Oleh: Saiful Huda Ems.
Menyaksikan debat capres (calon presiden) pertama beberapa hari lalu atau Selasa, 12 Desember 2023, jujur membuat saya sangat terkesima dengan pemaparan visi misi Capres Ganjar Pranowo. Betapa tidak, politisi intelek yang saya amati sejak menjadi anggota DPR RI belasan tahun lalu (2004-2013) hingga menjadi Gubernur Jawa Tengah (Jateng) (2013-2023) itu punya pemikiran dan penampilan selalu cerdas dan eksentrik. Pemaparannya sangat rasional, tepat sasaran, dan terukur.
Berbeda dengan Capres Prabowo Subianto khususnya, yang hanya menjual gaya orasi berapi-api dan garang, tapi kadang melucu. Setiap kata yang diucapkannya tidak pernah bisa terbayang konkritisasi tahapan dan pelaksanaannya seperti apa, terlebih lagi bagaimana mengukur progres yang akan dicapainya.
Prabowo tampak hanya bermain retorika dan mengumbar janji-janji yang lebih mirip seperti orang yang sedang menyebar candu untuk menina bobokan orang-orang pinggiran, di mana sebagian tokoh-tokoh mudanya telah dia culik dan hilangkan sekian puluh tahun lalu. Masih perlu penjelasan? Baiklah, akan saya terangkan:
Ketika Prabowo berkata,"Saya tidak takut tidak punya jabatan, saya tidak punya apa-apa, saya siap mati untuk negeri ini!" Ucapan Prabowo itu seakan mau memberikan harapan dan janji pada rakyat, bahwa rakyat harus percaya kalau dia akan menyiapkan diri untuk fokus memimpin rakyat dan siap menerima resiko terburuknya, yakni kematian.
Padahal jika kita lihat faktanya, Prabowo merupakan capres terkaya daripada kedua Capres dan ketiga Cawapres (calon wakil presiden) lainnya. Dia juga bolak-balik berusaha keras untuk mendapatkan jabatan, mulai dari saat masih aktif di militer, sampai saat mencalonkan diri sebagai cawapres dan capres berkali-kali. Mantan menantu Presiden Suharto itu juga penakut dan pengecut karena sempat lari dan tinggal lama di Yordania setelah terbukti menculik dan menghilangkan aktivis-aktivis pada tahun 1996-1998.
Di perdebatan Capres pertama itu, kita sama sekali belum mendengar bagaimana agenda konkrit Capres Prabowo ke depan, selain ingin menaikkan gaji para hakim, dan lain-lain. Suatu hal yang sudah sangat kuno, biasa dijanjikan para Capres atau calon pejabat publik yang malas berpikir untuk mencari solusi.
Lain halya dengan Capres Ganjar Pranowo yang mampu memaparkan agenda kerja ke depan jika terpilih menjadi Presiden 2024. Salah satu agendanya adalah akan mewujudkan program 1 Desa 1 Puskesmas lengkap bersama tenaga kesehatannya, akan serius memberantas korupsi, akan memperhatikan nasib guru, dan menambah akses internet di beberapa daerah.
Mantan Gubernur Jateng itu juga bertekad memberikan solusi masalah HAM (hak asasi manusia) di Papua dengan pendekatan dialog (yang berbeda 180 derajat dengan Prabowo yang lebih banyak melakukan pendekatan kekerasan), memaksimalkan kontrol aparat terkait kualitas pelayanan publik, memberikan solusi pengangguran dengan cara membangun pusat bisnis, pendirian sekolah vokasi dan kuliah gratis bagi anak dan keluarga miskin, termasuk sentilannya soal skandal Putusan MK (Mahkamah Konstitusi) yang melakukan pelanggaran berat pada etik.
Anies Nyinyir
Sedangkan Capres Anies Baswedan di perdebatan capres pertama itu hanya terlihat lihai dan cerdas melakukan serangan politik ke Prabowo, namun untuk pemaparan program agenda kerjanya masih kurang lengkap dan kurang konkrit dibandingkan dengan apa yang telah disampaikan Ganjar. Memperhatikan Anies di acara itu, kita seolah hanya melihat orang yang sedang nyinyir-nyinyiran dengan Prabowo saja.
