Spekulasi orang paling tajir di dunia, Elon Musk untuk mengakuisisi Twitter akhirnya menjadi kenyataan. Dia menyampaikan itu lewat cuitan, 'Burung itu telah dibebaskan.'
Dikutip dari situs berita internasional CNN, Musk secara resmi membeli Twitter sebesar $44 miliar. Pria kelahiran Afrika Selatan itu juga memecat CEO Parag Agrawal dan dua eksekutif lainnya.
Pihak Twitter sendiri menolak berkomentar terhadap pengambilalihan itu.
April lalu, Elon Musk sepakat membeli Twitter. Namun, dia mencoba menghindar dari kesepakatan itu dengan berbagai alasan.
Akhirnya Elon mengakui telah membeli medsos itu lewat cuitannya pada Kamis, 27 Oktober 2022, yakni "burung itu telah dibebaskan."
Sedari awal Elon Musk bertekad untuk menjadikan platform itu lebih maksimal mengekspresikan 'kebebasan berbicara' dan menghapus aturan larangan permanen bagi akun yang bandel seperti akun mantan Presiden AS Donald Trump.
Pembelian medsos itu semakin memperluas bisnis Musk setelah sebelumnya telah merambah produksi mobil, roket, teknologi robot, dan internet satelit, dan bahkan implan otak.
- Berita Menarik: Kabar Gembira, Twitter Mulai Uji Coba Tombol Edit
Kesepakatan Kontroversial
Sebenarnya Musk telah memiliki 9% saham Twitter. Namun dia tidak puas dengan kinerja dan kebijakan para eksekutif-nya.
"Ini bukan cara tepat untuk menghasilkan uang," ujar ayah 8 anak itu saat mengajukan penawaran pada Twitter.
Namun beberapa bulan kemudian Musk mencoba mengingkari penawaran itu sehingga pihak Twitter menggugatnya untuk menindaklanjuti perjanjian itu.
Setelah proses pengadilan selama berbulan-bulan, pria dengan kekayaan US$316.5 miliar itu menunjukan masih optimis dengan Twitter dengan membeli di atas harga yang ditawarkan.
“Potensi jangka panjang untuk Twitter, dalam pandangan saya, adalah urutan besarnya lebih besar dari nilainya saat ini,” ujarnya pada acara konferensi Tesla pekan lalu.
Dimanfaatkan Politik
Elon Musk mungkin tidak menyadari kalau di negara lain, seperti Indonesia, kebebasan berbicara ala Twitter (yang akan dimaksimalkan oleh Musk) dipakai untuk kegiatan kontra produktif dan menyerang kewibawaan negara secara personal.
Hal itu disampaikan sebuah akun di Facebook lewat komentarnya, "Dia menggunakan Twitter, jadi tidak bisa dilaporkan sebagai pengacau."
Komentar tersebut mengarah pada beberapa orang yang menyerang kepala negara sebagai pribadi. [Benhil Online]