Para ibu yang tidak rela bangunan SDN (sekolah dasar negeri) Pondok Cina (Pocin) 1 Depok dirobohkan, memilih bertahan di sana. Bagaimana sejarah pembangunan SDN di Tanah Air akan dijelaskan juga di sini.
Heboh ibu-ibu yang tetap bertahan di SDN tersebut diunggah di media sosial oleh akun bernama Sigit Widodo.
'Ibu-ibu orangtua murid SDN Pocin 1 menjaga pintu gerbang karena Satpol PP [Satuan Polisi Pamong Praja] Depok mengancam masuk ke sekolah,' tulisnya di Twitter pada Minggu, 11 Desember 2022.
Menurut keterangan saksi mata, sekitar 200 orang tua dan siswa menolak rencana pembongkaran dan pemindahan itu. Mereka memilih bertahan belajar di SDN Pocin 1.
Cuitan Sigit Widodo itu langsung mendapat tanggapan simpati dari netizen. Hampir semuanya menyayangkan sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Depok yang akan merobohkan tempat pendidikan itu.
'[Di sana] kebanyakan mesjid gak ada yang sholat, mending untuk sekolahan saja,' tulis sebuah akun.
'Anak2pun gak konsentrasi belajar, kasian,' tulis yang lain.
Merobohkannya Ditunda
Atas kegigihan para ibu-ibu orang tua murid tersebut, puluhan anggota Satpol PP Kota Depok, Jawa Barat memutuskan untuk membatalkan merobohkan bangunan SD Negeri Pocin 1 Depok.
Kepala Satpol PP Kota Depok Lienda Ratnanurdianny menyatakan, pihak Pemkot Depok dan kepolisian memberi masukan untuk membatalkan perintah itu.
"Ditunda, bukan gagal karena saya tadi sampaikan tetap ini harus dimusnahkan karena tidak sesuai dengan peruntukannya," ujar Lienda di SDN yang sedang menjadi polemik itu.
Menurutnya, kedatangan puluhan personel Satpol PP ke sekolah itu bukan untuk merobohkan bangunan, tapi untuk pengosongan lahan. Agar lahan SDN Pocin 1 bisa diganti dengan bangunan masjid.
Mengenai para ibu dan orang tua murid yang bertahan di SDN itu, Lienda mengatakan mereka akan diberi kesempatan untuk berdialog dengan Pemkot Depok mengenai pemusnahan bangunan sekolah itu.
Namun, nampaknya dialog berjalan alot dan belum ada kesesuaian di antara mereka.
Pihak Pemkot Depok telah memutuskan murid-murid SDN Pocin bisa pindah sekolah ke SDN Pocin 3 dan SDN Pocin 5.
Menurut Wali Kota Depok Mohammad Idris, ide pembangunan masjid di lahan SDN Pocin1 itu berawal dari keluhan masyarakat sekitar sekolah itu yang kesulitan mencari masjid di sekitar Jalan Margonda Raya.
Sudah Ada 12 Masjid
Pernyataan Idris itu dibantah oleh kuasa hukum pihak orangtua siswa SD Negeri Pondok Cina 1, Airlangga Julio. Dia menyatakan di sana sudah ada 12 masjid.
Julio juga mempertanyakan urgensi penggusuran SDN di Margonda itu yang akan dijadikan Masjid Raya.
"Di sepanjang jalan Margonda ini, kalau dihitung ada 12 masjid. Jadi, kami mempertanyakan juga urgensinya (pembangunan Masjid Raya)," ucapnya pada wartawan.
Sejarah Pembangunan SDN
Polemik bangunan SDN akan diganti masjid tersebut seakan melupakan bagaimana sejarah pembangunan SDN pada umumnya yang penuh perjuangan dan prihatin.
Media Benhil mengumpulkan dari beberapa sumber, pembangunan SDN yang dulu lazim disebut SD Inpres (Instruksi Presiden) itu mulai masif pada awal tahun 1980'an. Sesuai namanya, sekolah-sekolah tingkat dasar itu dibangun atas perintah Presiden Soeharto yang saat itu menjabat.
Dari mana negara mendapat uang untuk pembangunannya? Dari booming minyak bumi.
Pada 1979, terjadi lonjakan harga minyak bumi yang tinggi karena dipicu jatuhnya shah Iran diganti Khomeini yang anti negara Barat (Amerika Serikat, Inggris, dan lain-lain). Kejatuhan itu menyebabkan Iran memboikot ekspor minyaknya ke dunia.
Alhasil, Indonesia yang juga termasuk eksportir minyak mendapat durian runtuh dari insiden itu. Minyak negara kita dihargai tinggi saat dijual ke luar negeri. Keadaan itu yang disebut booming minyak bumi.
Keuntungan dari penjualan tersebut dipakai untuk membangun kantor-kantor pemerintah, sekolah, dan infrastruktur. Jadi sebelum era booming minyak, sekolah yang dibangun negara jumlahnya masih sangat sedikit dan hanya terpusat di kota-kota besar.
Di pelosok kota-kota kecil memang sudah ada beberapa sekolah dari tingkat dasar hingga lanjutan. Namun, kebanyakan sekolah itu bukan dibangun oleh pemerintah, melainkan oleh yayasan keagamaan.
Jadi seandainya pemerintah Indonesia tidak pernah merasakan booming minyak, mungkin berbagai SDN, termasuk SDN Pocin 1 ini tidak akan pernah dibangun. [Benhil]