Ahli hukum dan pengamat politik Saiful Huda Ems. menyatakan kalau capres (calon presiden) Ganjar Pranowo (GP) dan Prabowo Subianto (PS) patut mewaspadai kasus hukum yang menimpa Ketua Umum (ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Kasus tersebut, menurut Saiful bisa jadi akan mengubah peta capres 2024 karena jika Airlangga yang berstatus saksi meningkat menjadi tersangka maka akan segera diadakan Munaslub (musyawarah nasional luar biasa) Partai Golkar. Jadi Partai berlambang pohon beringin itu diharapkan tidak merapat ke kubu Koalisi Perubahan.
"Kalau Golkar pindah ke Koalisi Perubahan dan Anies Baswedan jadi Nyapres maka duet GP - PS sangat mungkin sekali terjadi, sebab jika keduanya masing-masing maju capres, sangat mungkin salah satunya akan kalah dan Anies punya potensi jadi pemenangnya di Putaran kedua," ujar Syaiful Huda Ems. pada ulasan tertulisnya pada Selasa, 25 Juli 2023.
Saiful menyatakan jika Munaslub Golkar tidak dilaksanakan maka pasti Partai itu akan menjadi pendukung baru Anies Rasyid Baswedan (ARB), sehingga mau tidak mau GP dan PS harus sama-sama merapat dan membentuk koalisi baru Perjuangan Indonesia dan menduetkan Ganjar-Prabowo pada Pilpres (pemilihan presiden) 2024.
Menurutnya, masih ada jalan lain jika Ganjar dan Prabowo ingin menang tanpa berkoalisi, yakni memunculkan aliansi parpol baru di luar PDIP (19,33%), PPP (4,52%), HANURA (1,54%) dan PERINDO (2,67%), GERINDRA (12,57 %) dan PKB (9,69 %), NASDEM (9,5 %), PAN (6,84 %) dan PKS (8,21%), serta memunculkan Capres alternatif diluar Ganjar, Prabowo, dan Anies. Misalnya saja Moeldoko yang bisa saja didukung oleh Partai DEMOKRAT (jika Peninjauan Kembali Moeldoko menang) (7,77%) dan GOLKAR (12,31%).
"Jika 4 calon ini dimunculkan, maka setiap Capres dari ke empatnya mempunyai kans kemenangan yang sama, dan para pendukungnya sama-sama mempunyai harapan kemenangan. Ini terjadi karena kebekuan konstituen akan menjadi cair dan bebas memilih Capres yang diinginkannya," ucap mantan aktivis politik di Berlin, Jerman tahun 1991-1995 itu.
Pengkhianatan Airlangga
Saiful menyatakan Duet Ganjar-Anies akan berpotensi mengalahkan Prabowo, namun sebaliknya jika duet Ganjar-Prabowo melawan Anies (siapapun pasangannya) pasti akan memenangkan Ganjar-Prabowo.
"Pelik sekali memang Pilpres 2024 ini, koalisi partai-partai juga belum final terbentuk, tapi salah satu Ketum Parpolnya sudah berurusan dengan hukum. Jangan-jangan gelagat penghianatan Airlangga terhadap partai koalisinya sudah terbaca, makanya dibukalah kasusnya. Ya terima saja, semua perbuatan mempunyai konsekuensi logisnya," katanya.
Modal Antitesa Jokowi
Nyatanya banyak masyarakat yang mempertanyakan motivasi Partai Nasdem memilih ARB sebagai capres. Mantan Gubernur Jakarta itu dianggap tidak bisa bekerja saat menjabat dan sering mengambil kebijakan kontroversial.
Sangat tidak bijaksana kalau memilih ARB hanya karena dia adalah antitesa Jokowi dalam banyak hal (terutama dalam kinerja). Yang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa dan negara Indonesia.
'Jakarta sudah diacak-acak, apa mau minta Indonesia yang diacak-acak?' tulis seorang netizen.
'Pengen jabatan itu dengan kinerja, bukan jualan agama,' tulis yang lain menyindir cara ARB meraih kemenangan pada Pilkada DKI Jakarta. [Benhil]