Nasdem, PKS, dan Demokrat mengaku membentuk tim kecil untuk persiapan Pilpres (pemilihan presiden) 2024. Namun muncul edaran isu Nasdem mencurangi 2 partai calon koalisinya itu.
Tim kecil koalisi yang diberi nama Perubahan itu mulai menjajaki konfigurasi capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) untuk 2024.
Sebelumnya, hanya Nasdem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Sedangkan, tugas tim kecil itu untuk memilih figur cawapres.
Rencana Bentuk Koalisi Perubahan Belum Jua Matang
Selain tentang cawapres, Deputi Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menyatakan tidak semua perkembangan tugas tim kecil dipublikasikan."Pembahasan rutin dan intens, namun tak selalu terpublikasi," katanya pada awak media, Senin, 19 Desember 2022.
Menurut pihak Demokrat, koalisi antara 3 partai itu tidak perlu tergesa-gesa. Mereka perlu menunggu hingga pembicaraan matang.
Kamhar menambahkan bahwa jika pembicaraan sudah matang, deklarasi koalisi itu akan satu paket, capres dan cawapres.
Meskipun begitu, Demokrat sendiri belum punya rencana pasti tentang pendeklarasian capres dan cawapres koalisi Perubahan. Pihak Majelis Tinggi Partai yang akan memutuskan hal itu.
Nasdem Curangi Koalisi?
Rencana Koalisi Perubahan itu dibantah oleh sebuah edaran dari Penasehat DPP DGP (Dulur Ganjar Pranowo) Sabar Mangadoe pada Selasa, 20 Desember 2022.
Dalam edaran yang tersebar di media sosial itu Sabar Mangadoe menyatakan justru "Nasdem sedang berlaku curang karena disinyalir kuat bahwa yang dimaksud sebagai Koalisi Perubahan itu memang tidak akan terbentuk. Kenapa?"
Karena nanti pada momentum politik yang tepat, NasDem akan meninggalkan partai Demokrat dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). NasDem akan diterima bergabung ke KIB, yaitu Golkar PPP PAN. Ataupun ke KIR, yaitu Gerindra & PKB.
Akibatnya, partai Demokrat dengan jumlah 54 kursi DPR-RI 2019-2024 dan PKS dengan 50 kursi, total 104 kursi akan gagal membentuk Koalisi Perubahan yang dimaksud. Karena kedua partai yang ditinggalkan NasDem ini, yaitu Demokrat dan PKS tidak bisa lagi memenuhi syarat partai atau gabungan partai untuk ajukan Paslon Capres/Cawapres yang minimal harus memiliki jumlah minimal 20% DPR-RI 2019-2024, atau minimal total punya 115 kursi.
Nasdem (Diwakili Suryo Paloh) telah mendeklarasikan Anies Baswedan yang bukan kader partai sesungguhnya terutama bertujuan untuk menaikkan elektabilitas partainya saja, agar NasDem nanti di Pileg 2024 bisa memperoleh jumlah diatas 59 kursi DPR-RI 2019-2024 saat Pileg 2019 yang lalu.
Skenario Akrobat Politik NasDem
Menurut Sabar, skenario akrobat politik Nasdem borong kursi DPR-RI 2024-2029 adalah sebagai berikut:
- Pertama, Pada Pileg (pemilihan legislatif) tahun 2019 yang lalu terdapat sekitar 33 jutaan pemilih Muslim Dewasa yang terpapar Radikalisme Agama Transnasional, mereka bukanlah pendukung Capres Jokowi 2019. Tapi pendukung Capres Prabowo 2019. Karena kini Prabowo bersama Presiden Jokowi, maka pilihan 33 Muslim Dewasa dimaksud beralih ke sosok Anies Baswedan.
