Bagi 3 capres (calon presiden) yang akan tampil pada Pilpres (pemilihan presiden) 2024, mereka perlu fokus pada 2 provinsi yang menjadi penentu kemenangan pada ajang 5 tahunan itu.
Saat ini 3 capres yang kemungkinan maju di pesta demokrasi tahun depan adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Saat sudah tiba waktunya, mereka akan bersiap untuk melakukan kampanye pada jadwal yang telah ditentukan.
Namun berdasarkan data sejak pertama pilpres secara langsung dilaksanakan pada 2004, telah terlihat 2 provinsi penentu kemenangan, yakni Provinsi Jawa Tengah (Jateng ) dan Jawa Timur (Jatim).
Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) total pemilih di 2 provinsi tersebut berjumlah sekitar 47 juta orang dari total 155 juta orang pemilih seluruh Indonesia. Itu sudah sekitar 35 persen pemilih secara keseluruhan.
Data tersebut juga menunjukan kalau Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Jokowi (Joko Widodo) unggul dua kali berturut-turut di 2 provinsi tersebut, dengan rata-rata perolehan suara sebesar 65 persen.
Kondisi itu sekaligus merepresentasikan posisi silent majority dari bangsa Indonesia yang berada di Jateng dan Jatim. Secara hiruk pikuk politik, masyarakat di wilayah tersebut hampir tidak pernah menunjukan eksistansi. Namun ketika menentukan pilihan, mereka menjadi penentu utama dari kemenangan figur capres.
Hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi masing-masing capres untuk bisa meraih suara maksimal di 2 provinsi itu.
Orang Jawa Pilih Orang Jawa
Analisa politik paling sederhana tentang kenapa Jateng dan Jatim menjadi penentu kemenangan dalam ajang pilpres adalah karena mayoritas yang tinggal di provinsi itu adalah etnis Jawa.
Meski terkenal sebagai etnis yang ramah dan terbuka, namun untuk urusan memilih pemimpin, orang Jawa sangat primordialis. Mayoritas orang Jawa memilih orang Jawa sebagai pemimpin mereka.
Itulah kenapa SBY dan Jokowi bisa menang dengan mudah di Jateng dan Jatim. Tentu saja masyarakat di sana juga paham dengan kinerja dan rekam jejak dari 2 tokoh tersebut.
Kondisi itu diamini oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dengan berkelakar menyatakan, butuh sekitar 100 tahun lagi Indonesia baru akan memiliki presiden dari luar Jawa.
"Di Amerika butuh 170 tahun untuk orang Katolik jadi presiden Amerika. Butuh 240 tahun untuk orang hitam jadi presiden di Amerika. Jadi mungkin butuh 100 tahun dari kemerdekaan untuk orang luar Jawa jadi presiden Indonesia," ucap pria yang akrab disapa JK itu pada sebuah acara Lemhanas tahun 2018.
JK yang keturunan bugis di Sulawesi pernah maju sebagai capres di ajang Pilpres 2009, namun dikalahkan oleh SBY. [Benhil]