Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus, sudah di depan mata. Sebagai bangsa yang pernah mengalami masa kolonial atau dijajah oleh Belanda, tentu kita kadang membandingkan perlakuan bangsa penjajah lain, khususnya Inggris.
Indonesia yang mendapat kemerdekaan dengan cara revolusi atau mengusir kolonial Belanda, sedikit banyak mendapat pengaruh dari bangsa yang mendiami Nusantara tersebut.
Bahkan, bangsa kita masih memakai infrastruktur yang dulu dibangun oleh Belanda, seperti rel kereta api dan jalan raya, serta sistem pendidikan.
Novelis terkenal Pramudya Ananta Toer mengakui kalau negara kita sangat diuntungkan oleh bangsa Belanda saat mereka menjajah wilayah kita. Selain membangun infrastruktur, mereka juga berbisnis dan mencontohkan gaya hidup yang beradab pada masyarakat pribumi.
Meskipun begitu, pada masa revolusi kemerdekaan sekitar tahun 1947-1949, penulis kelahiran Blora tersebut juga berperang melawan agresi militer Belanda.
Baca Juga: 7 Negara Tidak Punya Hari Kemerdekaan, Salah Satu Alasannya Karena Penjajah
Belanda sendiri juga membangun peradaban maju di sini. Mereka membangun kota pelabuhan di Jakarta dengan rencana populasi sekitar 400 ribu jiwa dan kota Semarang dengan populasi 200 ribu jiwa. Kini bangunan-bangunan perkantoran di kota pelabuhan tersebut menjadi warisan berharga yang dijuluki Kota Tua atau Kota Lama.
Saat ini, banyak bangunan yang dibangun Belanda (kantor dan rumah) yang masih kokoh dan menjadi bangunan yang dilindungi. Sebagian menjadi tempat wisata atau resto bergaya klasik.
Jangan harap akan melihat bangunan-bangunan kolonial seperti itu di negara yang belum pernah dijajah bangsa Eropa, seperti Thailand, Jepang, atau Korea. Jadi, mungkin Pramudya benar, penjajah tidak melulu memberi dampak buruk bagi negara jajahannya.
Dijajah Inggris
Lalu bagaimana seandainya negara kita dijajah oleh Inggris?
Sebenarnya Inggris pernah menjajah negara kita tapi hanya seumur jagung, antara 1811 sampai 1816. Kemudian mereka tukar guling dengan Belanda, Belanda pilih Nusantara, Inggris mendapat jajahan Amerika Utara.
Namun, seandainya negara kita dijajah oleh Inggris jauh lebih lama (seperti Belanda menjajah kita), mungkin keadaan jauh berbeda. Hal itu dikemukakan oleh teman dari Inggris, sebut saja David.
"Seandainya kita yang menjajah negaramu, kita akan membangun infrastruktur jauh lebih baik daripada yang dibuat Belanda," ujarnya datar tanpa bermaksud melebih-lebihkan negaranya.
"Kenapa bisa begitu, Dave?" Tanyaku untuk memancing alasan yang lebih masuk akal, bukan hanya tentang chauvinisme saja.
"Karena manajemen kita [Inggris] sebagai negara kolonial sangat bagus. Kita tidak mengeruk pertanian atau kekayaan alam di negara jajahan dengan semena-mena," ujar David dengan tatapan mata 'kamu tahu sendiri kan'.
Aku Ternganga
"Harta dari hasil jajahan tersebut tidak bisa dikorupsi oleh birokrasi kolonial karena kita sangat disiplin dengan hal itu," ucapnya.
Saya baru ingat kasus korupsi besar sehingga membuat bangkrut perusahaan kongsi dagang Belanda di Nusantara VOC (Veerenigde Oostindische Compagnie). VOC sendiri adalah salah satu perusahaan terbesar dengan kekayaan sebesar Rp 112.640.175.000.000.000 (Rp 112,64 kuadriliun).
Kekayaan sebesar itu didapatkan saat berbisnis di negara kita. Bisa dibayangkan betapa kayanya bangsa kita.
Baca Juga: APBN Surplus Rp 73,6 T, Tokoh ini: Ekonomi Indonesia Hanya Bertahan 20 Tahun
Pilih Inggris atau Belanda
Jadi, seandainya diberi pilihan dijajah oleh Inggris atau Belanda, mana yang kita pilih? Tentu saja kita pilih sebagai bangsa yang merdeka.
Bangsa yang merdeka memiliki harga diri yang patut dibanggakan. Banyak bangsa yang masih kagum dengan keberanian Soekarno dan kawan-kawan untuk memilih merdeka dari negara kolonial dan masih bersatu sebagai bangsa hingga saat ini.
Pidato-pidato Bung Karno membangkitkan bangsa lain untuk lepas dari penjajahan menjadi inspirasi untuk merdeka bagi bangsa-bangsa di benua Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Sayangnya, sebagian besar nasib kemerdekaan mereka tidak seperti negara kita. [Benhil]
Baca Juga: 10 Negara Rontok Resesi, Indonesia Beruntung Punya 2 Orang Ini