Kontroversi penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo, Yogyakarta masih menjadi pembicaraan hangat, baik di media sosial atau di kehidupan nyata. Peristiwa itu diketahui lewat video yang diunggah pada Rabu, 22 Maret 2023.
Hingga saat ini, Minggu, 26 Maret 2023, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang merupakan Raja Kesultanan Yogyakarta sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum mengeluarkan pernyataan tentang tindakan yang terjadi di wilayahnya tersebut.
Tindakan yang bagi banyak pihak dianggap menciderai sikap toleransi di kawasan pariwisata tersebut berkembang seperti bola liar di mana masing-masing pihak saling menyalahkan.
Masih menurut video tersebut, awal mula penutupan patung itu dengan terpal berwarna biru adalah aksi dari salah satu ormas yang merasa tidak nyaman beribadah karena keberadaan patung itu.
Ormas tersebut menyatakan kalau patung Bunda Maria itu mengganggu para muslim yang beribadah di Masjid Al-Barokah selama Ramadan 2023 atau 1444 Hijriah.
Pihak kepolisian yang diwakili Kanit Binmas beserta lima anggota Polsek Lendah, Kulon Progo, terpantau (di video itu) ikut mengamankan penutupan patung tersebut.
Belakangan, Kapolres Kulon Progo AKBP Muharomah Fajarini menyangkal kejadian itu sebagai tekanan ormas. Itu adalah inisiatif pemilik rumah doa yang bernama Yakobus Sugiarto.
Lampu Kuning Sultan Yogyakarta
Belum rampung kasus penyerangan terhadap Gus Fuad dari ormas yang menamakan diri sebagai pembela habib, telah muncul kasus intoleransi di Yogyakarta berupa penutupan patung Bunda Maria.
Sedangkan ketika kasus tersebut semakin heboh dan menjadi konsumsi dan menjadi bulan-bulanan dibahas oleh publik, belum ada pernyataan resmi dari Sultan Yogyakarta mengenai hal itu.
Padahal sudah sejak jauh-jauh hari, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, almarhum Ahmad Syafii Maarif telah memperingatkan tentang hal itu.
Negarawan yang akrab disapa Buya Syafii itu pada 17 Februari 2018 mengharapkan agar Sri Sultan HB X untuk lebih memahami keluhan rakyat Yogyakarta tentang maraknya praktik intoleransi di daerah itu.
Menurut pria yang sudah wafat pada 27 Mei 2022 itu, tindakan intoleransi di Yogyakarta sudah merupakan lampu kuning dan Sultan perlu bertindak untuk mencegahnya.
"Harus ada kepekaan terhadap kebinekaan. Bangsa ini harus dijaga," kata Syafii Maarif saat itu. [Benhil]