Khilafah tidak akan membuat makmur penduduk dunia pada umumnya dan umat muslim pada khususnya. Konsep itu hanyalah dalih bagi negara-negara kapitalis untuk merampok kekayaan negara lain.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris sebagai pentolan kapitalis berperan besar untuk menyebarkan paham khilafah ke seluruh dunia untuk mengamankan kepentingan mereka. Kedua negara tersebut masih memegang prinsip neo-kolonialisme dan imperialisme.
Apa buktinya kalau negara-negara kapitalis itu punya andil menyebarkan khilafah? Seperti yang terjadi di Nigeria, sebuah negara di Benua Afrika berpenduduk 170 juta jiwa dan sangat kaya sumber daya alam, terutama minyak.
AS punya andil menyuntikkan konsep Khilafah bersama Kerajaan Saudi Arabia kepada rakyat negara itu. Konsep itu dipakai milisi Boko Haram untuk memberontak pada Pemerintah Nigeria sehingga menyebabkan perang saudara.
Ketika negara itu sudah porak poranda, petinggi CIA memberikan komentar dengan enteng, "Terima kasih kepada Boko Haram, setengah Nigeria kini di bawah hukum syariah, dimana ini menjadi alat yang mudah bagi kami untuk mengendalikan banyak orang."
Negara kapitalis dunia sengaja memberlakukan hukum syariah agar mudah mengendalikan banyak orang. Hal itu yang dilakukan AS di Nigeria, yakni mengangkut sumber daya alamnya.
Rakyat Nigeria cukup dijanjikan jaminan masuk surga bagi mereka yang patuh, taat, dan memuliakan para pimpinan yang dianggap utusan surga.
Di sisi lain, penculikan dan pemerkosaan anak-anak perempuan dibawah umur marak terjadi. Perbuatan laknat itu dianggap sebagai bagian dari upah surga selama di dunia.
Nigeria hanya satu contoh kasus saja. Negara lain yang bernasib hampir sama adalah Libya, Yaman, Suriah, Afghanistan, dan Mesir. Semua selalu terkait dengan minyak, sesuai motto: 'siapa menguasai minyak, dia akan menguasai dunia'.
Perang Bosnia
Saat sebuah perusahaan internasional dari AS yang bergerak dalam jasa eksplorasi, Halliburton mengetahui kalau di laut Kaspia terdapat sumber gas alam sangat besar, maka negara-negara disekitarnya hanya menunggu waktu untuk menjadi kacau.
Kekacauan itu mengawali perang Bosnia tahun 1990. Konflik itu membuat masyarakat muslim dunia tersulut emosi rasa persaudaraan karena isu perang agama, yakni Muslim dibantai Kristen. Ada pihak yang menggiring opini kalau perang saudara antara Bosnia dan Serbia itu adalah konflik antar agama.
Para serdadu milisi dan para mujahid sisa perang Afghanistan tiba-tiba sudah berkumpul di sana. Mereka hadir dan siap berperang demi agama.
Saat Perang Bosnia memanas, AS secara diam-diam berhasil membangun jalur pipa minyak dan gas sepanjang 1000 mil yang menghubungkan Azerbaijan (Laut Kaspia), Georgia, dan Turki. Dalam suasana yang damai, pembangunan itu mustahil bisa dilaksanakan.
Perang saudara tersebut juga mampu menggulingkan diktator yang pro-Rusia dan menggantinya dengan pemimpin yang pro-Barat. Penggantian itu semakin melancarkan pembangunan pipa itu dan juga mengacaukan saluran pipa serta mengganggu kepentingan Rusia sebagai musuh terbesar AS.
Adakah Khilafah yang Sudah Didirikan AS?
Osama bin Laden dan Abu Bakar al-Baghdadi ditenggarai merupakan mitra lama negara kapitalis. Keduanya orang bodoh pimpinan Al Qaeda dan ISIS yang terjebak dalam mimpi kebesaran khilafah. Saat dianggap tidak berguna lagi, keduanya dibunuh.
Jadi Khilafah itu sejatinya tak akan pernah lahir kembali karena khilafah adalah dongeng tentang surga yang diajarkan oleh Kerajaan Saudi Arabia, dimentori oleh Amerika, dan umat adalah korban sampingan atas keserakahan Kapitalis.
Bagaimana dengan penyebaran khilafah oleh AS di Asia Tenggara? Wilayah tersebut adalah posisi strategis kepentingan AS terhadap dominasi China, terutama di Laut China Selatan.
Kerusuhan antara mayoritas Budha dan minoritas Muslim Pattani di Thailand Selatan akan menjadi alasan AS untuk menuduh militer negara itu telah melakukan pelanggaran HAM (hak asasi manusia). Hal itu juga terjadi pada Philipina dengan Pemberontak Moro. Ada sedikit saja indikasi Thailand dan Philipina mesra dengan Rusia, maka kerusuhan di wilayah itu akan terus terjadi.
Umat Buddha menganiaya Muslim akan menjadin isu yang gampang menarik perhatian. Kita semua tahu, pariwisata adalah bisnis utama negeri Gajah Putih itu. Kerusuhan akibat perang saudara akan menganggu industri pariwisata.
Konflik itu menjadi taktik AS dan Kerajaan Saudi Arabia untuk mengontrol Thailand dan juga Philipina.
Bagaimana dengan Indonesia?
Berbeda dengan Thailand dan Philipina, mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim. Cara adu domba antar umat sesama agama dirasa kurang pas. Maka taktinya adalah rakyat atau umat Muslim dibenturkan dengan negara dan negara dibenturkan dengan agama.
Saat ini yang diincar kapitalis bukan minyak Indonesia, melainkan mineral bumi. Peralatan teknologi modern membutuhkan mineral tersebut.
Kesadaran pemerintahan Jokowi akan peran penting mineral bumi telah mempersulit banyak negara maju yang sangat bergantung pada bahan tersebut. Jokowi melarang eksport bahan mentah dari seluruh jenis mineral bumi demi kemakmuran dalam negeri.
Perang dagang AS dan China juga mempersulit AS memperoleh logam tanah jarang (LTJ). Padahal logam itu menjadi komponen penting untuk perangkat tekhnologi militer negara adi kuasa itu. China tidak akan mengekspor LTJ ke AS.
Indonesia sebagai negara paling kaya akan mineral bumi tentu akan menjadi incaran kapitalis. Dulu Libya hingga Bosnia sebagai negara mayoritas muslim dibikin hancur dengan alasan agama. Bukan tidak mungkin, Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar dunia bakal dihancurkan dengan cara yang sama untuk menguasai mineral buminya.
Maka kita harus selalu waspada. Jangan mau dibodohi dengan janji khilafah.
Karto Bugel
Penulis adalah seorang aktivis media sosial. [Benhil]