Oleh: Saiful Huda Ems.
Tidak ada yang tahu kenapa Mukidi bertingkah konyol menjelang tahun akhir masa jabatannya.
Bagaimana tidak? Kepada Tim Sukses Capres (calon presiden) Ganjar Pranowo, Adian Napitupulu, dia bilang, "di 2024 kita harus menang, Mas Adian". Kepada Capres Prabowo, Mukidi bilang, "Pak Prabowo harus menang, karena saya tidak mau anak saya jadi penyebab kekalahan Pak Prabowo" Dari dua pernyataan itu, yang mana bisa kita percayai? Atau, itu hanya drama dan seni politik tingkat tinggi?
Jauh sebelum itu Mukidi bilang di depan banyak media, "Anak-anak saya tidak ada yang tertarik masuk ke politik." Namun ternyata mereka masuk ke dunia politik juga. Pernah juga dia mengatakan,"Si Baron baru dua tahun jadi walikota, masih terlampau muda. Masak mau jadi cawapres." Kenyataannya?
Apakah realita itu masih belum cukup menjelaskan karakter Mukidi yang plintat plintut? Oke, berikut ini bisa ditambahkan;
Menjelang Pilpres 2014, dia bilang, "Saya tak akan menaikkan harga BBM." Saat akan mencalonkan diri jadi Gubernur DKI Jakarta, dia bilang, "Mobil Esemka akan menjadi mobil Nasional." Ada juga pernyataanya, "Saya tak akan membuat kebijakan BLT (bantuan langsung tunai), itu hanya akan membuat rakyat jadi malas." Selain itu dia juga bilang, "Saya tak akan berhutang ke luar negeri, Indonesia ini sudah kaya raya." Dia juga pernah bilang, "Saya tak akan memperlemah KPK. Saya akan tingkatkan kekuatan KPK 10 kali lipat!" Bagaimana kenyataannya?
Sudah? Belum. Mukidi juga pernah bilang, "Kita harus bela kemerdekaan Palestina, kalau Israel masih bandel bila perlu kita buat ramai!" Kenyataannya, apa yang dibikin ramai? Apakah maksudnya bikin ramai dengan menghantam Capres Ganjar Pranowo karena telah melarang tim sepak bola Israel yang akan bertanding di Indonesia dengan alasan bertentangan dengan Konstitusi?
Dan kalian mungkin masih bisa menambah banyak lagi inkonsistensi ucapan Mukidi.
Bangsa Polos dan Lugu
Kita sebagai sebuah bangsa sudah sering ditipu karena dianggap terlalu polos dan lugu. Kalian salah besar jika mengira berbagai manuver politik Mukidi akhir-akhir ini mirip plot film Armageddon. Itu sesungguhnya intrik politik nyata yang penuh aroma gemblung (bodoh atau konyol).
Buktinya, anak dan adik iparnya dimanipulasi dengan dalih untuk menyelamatkan rakyat dan memperlemah pihak lawan. Padahal semua itu dimaksudkan untuk menyelamatkan imperium kekuasaan dinasti politiknya dan akibat kekalutan menghadapi kejatuhannya.
Saya pernah bertemu dan bicara dengan Paman Usman di Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Mahkamah Konstitusi (MK) tahun 2019. Secara jujur saya katakan, kalau dia terlihat layaknya orang baik dan berlaku sufi. Saat pengesahan MK itu mungkin karena dia ditekan oleh Mukidi, sehingga jadi linglung dan membuat keputusan kontroversial dan memalukan.
Sekarang semuanya kembali pada kalian, masih mempercayai Mukidi atau lebih mempercayai orang-orang berintegritas yang terus mencurahkan pikiran-pikiran kritis dan jernih di negeri ini. Silahkan saja pilih. Salam. (SHE).
1 November 2023
Penulis adalah pengacara dan pengamat politik
[Benhil]