- Kedua, fakta politiknya ternyata hanya sekitar 11 jutaan Pemilih Muslim Dewasa yang dimaksud yang menyoblos PKS pada Pileg 2019 lalu. Nah, sisanya yang 22 juta Pemilih Muslim Dewasa dimaksud inilah yang sedang dicoba didekati dan diraih suaranya oleh Nasdem dengan cara mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Pada saat Pileg 2019 lalu, ke-22 jutaan Pemilih Muslim yang dimaksud ini mencoblos tersebar di banyak partai selain di PDI Perjuangan.
- Ketiga, bahwa Demokrat dan PKS hampir mustahil diterima untuk bergabung bersama Koalisi #KIR/Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB), ataupun bergabung bersama Koalisi #KIB/Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PPP, dan PAN). Sehingga Demokrat & PKS tanpa NasDem gagal membentuk Koalisi Perubahan yang direncanakan.
- Keempat, sedangkan #KIR ataupun #KIB akan bergabung bersama PDI Perjuangan membentuk POROS KESATU. Kemudian POROS KEDUA, yaitu #KIB ataupun #KIR bersama NasDem yang meninggalkan Demokrat & PKS
Poros Kesatu ajukan Capres Ganjar
Jika 4 skenario akrobat politik diatas terwujud, maka strategi politik Pilpres 2024 akan menghasilkan target politik terukur sebagai berikut:
PDIP melalui Megawati akan mengumumkan capres 2024, yaitu Ganjar Pranowo. Lalu PDI Perjuangan akan memilih antara #KIR atau #KIB untuk membentuk POROS KESATU.
Selanjutnya, #KIB atau #KIR bersama NasDem membentuk POROS KEDUA.
Proses berikutnya adalah POROS KESATU menetapkan Cawapres 2024 untuk Dampingi Capres Ganjar 2024. Proses ini sekaligus dilakukan dalam satu paket untuk bagi-bagi jatah kursi 34 Menteri dan beberapa jabatan pemerintahan lainnya untuk semua partai anggota dari POROS KESATU dan POROS KEDUA, yaitu PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan NasDem.
Pilpres 2024 Tanpa Anies & AHY, Demokrat & PKS Terpental dari Senayan
Jadi menurut prediksi DGP, dapatlah disimpulkan kemungkinan besar yang terjadi bahwa Pilpres 2024 Tanpa partai Demokrat dan PKS. Tanpa Anies dan AHY, tanpa politik indentitas. Dan siapapun Wakil Presiden-nya, Ganjar Presiden-nya. Ganjar Penerus Jokowi.
Akibat lebih lanjut Demokrat dan PKS tidak mengusung Paslon Capres/Cawapres, maka dapat dipastikan bahwa jumlah perolehan kursi Demokrat & NasDem untuk DPR-RI 2024-2029 akan jauh turun dibanding jumlah perolehan kursi pada Pileg 2019 lalu.
Dan bukan tidak mungkin jumlah perolehan kursinya masing-masing partai Demokrat atau PKS pada Pileg 2024 nanti sampai dibawah ambang batas parlemen, atau 'Parliament Treshold'.
Yaitu perolehan kursinya dibawah jumlah minimal 23 kursi DPR-RI 2024-2029. Atau dengan kata lain, partai Demokrat dan NasDem terpental dari Senayan, alias menjadi partai non-parlemen menjadi partai gurem seperti nasibnya partai Hanura, Perindo maupun PSI saat ini.
Dari paparan tulisan diatas kalau benar-benar terwujud, maka sesungguhnya yang terjadi adalah jelas sekali partai NasDem bukanlah sedang mencurangi Partai Demokrat dan PKS. Tapi kedua partai ini memang kalah lihai dan kalah licin dalam strategi dan taktik politik oleh Surya Paloh Ketum NasDem.
Terlepas dari sahih atau tidaknya edaran dari Sabar Mangadoe, Penasehat Politik DPP Dulur Ganjar Pranowo di atas, yang pasti politik praktis itu memang selalu dinamis dan cair. Kita sama-sama lihat dan ikuti sajalah apa yang pada akhirnya terjadi. [Benhil]