Kondisi kematian menurut sains sangat berbeda dengan narasi suatu kepercayaan atau agama. Di bawah ini juga diuraikan kronologinya secara sederhana.
Kebanyakan orang mengetahui dan mempercayai keadaan kematian dari kepercayaan mereka. Sebagian besar ajaran di dunia ini menggambarkan kematian sebagai berpindahnya nyawa manusia dari dimensi dunia nyata ke dunia fana di mana di sana akan ada fase pembalasan bagi setiap perbuatan mereka di dunia.
Narasi tersebut sangat berbeda dengan sains (science) yang yang banyak ditemukan di internet.
Benhil mengumpulkan dari berbagai sumber tentang kondisi kematian menurut sains, yaitu;
1. Seiring bertambahnya usia mahluk hidup (termasuk manusia) akan kehilangan daya untuk saling mendukung.
2. Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh akan berhenti bekerja dan tidak saling mendukung untuk membentuk sistem.
3. Secara perlahan akan terurai menjadi senyawa kimia yang lebih sederhana.
4. Saat reaksi kimia berhenti bekerja sebagai sistem, maka mahluk itu sudah dianggap tidak bernyawa.
5. Saat mahluk sudah tidak bernyawa, maka mereka teruai menjadi senyawa-senyawa kimia sederhana yang suatu saat menjadi bagian dari mahluk hidup lain.
Lima tahap di atas adalah proses alami yang akan terjadi pada semua mahluk hidup, baik karena usia atau juga karena proses yang terjadi secara tiba-tiba (kecelakaan).
Gambaran yang paling sederhana kondisi kematian adalah seperti kondisi saat manusia belum dilahirkan di dunia ini, yakni tidak ingat apa saja. Seperti halnya saat kita tertidur pulas.
Perbedaan tidur dan kematian adalah jika tidur otak kita masih berfungsi sehingga seringkali kita mengalami mimpi-mimpi, sedangkan kematian adalah kondisi tidur yang tanpa mimpi karena otak sudah tidak berfungsi.
Jadi kematian menurut sains sama sekali tidak berhubungan dengan hari pembalasan atau penunjukan seseorang akan masuk surga atau neraka.
Namun pilihan untuk mempercayai kematian versi sains atau kepercayaan tetap bergantung pada Anda sendiri. [Benhil]