Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka marah dengan aksi kekerasan dari anggota Paspampres (pasukan pengamanan presiden) terhadap rakyat sipil. Mereka adalah anggota terlatih yang tidak seharusnya memamerkan kelebihannya di luar jalur hukum.
Aksi kekerasan yang dilakukan oleh paspampres tersebut adalah melakukan pemukulan terhadap sopir truk di Simpang Girimulyo, Solo. Paspampres bernama Hari Misbah tersebut perlu menyampaikan permintaan maaf di depan khalayak.
Saat dia hendak bicara di depan wartawan, Gibran tiba-tiba menarik masker yang dipakai Hari sampai talinya putus dan jatuh ke lantai.
Baca Juga: Insiden Pagar JIS, Beda Anies dan Ganjar Tanggapi Proyek Roboh
Kemudian Gibran berdiri di belakang proses keterangan pers itu dengan posisi tangan bersedekap. Raut wajahnya tampak marah memandangi proses permintaan maaf itu.
Hari menyampaikan permintaan maaf kepada korban, keluarga dan masyarakat Solo. Dia mengaku khilaf sehingga bertindak arogan dengan memukul rakyat sipil yang berprofesi sebagai sopir truk. Peristiwa itu dipicu serempetan antara dua mobil yang ditumpangi keduanya.
"Saya salah, saya minta maaf atas kesalahan saya dan tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya minta maaf kepada bapak yang saya pukul dan keluarganya. Karena perbuatan saya, mungkin menyakiti hati dan keluarganya," ucap Hari.
Menurut Gibran, permintaan maaf tersebut belum menyelesaikan permasalahan. Selain itu, pernyataan maaf disampaikan beberapa hari setelah kejadian dan menjadi viral di media sosial.
"Bagi saya belum cukup. Mereka minta maaf kan karena beritanya viral. Kalau enggak viral mereka enggak mungkin minta maaf," ucap putra sulung Presiden Joko Widodo itu.
Gibran sendiri naik pitam karena perlu melindungi warga Surakarta. Apalagi, paspampres tersebut tidak melaksanakan tugas.
"Saya enggak terima warga saya digituin, dia enggak salah kok. Paspampresnya juga tidak dalam posisi mengawal siapa-siapa," ujar ayah Jan Ethes itu.
Kabar pemukulan itu muncul di media sosial pada Kamis malam, 11 Agustus 2022. Akun @txtdrberseragam yang mengunggahnya di Twitter. Gibran mengaku mengetahui kabar tersebut dari unggahan yang mencolek dirinya di Twitter itu.
Namun, dia memilih menyerahkan urusan sanksi tindak kekerasan itu kepada atasan atau komandan Paspampres. "Itu urusan komandan. Tanggung jawab saya melindungi warga saya yang dipukul," kata Gibran.
Baca Juga: Gibran Calon Presiden, Upaya Lepas dari Oligarki
Anggota Terlatih
Paspampres adalah anggota terlatih, baik secara militer, bela diri, dan bela negara. Mereka adalah orang-orang terpilih dari anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kepolisian (POLRI).
Dengan kemampuan seperti itu sudah seharusnya seorang anggota paspampres tidak memamerkan kelebihannya di jalanan hanya karena persoalan sepele. Bahkan jika persoalan insiden di jalan tersebut dianggap serius, mereka bisa melalui jalur hukum.
Kemampuan istimewa seorang paspampres tidak sepadan dengan masyarakat sipil, apalagi seseorang yang berprofesi sebagai sopir truk. Kita semua paham bagaimana kehidupan sopir truk dan keluarganya yang bisa dikatakan cukup sederhana.
Tindakan Gibran Rakabuming Raka yang marah dan tegas terhadap anggota paspampres tersebut menjadi pertanda baik bagi keberpihakan terhadap rakyat kecil di masa depan bangsa Indonesia. Setinggi apapun profesi seseorang, dia tidak bisa bertindak arogan dan seenaknya pada warga sipil. [Benhil]