Kemarin malam, 1 Oktober 2022 akan tercatat dalam sejarah bangsa kita sebagai tragedi paling berdarah dalam dunia olah raga pada umumnya dan sepak bola pada khususnya. Ternyata kronologinya membuat pilu semua pihak.
Persepakbolaan Tanah Air bakal memasuki masa suram di mana sangsi berat dari FIFA (Federation International de Football Associationakan) tinggal menunggu waktu. Sangsi yang paling berat bisa jadi segala aktivitas sepak bola di Indonesia bakal dihentikan.
Hal itu bisa saja terjadi, mengingat jumlah nyawa yang melayang pada tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang sangat memilukan. Sebanyak 125 orang meninggal dunia.
Itu belum termasuk 180 orang yang saat ini dalam keadaan sangat kritis di berbagai rumah sakit di kota bunga itu.
Baca Juga: Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan, antara Tindakan Taktis atau Diserang Massa
Berikut ini Kronologi kerusuhan tersebut sumber dari Baintelkam Polri (Badan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia):
1. Pukul 21.58 WIB seusai pertandingan, pemain dan official Persebaya Surabaya dari lapangan segera masuk ke dalam kamar ganti pemain. Mereka dilempari oleh Aremania (Suporter Arema FC) dari atas tribun dengan botol air mineral, air mineral gelas, dan sebagainya.
2. Pukul 22.00 WIB, saat pemain dan official Pemain Arema FC dari lapangan berjalan masuk menuju kamar ganti pemain. Aremania merangsek ke lapangan dan menyerang pemain, official Arema FC.Melihat itu, petugas keamanan bersikap taktis dengan melindungi pemain hingga masuk ke dalam ruang ganti pemain.
3. Sesaat kemudian, Aremania yang merangsek turun ke lapangan bertambah banyak dan menyerang aparat keamanan. Karena Aremania semakin beringas dan terus menyerang aparat keamanan serta diperingatkan beberapa kali tidak dihiraukan, lalu aparat keamanan mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah lapangan, Tribun Selatan (11, 12, 13), dan Tribun Timur (Tribun 6).
4. Setelah tindakan penembakan gas air mata, suporter yang berada di tribun berusaha keluar melalui pintu secara bersamaan sehingga berdesakan-desakan, banyak yang tergencet dan terjatuh serta mengalami sesak nafas.
5. Pemain Persebaya Surabaya masuk kendaraan Baracuda dan bergerak meninggalkan Stadion, dengan Pengawalan Sat Lantas, Brimob dan TNI. Namun Aremania menghadang mereka dengan membakar Barier Lantas, Pagar dan 2 kendaraan roda empat pribadi milik anggota Polri serta Truk Dalmas Sat Brimob.
6. Selain itu, Aremania juga melakukan penyerangan terhadap personil pengawalan dengan menggunakan batu, botol, dan kayu, sehingga kendaraan rombongan pemain Persebaya tertahan di jalur jalan keluar.
7. Untuk menghalau massa yang rusuh, petugas berupaya membubarkan dengan cara menembakan gas air mata. Namun massa tetap bertahan dan justru malah semakin brutal menyerang aparat keamanan.
8. Sedangkan di dalam tribun stadion banyak korban mengalami sesak napas dan lemas yang coba dievakuasi ke Unit Kesehatan Stadion Kanjuruhan. Tindakan evakuai ke rumah sakit mengalami hambatan oleh aksi rusuh Aremania di pintu masuk stadion.
9. Untungnya, evakuasi yang menggunakan mobil ambulan tetap bisa dibukakan jalan oleh massa Aremania. Karena korban terlalu banyak sedangkan jumlah ambulan sedikit, maka evakuasi korban dengan menggunakan kendaraan dinas Kasat Lantas, kendaraan Grand Max Polsek, Truk Dalmas Polres, Truk Dalmas Brimob dan TNI, namun dalam perjalanan juga dilempari batu dan dihadang oleh Aremania.
10. Setelah mengetahui banyak korban yang dievakuasi menggunakan kendaraan Dinas TNI-Polri, akhirnya supporter mengurangi tekanan saat ada kendaraan dinas melintas untuk evakuasi korban.
11. Saat tekanan massa Aremania mulai berkurang, petugas membawa maju kendaraan Water Canon Polres Malang guna memadamkan api. Diikuti oleh rombongan kendaraan Baracuda pemain Persebaya Surabaya, kendaraan Pengawalan dari TNI dan Brimob, sehingga rombongan kendaraan pemain Persebaya Surabaya serta Petugas Pengawalan bisa bergerak meninggalkan Stadion Kanjuruhan.
Dari kronologi tersebut bisa dibayangkan begitu mencekamnya kondisi saat rusuh massa akibat kekecewaan terhadap kekalahan tim sepak bola.
Pertanyaannya, sampai kapan kondisi sepak bola Tanah Air bakal seperti itu? Berapa banyak nyawa menjadi tumbal olah raga? Tidak ada yang tahu.
Mungkin ada yang salah di kondisi masyarakat kita, sehingga mereka memandang sepak bola sedemikian brutal.
Sepak Bola Indonesia Bakal Suram
Di media sosial, perdebatan netizen penuh dengan pandangan yang beragam.
'Penyelenggara tidak profesional. Tidak ada yg tampil dan berusaha menenangkan masa,' tulis sebuah akun.
'Kalo di tengah suporter yang beringas pilihannya cuma 2, pak, mengambil langkah taktis atau diserang,' tulis akun bernama Balabushka di Facebook.
Ada juga komentar yang sesuai dengan hukuman yang bakal dijatuhkan oleh FIFA. 'Setelah jadi tuan rumah piala dunia U20 maka seluruh kegiatan sepakbola di indonesia akan dihentikan oleh FIFA.'
Berapa lama FIFA bakal menghentikannya? Sekali lagi, melihat jumlah nyawa yang melayang sia-sia tadi malam, mungkin FIFA bakal menghentikannya kegiatan sepak bola di Tanah Air untuk waktu yang lama.
Satu nyawa sangat berharga untuk sebuah permainan sepak bola. [Benhil]