Oleh: Saiful Huda Ems
Anies Baswedan di berbagai release lembaga survei elektabilitasnya terus anjlok, lingkaran elite kader partai pengusungnya (NasDem) terlibat korupsi Rp. 8,5 Triliun. Surya Paloh semakin ketakutan, dugaan tali temali skandal korupsinya bakal dibuka.
Partai Demokrat dan PKS sama-sama memaksa kadernya (AHY dan AHER) ingin dijadikan Cawapresnya Anies, jika saja NasDem tetap ingin berkoalisi dengan mereka (Partai Demokrat dan PKS). Padahal bagi Surya Paloh, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan AHER "tidak layak jual".
Kegalauan AHY yang tak kunjung dideklarasikan oleh NasDem sebagai cawapresnya Anies ditangkap oleh elite-elite politisi PDIP, maka AHY dikasih iming-iming jadi Cawapres Ganjar Pranowo.
Melalui Puan Maharani, nama AHY diumumkan masuk daftar yang kesekian sebagai nominasi cawapresnya Ganjar Pranowo. SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan AHY gembira mendengarnya, seperti anak SD yang baru lulus dan diterimah di sekolah SMP Negeri.
Hatinya berbunga-bunga sampai mengubur suara Denny Indrayana, yang terus berkoar-koar menyerang Pemerintahan Jokowi dari Australia.
Padahal jika saja SBY dan AHY jeli, Agus Harimurti Yudhoyono sebenarnya sedang dipermalukan oleh PDIP. Masak iya sekelas Ketua Umum Partai Demokrat (AHY) kok hanya disambut oleh Wakil Ketua Umum PDIP (Puan Maharani)?
Mestinya kan Ketum ditemui oleh Ketum juga? Inilah strategi hebatnya PDIP, dimana pada akhirnya Partai Demokratnya AHY memutus hubungannya dengan NasDem, lalu merapat ke PDIP atau nantinya ke Gerindra setelah AHY berkhayal dijadikan Cawapresnya Ganjar Pranowo atau Prabowo, yang ternyata AHY hanya di PHP-in mereka semua saja.
Anies Baswedan
Bagaimana dengan Anies Baswedan? Yohanes Anies Baswedan selain akan kekurangan dukungan dari partai-partai pengusungnya, juga akan kehilangan bohir-bohirnya kecuali Jusuf Kalla. Disebut kekurangan dukungan partai, karena NasDem sampai kini tidak juga dapat memutuskan, partai politik mana yang sudah bergabung dengannya.
Kalau PDIP bersama Capres Ganjar Pranowonya sudah jelas partai-partai pendukungnya, bahkan setelah PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PAN (Partai Amanat Nasional) dan Perindo (Partai Persatuan Indonesia) juga menyatakan dukungannya ke Capres Ganjar dan menyatakan kemauan kerja samanya dengan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
Yohanes Anies Baswedan terancam hilang dari peredaran bursa Capres 2024, dan itu bukan karena nama Anies telah berusaha dihilangkan oleh Presiden Jokowi (Joko Widodo) dan PDIP, melainkan karena kecerobohan Anies, Surya Paloh dan Nasdem beserta koalisi jadi-jadiannya sendiri.
AHY yang sangat kekanak-kanakan, pokoknya ingin dijadikan Capres/Cawapres oleh Peponya sendiri, ternyata masih belum cukup umur dan dewasa dalam politiknya, maka AHY tak layak dijual. AHY pun mulai ngambek dan melalui Andi Arief, Partai Demokrat mengancam Nasdem agar segera mendeklarasikan Cawapresnya, kalau tidak maka Partai Demokrat akan berpikir ulang untuk mendukung Anies.
NasDem marah, kader-kadernya mulai marah karena merasa terus ditekan oleh gerombolan Cikeas, mereka ramai-ramai menyemprot Partai Demokratnya AHY. Panggung politik tinggal menyisahkan Capres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Kalau Capres Ganjar sudah jelas dukungannya, bagaimana dengan Prabowo? Gerindra nampaknya masih pusing juga terus menerus dipepet oleh PKB, yang memaksakan Muhaimin Iskandar menjadi Cawapresnya Prabowo. Padahal sebagaimana AHY, MI juga sangat tidak layak jual di pasaran pemilih Politik Indonesia.
- Artikel Menarik: Khilafah Sebagai Dalih Kapitalis Merampok Negara Lain
Prabowo Subianto
Partai Gerindra (Partai Gerakan Indonesia Raya) sebagaimana NasDem, masih belum mendapatkan ketegasan mengenai partai mana yang sudah menyatakan sungguh-sungguh ingin mendukung Prabowo Subianto sebagai Capresnya.
Bahkan yang ada, terkesan banyak partai politik yang saat ini bolak-balik mengunjungi Prabowo atau Partai Gerindra, hanya ingin mencari informasi Prabowo Subianto sudah didukung oleh partai mana saja, dan sebisa mungkin mereka menyalonkan dirinya sendiri karena merasa mendukung Prabowo lagi berarti alamat bakal menderita kekalahan lagi.
Mungkinkah Ganjar Pranowo akan melawan kotak kosong? Inilah yang harus kita cegah, biarlah Prabowo Subianto tetap maju saja. Kalau Prabowo menang itu baru sejarah, kalau Prabowo kalah lagi, itu pelajaran berharga bagi putra-putri Indonesia.
Bahwa kalau ingin menjadi manusia hebat tirulah Prabowo, kalah berkali-kali, gagal berkali-kali, namun tetap nyalon lagi-nyalon lagi. Ingat: kekalahan dan kegagalan adalah pintu kesuksesan yang tertunda-tunda. (SHE)
13 Juni 2023.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik