Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjenguk budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang sering dipanggil Cak Nun. Padahal Cak Nun pernah menyebutnya Firaun.
Rombongan Jokowi langsung masuk melalui pintu lobi Pusat Jantung Terpadu untuk menjenguknya di RSUP Dr Sardjito, Jogja. Lima belas menit kemudian ayahanda Gibran Rakabuming Raka itu meninggalkan gedung untuk melanjutkan perjalanan.
Pihak rumah sakit menyatakan istri Cak Nun, mantan artis Novia Kolopaking beserta putranya, Sabrang menemui Jokowi dalam kesempatan itu.
Cak Nun sendiri dilarikan ke rumah sakit pada Kamis, 6 Juli 2023 karena pendarahan otak. Saat ini kondisinya semakin membaik dan sedang dalam proses pemulihan.
Firaun dan 10 Naga
Meski Cak Nun pernah menyatakan Kepala negara RI itu sebagai Firaun, namun hal itu tidak menjadikan masalah yang berarti bagi Jokowi. Hal itu dibuktikan dengan perhatiannya saat budayawan itu sakit.
Penyebutan Firaun itu diucapkan dalam potongan video ceramah Cak Nun yang viral di media sosial (medsos) pada awal tahun 2023. Selain itu, pria 70 tahun itu juga mengatakan kalau Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebagai Haman.
"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut," ucapnya.
Tentu saja pernyataan itu membuat marah netizen Tanah Air dan balik menyerang Cak Nun di medsos.
'Maklum, dia tidak pernah dikasih jabatan sama Jokowi,' tulis sebuah akun pada saat itu.
Perihal Jokowi yang menyempatkan diri untuk menjenguk cendekiawan muslim tersebut juga mendapat perhatian dari netizen.
'Cak Nun sedang dijenguk Firaun,' tulis seorang netizen.
'Jokowi pemimpin yang penuh kasih dan tidak ada dendam terhadap lawan politiknya, tulis yang lain.
'Firau sedang kesambet,' tulis netizen lain yang menyindir pernyataan Cak Nun.
Ketika masyarakat marah dengan pernyataannya, Cak Nun berdalih kalau dirinya sedang kesambet saat mengatakan kalau Jokowi adalah Firaun. Kesambet adalah istilah bahasa Jawa yang artinya tidak sadarkan diri karena kerasukan roh halus. [Benhil]