Oleh: Saiful Huda Ems.
Dibanding Capres (calon presiden) Anies Baswedan, saya lebih suka Prabowo Subianto. Dibanding Prabowo, saya lebih suka Ganjar Pranowo. Apalagi, Anies dan pasangan cawapres (calon wakil presiden) Muhaimin Iskandar berpotensi akan memaksimalkan sentimen Isue SARA serta optimalisasi Politik Identitas, karena itu yang menjadi modal besar mereka untuk memenangkan Pilpres (pemilihan presiden) 2024.
Baca Juga: Kronologi Cak Imin Tolak Dituduh Khianati Gus Dur dan Belut Politik
Analisa politik saya ini bukan berlatar belakang soal rasa suka dan tidak suka, melainkan sesuatu yang seharusnya dikemukakan secara riil berdasarkan data dan fakta.
Anies itu politisi ulung, lihai, piawai meneropong berbagai celah agar tujuan politiknya berhasil. Oleh karena itu, saya tidak kaget jika masih ada saja warga Nahdliyin (NU) yang mempercayainya dan bahkan mengidolakannya. Padahal track record Anies sangat mudah berkhianat, ingkar janji, dan sangat handal memainkan jurus manipulasi, begitu juga dengan Muhaimin.
Baca Juga: SBY Terkejut Surya Paloh dan Anies Berkhianat, Netizen: Bikin 1 Album
Jokowi, Prabowo, Uno, dan SBY pernah 'dikerjain' oleh Anies. Demikian pula Gus Dur, Mahfud MD, dan Prabowo pernah 'dikerjain' oleh Muhaimin atau Imin. Kombinasi Anies dan Imin ini sangat mujarab dan manjur untuk memenangkan pertarungan Pilpres, mengingat karakter pemilih Indonesia yang sangat mudah tertipu oleh kemasan atau pencitraan.
Pemilih yang sudah bosan dengan Prabowo yang ikut pilpres berkali-kali (dan selalu gagal) akan beralih ke Anies. Pendukung Prabowo yang dulu fanatik membelanya untuk melawan Jokowi namun kemudian kecewa karena Prabowo malah bersedia dimasukkan di jajaran kabinet Jokowi akan beralih ke Anies.
Pemilih yang ingin melihat corak baru pemerintahan Jokowi akan memilih Anies yang dianggapnya lebih relijius. Pemilih yang kecewa dengan penegakan hukum di era Pemerintahan Jokowi akan memilih Anies. Pemilih yang nantinya mudah terbuai oleh politisasi agama di setiap kampanyenya Anies-Imin akan memilih Anies.
Licin dan Kata-Katanya Sulit Dipegang
Anies dan Imin adalah dua pasangan belut politik yang sama-sama sangat licin dan sulit dipegang kata-katanya. Mereka juga tidak bisa diharapkan komitmen kesetiaan janjinya. Jika Ganjar dan Prabowo tidak mewaspadai pergerakan mereka, maka bisa dipastikan keduanya akan kalah.
Cara terbaik bagi Ganjar untuk memenangkan Pilpres 2024 adalah segera merangkul kekuatan NU dan Muhammadiyah. Jika nanti Anies dan Imin menggunakan taktik politisasi agama lagi, maka satu pasangan capres dan cawapres dari PDIP hanya akan dijadikan musuh bersama kekuatan politik Islam.
Namun jika NU dan Muhammadiyah sudah membentengi Ganjar, maka serangan politik identitas ataupun SARA, dari pihak manapun akan mental. Demikian juga dengan Prabowo, dia harus lebih aktif lagi melobi tokoh-tokoh pergerakan eksponen Aktivis '98, jika kasus penculikan dan pembunuhannya tidak lagi ingin terus dihidupkan.
Ganti Menteri Lawan Politik
Dari berbagai analisa politik yang saya kemukakan tersebut, saya pikir Presiden Jokowi (Joko Widodo) harus mulai mengevaluasi beberapa posisi menteri yang dijabat perwakilan Partai Nasdem (yang mendeklarasikan Anies sebagai capres) dan PKB (partai di mana Imin menjadi ketua umum) yang sudah nyata berseberangan atau menjadi lawan politiknya. Mereka harusnya segera diganti dengan para tokoh yang sudah teruji loyalitasnya pada Jokowi selama bertahun-tahun.
Dr. Haidar Alwi adalah salah satu yang cocok mengganti menteri-menteri dari Nasdem dan PKB yang sudah tidak lagi berguna dan bahkan sudah merusak citra Pemerintahan Jokowi yang anti Politik Identitas dan SARA. Apakah Jokowi bersedia untuk mempertimbangkannya? Kita tunggu saja.
Semoga kepala negara kita segera sadar terhadap ancaman bahaya dari para pendukung Politik Identitas yang sampai saat ini masih berada di kabinetnya dan segera mengganti mereka dengan tokoh-tokoh loyalis sejati...(SHE).
3 September 2023
Penulis adalah pengacara dan pengamat politik [Benhil]