Oleh: Saiful Huda Ems.
Sejak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri mengumumkan Ganjar Pranowo (GP) sebagai Bacapres (bakal calon presiden), hingga saat ini masyarakat masih menunggu, siapa kiranya Bacawapres yang akan menjadi pendamping GP. Bacawapres akan sangat menentukan dalam pertarungan kontestansi Pilpres (pemilihan presiden) 2024.
Meski sempat menurun bulan lalu, dua minggu ini elektabilitas GP di berbagai lembaga survey kembali menguat meninggalkan Prabowo Subianto (PS) dan Anies Baswedan (AB).
Analisa para politisi menyatakan jika GP salah menentukan pendampingnya (Bacawapres), maka suara pemilihnya akan beralih ke PS atau AB. GP sendiri dipandang masyarakat sebagai figur penerus estafet kepemimpinan nasional Presiden Joko Widodo (Jokowi) di masa depan yang diharapkan bisa menjaga dan melanjutkan program strategis nasional Pemerintahan Jokowi.
Di tahun-tahun terakhir pemerintahan ini, kita pasti melihat berbagai prestasi cemerlang yang telah dicapai mulai dari pembangunan puluhan waduk raksasa, bandara internasional, perpanjangan jalan tol, pelabuhan-pelabuhan besar, jembatan-jembatan penyebrangan, dan lain lain.
Namun kita juga tidak boleh menutup mata terhadap berbagai ketimpangan atau kejanggalan di masa pemerintahan Jokowi saat ini, seperti korupsi di beberapa instansi pemerintahan, penyelewengan triliunan dana Otsus Papua, dan beberapa kekerasan horizontal yang meningkat dari tahun ke tahun.
Jika nanti GP mendapat pendamping figur yang memiliki pemikiran sama, keduanya hanya mengandalkan isu-isu kampaye politik tentang prestasi program Pemerintahan Jokowi, maka saya khawatir kampanye tersebut akan ketinggalan zaman, alias (maaf) basi.
Oleh karena itu, bacawapres GP harus sosok yang bisa dan berani kritis pada Pemerintahan Jokowi, tanpa harus kehilangan loyalitasnya pada Pemerintah. Singkatnya, figur tersebut harus kritis kooperatif, bukan pendukung buta apalagi oposan kekanak-kanakan, naif dan suka mengada-ada. Itu akan membuat kampanye GP menjadi menarik.
Jadi kita bisa membayangkan kampanye politik GP di Pilpres 2024, di mana GP akan menyuarakan keberhasilan kinerja Pemerintahan Jokowi, sedangkan pendampingnya akan kampanye dengan mengemukakan solusi yang akan dilakukan untuk memperbaiki beberapa sisi kekurangan Pemerintahan Presiden RI ke-6 itu. Kombinasi taktik kampanye yang meramu antara dukungan dan kritikan pada pemerintahan itu akan mampu meraih dukungan simpatik dari berbagai elemen yang sebelumnya saling berseberangan.
Siapa Cawapres Ganjar yang Paling Tepat?
Lalu siapakah cawapres alternatif pendamping GP yang saya rekomendasikan?
Di tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya telah menawarkan cawapres alternatif dari latar belakang Militer, yakni Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Presiden R.I. Hal ini perlu saya ungkapkan, mengingat belajar dari sejarah, bila presiden muncul dari kalangan sipil yang tidak mendapatkan dukungan penuh dari militer, biasanya sarat gangguan bagi pemerintahan.
Namun, tidak adil dan kurang tepat jika saya hanya mengusulkan satu figur sebagai pendamping GP. Oleh sebab itu, di opini kali ini saya mengusulkan figur bacawapres GP lain dengan latar belakang sipil, yaitu R. Haidar Alwi, tokoh anti radikalisme dan penentang terdepan intoleransi.
R. Haidar Alwi adalah aktivis yang sangat populer di kalangan relawan Jokowi dan mempunyai pengaruh bagi para ulama Nusantara. Latar belakang pria yang lahir dan besar di Solo itu sebagai muslim terdidik dan berintegritas sangat berguna untuk menghadapi kelompok-kelompok ekstrim, radikal, dan intoleran.
Meskipun memiliki kontribusi bagi Pemerintahan Jokowi, R. Haidar Alwi tidak terlalu berambisi untuk meraih jabatan. Keturunan VIII Sultan Mahmud Badaruddin Palembang itu memiliki jabatan sebagai komisaris utama perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor, tambang, serta perfilman.
Kiprah alumni ITB itu di ormas juga mumpuni. Dia menjabat sebagai Wakil Pembina dan Penasehat Jam'iyah Ruqyah Aswaja (JRA) dan Ketua Dewan Pengarah LADISNU bersama KH. Said Aqil Shiradj.
"Saya asli Nusantara karena saya tau siapa leluhur-leluhur saya sampai ke puluhan tingkatan yang dahulu lahir, hidup dan berjuang di Negeri Indonesia ini. Sedangkan kalian yang sering mengaku-ngaku orang Indonesia asli saja tidak tau siapa nama-nama kakek moyang kalian. Paling pol kalian hanya ingat siapa nama kakek kalian, setelah itu lupa semuanya. Benar kan?" kata R. Haidar Alwi.
Semoga GP dan pihak yang berkepentingan bisa mempertimbangkan dua figur yang saya rekomendasikan sebagai bacawapres itu. (SHE)
09 Mei 2023
Penulis adalah ahli hukum dan Pengamat Politik
[Benhil]