Seorang Jemaah umrah dari Indonesia bernama Muhammad Said (26 tahun) didakwa melakukan pelecehan seksual pada jemaah perempuan asal Lebanon tepat di depan Kakbah Mekkah, Arab Saudi. Kejadian itu merupakan satu dari banyak kasus serupa di sana.
Jemaah dari Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan itu dihukum dua tahun penjara dan denda Rp 200 juta. Muhammad Said melakukan perjalanan ibadah itu dari tanggal 3 hingga 15 November 2022.
Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi Arab Saudi, kronologi kejadian itu berawal saat Said merapatkan tubuhnya ke wanita Lebanon itu saat keduanya berada di depan Kakbah.Dengan serta merta dia langsung memegang payudara jemaah umrah wanita Lebanon itu. Naas bagi Said karena kejadian itu disaksikan oleh dua orang Askar atau petugas keamanan di sana. Dua askar tersebut langsung mengamankan Said.
Pemerintah Indonesia lewat Konsulat Jenderal RI (KJRI) sedang mempersiapkan berkas pengajuan banding. Hal itu sebagai upaya agar Said bisa dibebaskan.
Satu dari Banyak Kasus
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan jemaah Tanah air tersebut merupakan satu dari banyak kasus serupa yang terjadi selama perjalanan ibadah di Mekkah, baik umrah atau haji.
Dilansir dari media Middle East Eye, beberapa wanita muslim saat ini mulai berani berbicara pengalaman pelecehan dan penyerangan seksual yang terjadi pada mereka saat melaksanakan ibadah itu.
“Saya telah mengalaminya [pelecehan seksual di Mekah] dua kali. Pertama kali, saat umrah pada usia awal dua puluhan, seorang pria menyentuh saya dari belakang” kata Salma Omar, seorang guru berusia 33 tahun dan ibu dari anak kembar tiga dari Kairo, Mesir.
“Yang Kedua terjadi saat haji beberapa tahun kemudian. Ketika saya melakukan Tawaf di sekitar Ka’bah, seorang pria terus mengikuti saya dan menggesek saya. Pada awalnya, saya pikir itu adalah kesalahan terutama karena saat itu sangat ramai, saya tidak bisa berbalik untuk melihat siapa itu pada awalnya, tetapi ketika akhirnya
Saya melihatnya, saya melihat seorang pria menatap langsung ke mata saya dan tersenyum. [Serangan] pasti berlanjut selama sekitar lima atau 10 menit saat saya terus berusaha menjangkau anggota kelompok saya. Saya merasa ketakutan. Insiden ini benar-benar membuat saya takut seumur hidup,” ucapnya.
Banyak wanita yang mengaku kasus pelecehan yang terjadi pada mereka itu telah membuat trauma. Namun, kejadian itu masih sering terjadi karena kemungkinan untuk meminta pertanggungjawaban dari si pelaku sangat tipis.
“Ada polisi di sana, tapi dengan orang sebanyak itu akan sangat sulit mengendalikan mereka. Saya juga tidak yakin kalau mereka [polisi] akan menanggapi laporan saya dengan serius,” tambah Omar, mengingat polisi Saudi pernah memarahinya ketika jilbabnya terlepas dan memperlihatkan beberapa helai rambut.
Salma Omar yang merasa terhina mengaku tidak menyangka pelecehan itu bisa terjadi di kota suci Mekkah.
Alaa Yasin, seorang guru berusia 33 tahun dan ibu tiga anak dari Liverpool, juga mengaku mengalami pelecehan seksual selama haji.
“Saya bersama saudara laki-laki untuk melakukan Tawaf. Saat itu saya merasakan seseorang menabrak saya berulang kali dan mendorong-dorong saya," ujar Alaa Yasin.
Dia tidak bisa menunjuk pelakunya karena terlalu banyak orang di sana, maka menyuruh saudara laki-lakinya untuk berada di belakangnya.
Menurut Alaa Yasin, banyak wanita yang mengeluh karena tidak bisa melaporkan insiden itu pada pihak keamanan.
Sementara banyak wanita yang menceritakan bentuk pelecehan lainnya.
“Saya sedang berjalan dengan ibu mertua saya tepat di luar masjid suci di Mekkah ketika beberapa pria menghentikan mobil mereka, menurunkan kaca jendela dan mulai memanggil-manggil kami,” ungkap Fatima Kaya, ibu dua anak berusia 28 tahun dari Istanbul, Turki.
“Sejak saat itu, saya tidak pernah pergi ke mana pun tanpa suami,” ucapnya.
Berbeda dengan Kaya, Sarah Matar yang berusia 23 tahun dari Boston, Amerika Serikat (AS) tidak mengalami serangan fisik apa pun, tetapi merasa tidak aman setiap kali dia bepergian sendirian di Mekkah.
“Saya merasakan tatapan pria pada saya ketika berjalan dari masjid ke hotel. Saya merasa seperti mangsa dan sama sekali tidak merasa aman,” katanya.
Pengalaman Menyenangkan
Meski banyak yang mengaku mengalami pelecehan selama beribadah di Mekkah, tidak sedikit yang mendapat pengalaman sebaliknya.
"Saya sudah berkali-kali ke Mekkah, dan saya merasa benar-benar damai dan aman saat berada di sana," kata Zeynep Ergun.
Yamima Talukder (41 tahun) mengatakan hal senada dengan Ergun.
"Saya merasa aman dan suami saya meninggalkan saya untuk berjalan-jalan kapan saja [pergi ke masjid]. Orang Nigeria baik dan perhatian. Saudara-saudara Indonesia sangat protektif. Pembersih jalan Bangladesh memperlakukan saya seperti mereka saudari," ucapnya.
Ditanya mengenai para perempuan yang mengalami pelecehan, Talukder mengaku merasa muak.
"Saya belum pernah mengalami hal seperti itu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana situasi seperti itu akan muncul," ucapnya. [Benhil]