Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mohamad memutuskan mengurangi jam belajar agama di sekolah. Netizen Tanah Air menyampaikan pesan itu pada pemimpin terpilih, Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Pernyataan Mahathir tersebut disampaikan pada 11 Januari 2019, namun dirasa beberapa pihak masih relevan untuk keadaan saat ini, terutama bagi negara-negara yang ketinggalan dalam bidang sains.
Berikut ini pernyataan lengkap dari Mahathir seperti dikutip dari Strait Times, yaitu;
'Kalau mereka belajar agama terus menerus, mereka akan tidak fasih dalam bidang lainnya dan berlomba-lomba menjadi ulama. Akibatnya, keadaan ini akan berpotensi memecah bangsa, karena para ulama ini akan berbeda pendapat satu sama lain. Selain itujuga dikhawatirkan akan menciptakan kondisi yang menyesatkan.'
Meski begitu, politisi senior yang karena kerap bersuara lantang sehingga mendapat julukan little Soekarno tersebut saat itu juga menyatakan kalau pelajaran agama tetap ada tapi hanya 2 kali dalam satu pekan.
Pelajaran bahasa Inggris, menurut Mahathir, jauh lebih penting bagi pelajar karena akan berguna bagi masa depan mereka.
Kebijakan mengurangi pelajaran agama dari pria yang saat itu menjabat sebagai orang nomor 1 di negeri jiran itu dirasa sangat perlu menjadi perhatian bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang bisa bersaing dalam ilmu pengetahuan.
Seorang netizen Tanah Air yang enggan disebut namanya menyampaikan pesan dari Mahathir Mohamad itu pada presiden dan wakil presiden Indonesia yang akan memimpin tahun 2024-2029, Prabowo dan Gibran.
Langkah Mahathir tersebut, menurut netizen itu yang diunggah di media sosial, perlu mendapat perhatian dalam menyusun kurikulum pendidikan Indonesia.
Ganti dengan Etika
Unggahan tersebut mendapat sambutan antusias dan reaksi yang beragam dari netizen lain.
'Di Jepang adanya pelajaran etika, tidak ada pelajaran agama,' tulis seorang netizen.
'Ganti pelajaran etika dan budi pekerti saja. Itu akan lebih berguna untuk generasi yang akan datang,' yang lain menambahkan.
Namun ada juga komen yang pesimis kalau kebijakan PM Malaysia itu bisa diterapkan di sini.
'Agak sulit kalau diterapkan di sini,' tulis salah satu netizen.
'Pembuat kebijakan tidak berani ambil resiko,' yang lain juga berkomentar.
Meski telah berusia 93 tahun, Mahathir Mohamad masih punya visi yang kritis dan membangun bagi negaranya. [Benhil]