Selamatkan Indonesia dari Ancaman Nyata Disintegrasi

Disintegrasi

Oleh: Saiful Huda Ems.

Percaya atau tidak, kita semua akan selalu dibenturkan satu sama lain oleh berbagai isu tidak penting, seperti PKI yang sudah tidak ada, NII yang sudah tidak ada, liberalisme/neo liberalisme yang sejatinya tidak bisa dihindari di zaman yang terus bergerak, dan lain-lain. Itu semua merupakan pekerjaan Barat, yakni Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kondisi negara mereka terancam bangkrut dan terjadi kekacauan terus menerus di dalam negerinya sendiri. Apalagi perang Rusia melawan Ukraina yang sangat berdampak sekali pada perekonomian mereka. Selain itu juga dampak kebijakan hilirisasi Pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), yang mulai menyetop bahan-bahan mentah hasil pertambangan di dalam negeri ke luar negeri, mengakibatkan perekonomian negara-negara itu jungkir balik. 

Saat industri transportasi (mobil, motor, dan lain-lain) beralih dari bahan bakar minyak ke listrik, Indonesia telah siap dan memulai produksinya secara besar-besaran. Kita juga telah mengurangi ketergantungan dari produksi luar negeri khususnya dalam hal bahan bakar. Saat ini Kita punya nikel dan ferro yang melimpah sebagai bahan dasar pembuatan mobil listrik dan juga punya logam litium, alumunium, dan tembaga yang melimpah sebagai penghantar listrik. Oleh sebab itu, potensi kemandirian teknologi dan ekonomi kita menjadi incaran besar negara-negara luar, khususnya Barat untuk menguasai dan mengendalikan negara kita. 

Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu yang memiliki potensi besar untuk membantu memajukan perekonomian Indonesia dengan lompatan-lompatan ide-idenya di bidang pengembangan pertanian dan kelautan, seperti pengolahan dan pengembangan lahan-lahan pertanian, pengembangbiakan peternakan hewan, pembuatan kapal-kapal besar, dan lain-lain. Upaya itu merupakan wujud dari usaha untuk menciptakan kemandirian perekonomian melalui kemajuan teknologi. Apalagi di sana yang dibuat maju bukan hanya dalam sisi intelektualnya, melainkan juga sisi spiritualnya yang merupakan pilar utama agar terbentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. 

Jadi, tidak heran Al Zaytun juga menjadi incaran kepentingan asing untuk dibentur dengan kelompok-kelompok lain, yang nantinya diharapkan dapat memecah belah dan menghancurkan Indonesia, sebagaimana yang terjadi di Suriah. 

Demikian juga dengan stigmatisasi Kadrun, Cebong, dan Kampret, yang seharusnya sudah selesai pasca Pilpres (pemilihan presiden) 2019, olok-olok atau ejekan-ejekan yang membelah persatuan dan kesatuan bangsa ini nyatanya terus berlanjut. Itu akan membuat bangsa ini terus menerus berada dalam kemelut pertikaian satu sama lain yang tiada henti. Lalu bagaimana visi Indonesia Emas 2045 akan terlaksana?

Mencermati tantangan Indonesia itu, menurut hemat saya, kita sudah seharusnya mengakhiri pertikaian vertikal dan horizontal. Sebagai bangsa yang besar, merdeka, dan berdaulat, seharusnya kita saling mengingatkan satu sama lain, agar senantiasa bersinergi untuk bersama-sama memajukan Indonesia. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah menginventarisasi kembali potensi-potensi SDM yang dimiliki oleh bangsa ini. Untuk kemudian kita mulai bersama-sama berusaha mengorbitkan orang-orang yang berkualitas yang sudah kita kenali track record-nya. 

Bangsa Kaya Tapi Banyak Rakyat yang Susah

Tantangan terberat Indonesia ke depan adalah memajukan perekonomian Indonesia agar rakyat bisa lebih makmur dan sejahtera. Seperti yang saya sampaikan di awal, kita ini sudah memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian di masa depan. Namun nampaknya kita jarang menemukan orang yang cakap untuk mengelolanya, karena figur calon pemimpin nasional kebanyakan hanya berlatar belakang politisi baik dari sipil dan militer. Di antara mereka hampir tidak ada yang ahli dalam pengelolaan SDA Indonesia.  

