Oleh: Saiful Huda Ems.
Pengurus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah bekerja keras membujuk putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep supaya bersedia menjadi ketua umum (ketum) partai tersebut. Tujuannya agar PSI lolos ke Senayan. Setelah sukses menjadikan anak Presiden sebagai ketum (meski dalam waktu singkat), kader partai itu Ade Armando malah membuat pernyataan sembarangan, hingga menuai banyak protes rakyat di Yogyakarta dan membuyarkan semua mimpi-mimpi indah kader PSI.
Menurut saya, PSI sebagai partai gurem yang sok besar dan banyak gaya, telah bersusah payah menaikkan pamornya. Namun sayangnya kini partai yang berdiri tahun 2014 itu sudah terancam menjadi partai gurem lagi. Padahal jutaan baliho PSI sudah disebar ke seluruh penjuru Nusantara dengan dana entah sampai berapa triliun rupiah.
Maka jangan heran jika Kaesang Pangarep marah dan meminta Ade Armando segera keluar dari PSI saja jika masih tidak mau taat pada aturan. Duh, kasihan sekali nasib Ade Armando yang semakin tidak jelas arah ideologi politiknya. Kita semua berdoa saja agar akademisi UI itu tidak dilempar asbak karena berpotensi menurunkan perolehan suara pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Manuver Ceroboh
Menurut hemat saya, keadaan PSI yang demikian seakan malah semakin membuka tabir kualitas politisi-politisinya yang sesungguhnya masih kaleng-kaleng. Lihatlah betapa partai berlambang tangan menggenggam bunga mawar itu selama ini sangat ceroboh di berbagai manuver politiknya; mulai dari kegemarannya "nyolong" kader potensial dan populer partai lain, kampanye tebar janji yang tak rasional, lompat dukungan politik dari Capres (calon presiden) Ganjar Pranowo ke Capres Prabowo, menjadikan Kaesang Pangarep yang masih awam politik menjadi Ketum, hingga membuat pernyataan-pernyataan politik yang bikin blunder partainya sendiri.
Partai itu semakin kesini memang semakin terlihat norak dan arogan, serta sudah tak memiliki etika politik yang baik. Kondisi itu akan merusak pikiran dan mentalitas generasi muda dengan cara-cara politik instannya.
Kalau sudah begitu orang akan bertanya-tanya, siapa bohirnya dan untuk apa bersedia mendanai besar-besaran partai gurem yang hanya bisa membuat masalah yang bertubi-tubi. Mungkinkah sekarang lebih eloknya mawar merah (yang terdapat pada lambang PSI) itu diganti dengan Pisang saja? (SHE).
Rabu, 7 Desember 2023
Penulis adalah pengacara dan pengamat politik. [Benhil]