Indonesia, pasar yang sangat penting untuk e-commerce TikTok, baru-baru ini mengerem aktivitas ritel online platform tersebut.
Larangan ini tidak hanya menimbulkan keraguan terhadap target pendapatan TikTok di seluruh dunia, tetapi juga mengirimkan sinyal peringatan kepada platform perdagangan sosial di seluruh Asia Tenggara.
TikTok menaruh harapan besar pada pasar e-commerce yang berkembang di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Negara ini menyumbang hampir 60% dari pendapatan e-commerce TikTok di kawasan ini, menurut Cube Asia.
William Yuen Yee, asisten peneliti di program Columbia-Harvard China and the World, meyakini bahwa "target pendapatan global yang ambisius" dari TikTok kini berada di ujung tanduk.
Baca juga: WJS Sebut TikTok Incar Aplikasi e-Commerce untuk Jual Barang-barang Buatan China di AS
Setelah langkah Indonesia, pedagang tradisional dan pasar offline di negara-negara Asia Tenggara lainnya kemungkinan besar akan mengajukan permohonan kepada pemerintah mereka masing-masing untuk melakukan pelarangan serupa.
Keputusan Jakarta juga dapat menjadi keuntungan bagi platform e-commerce yang tidak terlalu bergantung pada pengaruh media sosial.
Dikutip dari Gizmochina, Li Chengdong, pendiri konsultan Dolphin yang berbasis di Beijing, mencatat bahwa upaya e-commerce TikTok belum terlalu sukses di pasar-pasar Barat. Pelarangan di Indonesia, katanya, merupakan "pukulan besar."
Larangan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan model e-commerce live-streaming, sebuah tren yang berasal dari Cina.
Douyin, mitra TikTok di Cina, telah berhasil mengubah live-streaming menjadi penghasil pendapatan yang sangat besar, menghasilkan hampir $205 miliar tahun lalu, menurut Cinda Securities yang berbasis di Beijing.
Baca juga: TikTok Uji Coba Layanan Berlangganan Bulanan Bebas Iklan di Amerika Serikat
Larangan di Indonesia juga menyoroti kerentanan dari ketergantungan yang terlalu besar pada satu pasar.
TikTok Shop menghasilkan lebih dari $2,5 miliar di Indonesia tahun lalu, yang merupakan bagian penting dari total pendapatan e-commerce sebesar $4,4 miliar di Asia Tenggara, menurut Bloomberg. [Benhil Online]