Untuk level Presiden, memang kita sangat memerlukan politisi yang handal dalam manajemen konflik, semisal Ganjar Pranowo atau Moeldoko. Namun untuk level wakil presiden atau menteri, sebenarnya kita memerlukan sosok yang faham akan kebudayaan dan manajemen SDA. Kenapa? Karena negara kita ini sangat besar dan memiliki SDA yang belum terkelola secara maksimal. Beruntung sekali Presiden Jokowi sudah memulainya dengan memaksimalkan potensi SDA itu, namun sayangnya masih juga kita dengar adanya mafia pengelola SDA khususnya di bidang pertambangan. Inilah mengapa di antara kita banyak yang bertanya-tanya, Indonesia kaya raya tapi kenapa rakyatnya masih banyak yang hidup susah?

Jokowi memang bukanlah dewa atau tuhan Yang maha perkasa. Dia tetap manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mantan Gubernur Jakarta itu merupakan figur pemimpin jujur dan cerdas. meski beliau lahir dari kalangan rakyat bawah, namun beliau terbukti sanggup membawa Indonesia maju pesat khususnya di bidang infrastruktur. 

Namun sayangnya kepala negara itu juga kerap dikhianati oleh para bawahannya, sehingga kita dapat menyaksikan ada beberapa anggota Kabinet yang masuk penjara karena kasus korupsi. Oleh sebab itu, kita perlu turut memberi saran pada beliau dan para calon presiden penggantinya kelak tentang orang-orang potensial yang perlu diorbitkan dan direkrut menjadi pejabat-pejabat penting di negeri ini. 

2 Ton Emas di NTB

Saran dari saya misalnya, saya mengenal seorang yang ahli di bidang kebudayaan dan tambang. Saya sudah beberapa kali menyampaikannya lewat opini. Namanya Dr. R. Haidar Alwi, MT. Dia adalah sarjana S1 dan S2 ITB yang juga pernah belajar di AS. Haidar sangat mengerti tentang potensi SDA Indonesia dan bagaimana mengelolanya. Haidar sering meyakinkan kami tentang sepertiga mineral dunia itu ada di Indonesia dan juga sangat paham potensi tambang emas sebesar 2 miliar ton di NTB (Nusa Tenggara Barat), yang menurutnya adalah harta karun RI. Dua miliar ton emas itu setara dengan 2 triliun kilo gram, yang kalau diuangkan jadi 1,6 juta triliun dengan asumsi 1 Kg emas harganya Rp 800 juta. Ini sangat besar dan bisa digunakan untuk melunasi hutang RI yang jumlahnya hanya Rp 10.000 triliun. 

Saat itu dia baru bicara tentang potensi tambang emas di NTB. Bagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya? Itu saja baru membicarakan tentang potensi tambang emas, bagaimana dengan potensi tambang-tambang lainnya yang ada di negeri kita? Haidar Alwi yang keturunan mubaligh ternama di Nusantara itu cerminan dari kekayaan SDM Indonesia, sayangnya figur seperti beliau tidak pernah dimanfaatkan Pemerintah sesuai kapasitasnya. 

Meskipun demikian, Haidar Alwi yang selama ini saya kenal sebagai Presiden Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institut itu tidak pernah patah semangat untuk memajukan Indonesia dengan caranya sendiri. Salah satu contoh konkrit konstribusinya pada kemajuan Indonesia adalah melakukan kerja sama dengan Universitas Gajah Mada. Beliau turut memberangkatkan para mahasiswa di kampus itu ke Turki dan Singapura untuk mempopulerkan Kebudayaan Indonesia, khususnya Kebudayaan Rampoe Aceh. 

Saya pikir, orang-orang seperti Haidar Alwi ini sangat sayang sekali jika tidak mendapatkan tempat secara proporsional di jajaran Pemerintahan RI. Semoga Presiden Jokowi dan calon penggantinya bisa mempertimbangkannya. (SHE)

27 Juli 2023.

Penulis adalah ahli hukum dan Pemerhati Politik. [Benhil]


Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form