Pengamat politik Saiful Huda Ems. menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah mandor demokrasi yang sedang lupa diri karena hanya membangun citra kehebatan diri. Mahkamah Konstitusi (MK) juga dikhawatirkan menjadi the guardian of Keluarga Jokowi.
Saiful menyatakan dulu mantan Presiden Soeharto juga selalu bilang kedaulatan ada di tangan rakyat, namun ternyata penentu utama pengangkatan atau pemilihan setiap pejabat tinggi dan tertinggi negara ada di tangannya.
"Apakah [presiden yang] sekarang mau terulang lagi hal yang seperti ini, gembar-gembor Kedaulatan berada di tangan rakyat, namun nyatanya selalu berusaha keras sendiri untuk menentukan semua hal yang berhubungan dengan kekuasaan negara. Ini negara, milik jutaan rakyat, bukan milik diri sendiri dan keluarga sendiri. Jangan rakus dan tamak," ujarnya lewat pesan tertulis yang beredar di media sosial pada Sabtu, 15 Oktober 2023.
Saiful Huda Ems. menghimbau Jokowi agar berani membersihkan kabinet dari para maling dan koruptor dan jangan menunggu mereka ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dulu baru di-reshuffle. Itupun kadang karena mereka mengundurkan diri.
Ketua Relawan Harimau Jokowi itu mengingatkan menurut pakar pengamat politik almarhum Arbi Sanit, Presiden Jokowi adalah presiden terlemah sepanjang sejarah Pemerintahan RI karena memerlukan banyak kompromi agar pemerintahan dapat terus berjalan dengan stabil.
"Meski didukung jutaan relawan heroik dan militan, kenapa Jokowi tidak menggunakan dukungan itu untuk mengawal pemerintahannya agar lebih tegas dan lebih kuat menghadapi gerombolan pengacau negara? Kenapa kekuatan dukungan itu malah digunakan untuk memperkuat dan mempermulus hasrat dan ambisi berkuasa untuk keluarganya saja?" ujar Saiful.
Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu mengaku telah mendukung penuh Jokowi selama dua periode pemerintahannya tanpa meminta imbalan apapun. Itu karena niat baik agar negara ini aman, maju, dan lebih beradab. Namun tolong jangan mengkhianati kepercayaan kami dengan perilaku politik yang rusak dan norak pada akhir masa jabatan.
"Pemimpin harus dekat dengan tokoh-tokoh loyalisnya yang berani mengingatkannya ketika salah, meski dia adalah orang sederhana, bukan hanya dekat dengan tokoh-tokoh loyalisnya yang penjilat hanya karena dia kaya raya dan jago kasak kusuk ke elite-elite politik kesana kemari, sedangkan mereka dangkal pemikirannya, minim komitmen keadilan dan wawasan kerakyatan, tidak peduli dan berempatinya pada mereka lemah," ucap Saiful.
Mantan penantang rezim Soeharto di Berlin Jerman (1991-1995) itu menyatakan negeri ini memerlukan pemimpin dengan jiwa besar, yang mau mendengar jeritan batin rakyat yang susah, bukan pemimpin yang hanya gemar membangun citra kehebatan dirinya sendiri saja. Menurut Saiful, JOkowi itu layaknya tuan mandor demokrasi yang sedang lupa diri.
Citra Negatif
Terkait sikap Jokowi yang lupa diri, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyoroti sikap Presiden RI itu terhadap wacana duet Prabowo dan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang justru bakal menimbulkan citra negatif, yakni melanggengkan dinasti politik keluarganya.
Apalagi jika MK mensahkan umur cawapres dapat berusia 35 tahun. Itu berarti lembaga tersebut memberi kesempatan Gibran untuk menjadi cawapres (calon wakil presiden) di Pilpres (pemilihan presiden) 2024.
"Ada tuduhan dari publik kepada MK bahwa bukan the guardian of constitution, tapi the guardian of keluarga Jokowi," ujarnya kepada awak media pada Jumat, 13 Oktober 2023. [Benhil]