Oleh: Saiful Huda Ems
Penulis merupakan Lawyer dan Aktivis 98
Perang politik itu bahasa lainnya huru hara pemikiran yang bersifat politis. Jadi tidak masalah dan tidak perlu dipermasalahkan dan dirisaukan. Justru dengan perang politik itu akan mempercepat bangsa ini menuju proses kedewasaan berpolitiknya.
Orang harus bisa membedakan mana kritik konstruktif dan kritik destruktif serta nyinyir, kata-kata yang keras dan kasar, revolusi pemikiran dan revolusi sosial berdarah.
Mau percaya atau tidak, kekuasaan itu harus diawasi, dipantau dan dikritisi terus menerus, karena jika tidak, maka ia akan terjatuh dalam korupsi, serta penyalahgunaan wewenang.
Saat ini pun sudah terjadi semua hal itu, jika rakyat terus diam berpangku tangan, tidak berani mengasah pemikiran dan analisa kritisnya, maka negara ini akan jatuh dalam kebangkrutan.
Baca juga: Nu di Hatiku, Jokowi Musuh Politikku
Untuk mengisi kegiatan di Bulan Suci Ramadan ini, kita harus memperbanyak ibadah, bukan melulu ibadah ritual, seperti puasa, sholat taraweh dan tadarus Al-Qur'an, melainkan pula harus diisi pula dengan kegiatan-kegiatan ibadah sosial, seperti membela nasib kaum dhuafa (marginal), yang dilemahkan secara struktural oleh pemerintah yang congkak.
Protes pada pemerintah yang dilakukan terus menerus secara terukur dan sistematis, merupakan bentuk tanggung jawab moral warga bangsa untuk turut serta melindungi negara dari perilaku amoral Presiden Jokowi yang menyimpang, menabrak-nabrak konstitusi.
Dan jika rakyat sudah melakukan semua hal itu, janganlah selalu dihubung-hubungkan dengan kekecewaan pada capres yang didukung dan kalah. Karena keputusan resmi soal pemenang Pilpres/Pileg belum selesai.
Pilpres dan Pileg hanyalah salah satu sarana untuk terjadinya sirkulasi kekuasaan secara periodik dan demokratis. Gerakan ekstra parlemen juga tidak dilarang oleh konstitusi dan itu juga salah satu media bagi sehatnya kehidupan berdemokrasi.
Akhirul kalam, salam pergerakan, lawan segala bentuk kesewenang-wenangan, dan semoga puasa Ramadan kita semakin berarti dan bermanfaat tidak hanya untuk hubungan transendental kita dengan Allah Yang Maha segalanya, namun juga berarti dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia yang lainnya. [Benhil Online]
Jakarta, 11 Maret 2024