Jokowi Picu Suksesi Politik Terburuk Sepanjang Sejarah

Jokowi

Oleh: Saiful Huda Ems.

Akhir-akhir ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) nampaknya mulai lupa bahwa dia bisa hebat dan besar bukan karena dirinya sendiri, melainkan karena kerja sama tim, parpol pendukung, dan relawan. Hal itu yang menjadikan politisi lokal dari Solo itu populer di seantero dunia. Pemimpin RI ke-7 itu kemudian semakin lama semakin lupa diri, tidak menghargai orang-orang yang menyukseskannya, malahan perangai politiknya kerap membuat susah gerak para pendukungnya sendiri yang militan. 

Coba renungkan, selama ini gerombolan pengacau ideologi negara bukan dilawan dan dihadapi oleh Jokowi sebagai Pemimpin Nasional, tapi justru ditangani oleh pendukung Jokowi yang independen. Meski begitu, Jokowi nyatanya tidak memperkuat pendukungnya yang berjibaku dengan radikalis dan intoleran, melainkan malah mengapresiasi para pengacau negara itu.

Memang banyak alasan pembenaran dari siapa saja yang sudah lama terjebak pada kultus individu mantan gubernur DKI itu, hingga semua kesalahan dan inkonsistensi Jokowi  akan selalu dimaklumi. Lalu, kita ini sesungguhnya pembela rakyat apa pembela Jokowi? Kita ini sesungguhnya ingin memperjuangkan harkat dan martabat rakyat atau harkat dan martabat Jokowi?.

5 Program Tidak Ditepati

Sebelum terpilih sebagai Presiden, Jokowi menyatakan 5 program, yaitu: 

1. Tidak akan menaikkan harga BBM. 

2. Tidak akan membuat program BLT karena menurut dia akan menjadikan rakyat menjadi malas dan manja. 

3. Akan menjual mobil produk dalam negeri (Esemka) secara besar-besaran sehingga bangsa ini tidak perlu lagi import mobil dari luar negeri. 

4, Akan memperkuat KPK 10 kali lipat. 

5. Tidak akan lagi berhutang ke luar negeri. 

Sebenarnya masih ada beberapa lagi, tapi yang paling penting apakah semua janji Jokowi itu benar-benar telah ditepati? Jawabannya tidak.

Mantan Walikota Solo itu ternyata sama saja dengan Mantan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Jika SBY telah memaksakan 2 putranya AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) sebagai pemimpin-pemimpin elite Partai Demokrat, Jokowi dengan cara berbeda juga melakukan hal yang sama, bahkan baru-baru ini malah mendukung anaknya yang bungsu Kaesang Pangarep menjadi Ketum (Ketua Umum) PSI (Partai Solidaritas Indonesia). 

Ketum Lewat Kopi Darat

Padahal Kaesang tidak punya pengalaman sama sekali menjadi pengurus partai politik. Bandingkan dengan AHY ditetapkan menjadi Ketum Partai Demokrat melalui Kongres meskipun penuh rekayasa, namun Kaesang ditetapkan jadi Ketum PSI lewat ajang kumpul (Kopi Darat Nasional atau Kopdarnas) mendadak. Tidak beda dengan beberapa orang yang sedang makan kacang rebus, kemudian tidak ada panas tidak ada hujan langsung menunjuk seseorang di antaranya untuk menjadi pemimpin. Itu merupakan pendidikan politik dan demokrasi yang tidak jelas.

Bagaimana nanti Kemenkumham (kementerian hukum dan hak asasi manusia) mengesahkan Ketum PSI baru? Berkas formulir pengesahan Parpol dari Kemenkumham atas Ketum PSI dipilih melalui kongres, munas, atau muktamar? Apakah PSI akan mengisinya dengan jawaban Ketum dipilih melalui ajang kumpul, lalu menunjuk hidung anak presiden untuk menjadi Ketum? Sekali lagi ini semua memalukan, tragedi demokrasi dan suksesi kepemimpinan Parpol (partai politik) terburuk sepanjang sejarah.

Apakah hal seperti ini akan tetap kita benarkan dan kita bela dengan mengatakan semua ini merupakan langkah catur Jokowi yang sulit difahami oleh siapapun? Kalau boleh saya jawab, "ya itu langkah catur Jokowi yang hanya bisa difahami oleh makhluk halus." 

Rakyat Indonesia sudah berpuluh tahun belajar dan terlibat langsung dalam proses demokrasi. Kami bukan gerombolan orang tolol yang membuang akal sehat. Kami adalah rakyat Indonesia yang masih waras. Tolong jangan kelabui kami hanya demi penampilan hebat seseorang yang sudah lupa diri.

Akhir kata ingin sekali saya ingatkan, bahwa tidak ada Superman, yang ada Super Team. Jangan pernah menganggap diri Anda hebat karena merasa mampu memajukan Indonesia hanya oleh pikiran Anda sendiri. Konstitusi atau Peraturan Perundang-undangan dibuat bukan oleh satu orang dan oleh satu pikiran, melainkan oleh banyak orang dan melalui proses kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat panjang. Orang akan selalu nampak hebat ketika masih berkuasa, namun orang akan nampak sekali kelemahannya ketika sudah kembali menjadi rakyat biasa, kecuali dia seorang yang lahir dan dibesarkan dari Parpol maupun Ormas yang sudah sangat mengakar dan menjadi dambaan jutaan rakyat yang sangat mencintainya. 

Orang seperti itu adalah orang yang tidak hanya sanggup menggerakkan pikiran rakyat, tapi juga sanggup menggerakkan hati rakyat. Biasanya selain menjadi pemimpin politik nasional, dia juga seorang pemimpin spiritual. Pertanyaannya, apakah Jokowi sudah berada di level ini? Tidak! Jokowi selama ini hanya sanggup memukau pikiran orang, namun belum berada di level pemimpin yang sanggup menggerakkan hati berjuta-juta orang. Maka jika sudah tidak lagi menjadi presiden, saya khawatir Jokowi akan segera tertimbun oleh popularitas dan kewibawaan pemimpin baru yang siap menyongsong masa depan.

Pendukung Sejati

Dari dulu saya selalu berada di barisan pendukung Jokowi, maka semua saya tulis ini, tiada lain dan tiada bukan adalah bentuk kecintaan saya terhadap ayah Gibran Rakabuming Raka itu. Saya tidak ingin dia mengakhiri kepemimpinan nasional dengan catatan buruk dan tercatat sebagai Presiden RI pertama yang dijebloskan ke penjara oleh musuh-musuh politiknya. 

Hal ini yang sesungguhnya saya cegah mati-matian karena apapun yang terjadi, saya akan tetap setia dengan janji saya semula, yakni selalu mendukung Jokowi dari Cagub DKI Jakarta hingga Capres RI di periode pertama dan kedua. Sampai saat ini saya masih mencintai Jokowi, namun jika di akhir masa jabatannya dia sudah melenceng, maka tanggung sendiri akibatnya, sebagai pendukungnya saya hanya bisa mengingatkannya.

27 September 2023.

Saiful Huda Ems. 

Penulis adalah pengacara, Aktivis '98, mantan Wakil Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia se Jerman (PPI) di Berlin tahun 1994-1995, dan Ketum Ormas Harimau Jokowi (2018-sekarang). [Benhil]




Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form