Oleh: Saiful Huda Ems
Lawyer dan Aktivis 98
Sekitar 6 tahun (1985-1991) saya hampir setiap hari di tengah malam selalu khusyuk ngaji Al Quran dan wirid di makam KH Hasyim Al Asy'ari pendiri NU, kakek Gus Dur. Di tempat itulah Gus Dur dimakamkan.
Jadi saya lebih dekat ke pendiri NU langsung daripada orang-orang yang selama ini mengklaim NU tapi menyembah berhala kemunafikan Jokowi.
Saya dulu mungkin satu-satunya Santri Tebuireng yang lebih sering masuk ke kamar tidurnya Almarhum KH Hasyim Al Asy'ari yang kemudian ditinggali oleh Almarhum KH Yusuf Hasyim, putra beliau.
Kenapa bisa demikian? Karena saat itu ketika masih remaja saya sering dapat telpon dari kakak saya yang masih tinggal di Jerman, dan yang memanggil saya langsung ke kamar saya (C11) adalah KH Yusuf Hasyim untuk menerima telpon.
Bagaimana bisa saya mendapatkan keistimewaan seperti itu? Itu karena ketika rombongan Almarhum KH Yusuf Hasyim dan Almarhum Gus Dur datang ke Jerman, yang menemani beliau-beliau itu kedua kakak saya yang alumnus Tebuireng Jombang juga. [Benhil Online]