Daftar Ojol
Kabar PHK besar-besaran tersebut tentu membuat prihatin banyak pihak, terutama yang terdampak langsung secara perekonomian.
Pedagang kuliner angkringan atau nasi kucing Atmo (51 tahun) menyatakan kegundahannya dengan persaingan yang akan semakin tajam.
"Prihatin juga dengan kabar banyak pabrik tutup dan karyawan di-PHK. Mereka nanti mau kerja apa? Biasanya yang paling mudah buka kuliner. Itu bikin ketar-ketir karena persaingan semakin tajam," ujar pedagang asal Klaten itu.
Atmo menerangkan saat ini banyak sekali yang memilih jualan makanan yang mengakibatkan banyak usaha kuliner jadi sepi.
"Banyak yang jual nasi kucing dan nasi Padang sehingga sebagian jadi sepi. Saya sebenarnya kasihan kalau ada warung yang sepi," ujar pemilik warung yang berjualan di daerah Semarang atas itu.
Hal yang sama juga disampaikan Pardi (48 tahun) yang berprofesi sebagai driver ojol.
"Pekerjaan yang paling cepat didapat adalah daftar ojol karena beberapa perusahaan ojol masih merekrut driver baru," ujar pria yang sudah bergabung dengan Gojek sejak 2018 itu.
Kalau ojol terlalu banyak sedangkan order tidak bertambah, menurut Pardi, sudah pasti banyak ojol yang tidak kebagian orderan.
Baik Atmo dan Pardi berharap agar kondisi kelesuan pabrik-pabrik tersebut bisa segera teratasi. [Benhil]