Mantan Gubernur Jakarta itu itu hanya tampak sebagai politisi yang sangat ulung bermanuver politik akan tetapi belum menampakkan diri sebagai sosok capres yang lengkap dengan kemahiran managerial kenegaraannya. Jika saya ilustrasikan, Anies itu seperti orang yang pandai menginventarisir masalah namun tidak memiliki solusi konkrit.
Maka tak heran, situs survei duniapolling.com pada Selasa, 12 Desember 2023, langsung merilis sejumlah pertanyaan terkait debat Pilpres (pemilihan presiden) 2024 tentang "Siapa pasangan yang cocok untuk memimpin Indonesia pada 2024 nanti?" Lalu "Siapa yang akan menang debat Capres Cawapres 2024?". Hasilnya, pasangan calon (paslon) Ganjar-Mahfud selalu mendapatkan suara tertinggi dengan rata-rata 38,2 persen, Anies-Muhaimin 31,5 persen sedangkan Prabowo-Gibran 30,4 persen.
Sedangkan polling online yang diselenggarakan oleh Tvonenews.com selama debat Capres 2024 berlangsung, juga menunjukkan Ganjar-Mahfud unggul dengan 431.043 suara (79,55 %), Anies-Muhaimin 95.717 suara (17,66 %), sedangkan Prabowo-Gibran meraih hanya 15.111 suara (2,79 %). Polling online ini saya pikir jauh lebih akurat dan minim rekayasa, dibandingkan dengan rilis dari lembaga-lembaga survei yang sudah melakukan kontrak terlebih dahulu dengan Capres Prabowo jauh sebelum Pilpres.
Rakyat sudah mulai mendapatkan gambaran seperti apa kualitas capresnya, mulai dari Anies yang cerdik melakukan serangan-serangan politik, namun masih kering program-program yang bisa diukur pencapaiannya, Prabowo yang bicara tegas namun tidak jelas ketegasan moral intelektualnya, hingga Ganjar yang kalem namun nampak sarat wawasan dan pengalaman birokrasinya, serta sangat realistis, dan punya program kerja terukur.
Keras Kepala
Hanya satu hal yang harusnya rakyat renungkan dari perkataan Prabowo yang entah muncul karena keceplosan atau karena tidak ada argumentasi lagi, yakni ketika dia menjawab pertanyaan Ganjar dan Anies, "Bagaimana sikap Pak Prabowo soal Keputusan MK yang melanggar kode etik ketika meloloskan bocah Gibran melaju sebagai Cawapres?" Prabowo menjawab, "MK aturannya sudah jelas, kita bukan anak kecil, rakyat kita itu pandai-pandai, rakyat kita lihat dan tahu, kita juga tahu bagaimana prosesnya, yang intervensi siapa."
Dari sini kita lihat, betapa pria yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan itu seolah menyadari kalau Keputusan MK itu ada yang intervensi dan itu bukan orang lain melainkan "bosnya" sendiri atau kubunya sendiri. Namun Prabowo menyerahkan semua itu pada rakyat, mau menghukumnya atau mau memaafkannya. Jika menghukum itu artinya Prabowo tidak dipilih rakyat, sedangkan kalau mau memaafkan, itu artinya Prabowo akan dipilih rakyat.
Begitulah karakter Prabowo dari dulu sampai sekarang, selalu menyepelekan kejahatan dan berbagai pelanggaran yang dilakukannya. Dengan percaya diri dia tidak pernah merasa bersalah terhadap semua kejahatan dan pelanggaran yang dilakukannya. Kalau sudah demikian, sebenarnya ini persoalan dia yang keras kepala atau pendukungnya yang sudah keterlaluan? Wallahu a'lamu bishawab. (SHE)
15 Desember 2023
Penulis adalah pengacara dan pengamat politik. [Benhil]