Ahli Hukum dan Pengamat Politik Saiful Huda Ems. menyatakan isu memasangkan Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka sebagai capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) 2024 hanya hoaks semata. Nyatanya, Walikota Solo itu saat ini sedang sibuk berkampanye untuk Capres Ganjar Pranowo.
Isu itu diperparah dengan Golkar, PAN, dan PKB yang merapat ke Capres Prabowo dianggap atas perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Adalah adik kandung Prabowo, Hasyim Djoyohadikusumo yang mencatut nama Jokowi dalam hal itu. Menurut Saiful, pernyataan Hasyim itu mengada-ada dan berbahaya, serta menurunkan derajat Jokowi sebagai presiden.
"Kubu Prabowo merasa tidak akan pernah bisa menang jika mereka tidak mengubah taktiknya, yakni mulai harus memberi kesan ke publik bahwa Prabowo satu-satunya Capres 2024 yang didukung penuh oleh Presiden Jokowi untuk bisa Nyapres dan menang di Pilpres 2024. Ini sangat mustahil!," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang beredar di media sosial pada Selasa, 15 Agustus 2023.
Saiful Huda Ems. menerangkan 3 alasan kenapa Presiden Jokowi tidak bakal dukung Capres Prabowo, yaitu:
1. Jokowi pasti sudah sangat paham karakter asli Prabowo yang temperamen --dan satunya lagi tak elok untuk saya katakan disini--, yang sesungguhnya lebih parah dari, yakni mentalnya labil. Kita bisa melihat karakter itu saat dia berorasi. Prabowo kadang tertawa-tawa namun beberapa detik kemudian marah-marah, menggebrak-gebrak meja sampai pernah Amien Rais kemudian mendekatinya dan menenangkannya. Jika karakter Prabowo yang seperti ini dianggap sepele oleh Jokowi, sungguh itu sebuah hal yang mustahil.
2. Prabowo merupakan rival politik Jokowi sejak Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019. Kalau dia mendukung Prabowo di Pilpres 2024 dan lalu Prabowo menang, maka itu gambarannya sama saja dengan rakyat yang tidak menyukai dan tidak mempercayai, serta tidak menerima pertanggung jawaban Jokowi yang memimpin negara selama dua periode.
Ingat, dalam Sistem Presidensiil sejatinya laporan pertanggung jawaban Presiden itu sesungguhnya langsung ke rakyat, dan bukan ke parlemen (DPR/MPR) sebagaimana yang lazim terjadi di negara yang menganut Sistem Parlementer.
Penolakan atau penerimaan laporan pertanggung jawaban kinerja Presiden langsung ke rakyat itu bisa dilihat dari perolehan hasil pemilu/pilpres. Apabila rakyat memilihnya kembali (untuk kasus Presiden yang baru menjabat satu periode), atau rakyat memilih Capres yang didukungnya (untuk kasus Presiden yang sudah menjabat dua periode dan tak bisa menyalonkan kembali), maka itu berarti pertanggung jawaban Presiden itu diterimah oleh rakyat. Dan jika sebaliknya rakyat tidak memilihnya, itu berarti pertanggung jawaban dari Presiden tersebut telah ditolak oleh rakyat.
Gambaran dari sistem tersebut menunjukkan, bahwa bila Capres Prabowo nantinya yang menang, itu berarti sama saja dengan rakyat selama ini tidak mempercayai dan menolak pertanggung jawaban Presiden Jokowi, hingga rakyat memberikan suaranya pada Capres mantan rival politik Presiden Jokowi. Dan jika itu terjadi, maka itu sama halnya dengan mau mengatakan, bahwa survei LSI Denny J.A selama ini yang menyatakan, kepercayaan rakyat pada Presiden Jokowi terus meningkat hingga menembus angka 70 % lebih adalah tidak benar. Jokowi sangat paham itu.
Lalu apakah masuk akal jika mereka klaim Jokowi telah mendukung Prabowo dan bukan Ganjar Pranowo untuk menang di Pilpres 2024 itu benar adanya? Tentu saja tidak.
3. Jokowi itu bukan kader Partai Gerindra dan tapi kader PDIP. Kedua putranya (Gibran dan Kaesang) dan menantunya (Bobby Nasution) juga merupakan kader PDIP. Apakah masuk akal kalau mereka yang notabene adalah kader PDIP dan diusung dari partai tersebut untuk meraih jabatan akan berkhianat dengan partainya? Tentu saja tidak.
Menyadari 3 alasan itu, menurut Saiful yang membuat kubu Prabowo membuat pernyataan yang mengada-ada lagi, bahwa dukungan Presiden Jokowi pada Capres Prabowo itu dikarenakan Jokowi akan dijadikan Ketum atau Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
"[Isu akan dijadikan Ketum Gerindra itu] selain tidak logis juga merendahkan derajat Presiden Jokowi yang pamor kepemimpinannya mendunia," kata alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu.
Wayang Yudhistira Jujur
Perihal Jokowi yang tidak mendukung Prabowo itu juga ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto. Dia menyatakan Jokowi telah membantah isu mendukung Prabowo sebagai capres karena Jokowi dianggap pemimpin jujur seperti Wayang Yudhistira.
"Beliau sangat memahami falsafah bangsa. Termasuk dalam cerita wayang. Itu kan ada Yudhistira yang dipersepsikan sebagai sosok yang jujur. Karena pemimpin itu harus jujur," ujar Hasto di Ciawi, Bogor, Selasa, 15 Agustus 2023. [Benhil]