Mendekati tahun politik 2024, tentu akan banyak beredar tulisan atau konten yang secara tersirat mendukung beberapa politikus. Sebagai audiens yang bijak, kita perlu ikut andil mengawasi dampak sosial konten advertorial politik itu.
Para politikus tersebut akan maju di ajang pemilu (pemilihan umum), baik sebagai walikota, gubernur, anggota dewan (DPR, DPRD), dan tentu saja sebagai presiden.
Advertorial politik menjadi bagian dari upaya branding sosok politikus agar semakin dikenal oleh masyarakat. Bahkan sebagian dari mereka, dirancang agar lebih cepat terjenal, tingkatkan popularitasnya.
Bisa dikatakan, mereka yang berkecimpung di bidang konten, baik sebagai penulis atau kreator, maupun pengelola situs tertentu, termasuk konsultan politik dan lembaga survey akan panen pada tahun politik itu. Bakal banyak klien yang minta dibuatkan berita hingga iklan advertorial tentang mereka, baik sebagai parpol maupun sebagai politisi.
Konten iklan politik tersebut sah-sah saja selama tidak merugikan pihak lain atau tidak berisi kampanye hitam (black campaign). Toh, masyarakat juga perlu mendapat informasi tentang tokoh-tokoh yang akan mereka pilih pada pemilu.
Iklan Advertorial
Advertorial sendiri adalah jenis konten, berupa iklan yang membujuk pembaca untuk menggunakan produk atau layanan (atau tokoh politik) yang ditawarkan. Konten iklan ini memiliki kemasan yang unik, sehingga lebih menarik audiens daripada iklan konvensional.
Bentuk konten dari advertorial bisa berupa artikel, halaman website, atau karya kreatif video maupun gambar. Seiring dengan kemajuan teknologi digital, bisa jadi akan terdapat perkembangan konten advertorial.
Advertorial berasal dari gabungan dua kata, yakni advertising (periklanan) dan editorial (opini redaksi). Untuk membedakan konten advertorial dengan iklan bergambar, maka diciptakan istilah baru untuk jenis iklan ini, yakni iklan asli.
Iklan jenis ini mampu menyita perhatian audiens karena kreator atau penulis punya trik untuk menarik perhatian pembaca, yakni dengan menyajikan isu atau ketakutan pembaca, untuk kemudian memperkenalkan sosok politikus yang bisa menjadi solusi bagi masalah itu.
Agar advertorial tampak meyakinkan, bisa dilengkapi dengan data statistik, hasil penelitian, chart, dan fakta yang mendukung.
Fakta yang tidak berguna atau bertentangan dengan politikus tersebut tidak perlu disertakan sebagai materi paparan.
Konsumen Bijak
Kita perlu bijak mengamati konten advertorial politik tersebut agar tidak keluar jalur dan berpotensi merugikan stabilitas keamanan. Bagaimanapun, kita ini adalah konsumen yang dibidik oleh konten yang dirancang sesuai target.
Banyak politikus yang menggunakan segala cara untuk mencapai ambisinya dalam meraih jabatan atau kekuasaan. Kalau kita bersikap pasif terhadap konten politik yang bermuatan negatif bagi masyarakat, maka cepat atau lambat kita bisa terkecoh, juga terkena dampaknya.
Akun baru di Medsos seperti Facebook Group, Facebook Page akun Twitter,
Instagram maupun channel YouTube juga banyak lahir, digembalakan team
sukses, dengan membangun konten dan lakukan share.
Hal yang bisa kita lakukan terhadap advertorial politik yang negatif jika disajikan pada situs tertentu, adalah melaporkannya pada pengelola platform seperti situs UGC (User Generates Content) tentang muatan konten itu.
Biasanya admin atau moderator akan segera menindak lanjuti laporan kita tersebut. Pengelola situs yang benar, lazim menghapus konten negatif yang juga bisa membawa citra buruk bagi mereka.
Lebih baik kita waspada, dan lebih jeli terhadap iklan advertorial atau konten sosial politik dalam bentuk apa saja yang berpotensi mengecoh. [Benhil]