Jika kita terprovokasi atas penolakan penceramah agama Abdul Somad untuk masuk ke negara Singapura atas dasar solidaritas agama atau nasionalisme, itu salah besar. Nyatanya, negara tetangga itu justru lebih tegas pada warga negaranya sendiri dalam hal teroris atau ekstremis.
Negara
yang wilayahnya kecil sehingga disebut negara kota itu sadar kalau warga
negaranya terdiri dari berbagai etnis atau ras (Cina, Melayu, India, dan lain-lain)
dan multi agama (Budha, Hindu, Islam, Kristen, dan lain-lain). Gesekan sedikit
saja akan membuat keamanan di wilayah tersebut menjadi hancur.
Pernahkah
kalian mendengar tentang kasus teroris atau ekstrimis di Singapura? Seperti
kasus bom, atau penangkapan jaringan teroris? Pasti tidak pernah. Itu karena Pemerintah
Singapura bersikap sangat tegas pada isu teroris, meskipun baru sel-sel kecil
saja.
Mereka
tidak mau kecolongan dengan kasus kriminal yang satu itu, seperti misalnya baru
mengambil langkah setelah ada kasus bom meledak. Bagi mereka itu sudah sangat
terlambat.
Lalu
apa yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura terhadap warga negaranya yang
terindikasi dengan gerakan teroris? Tidak ada yang tahu (karena itu sudah
menjadi kewenangan suatu negara untuk menjaga keamanan negaranya). Yang pasti,
hukuman pemerintah di sana sangat tegas.
Seorang
mantan sopir rental (sebut saja Rudi) bercerita kalau dirinya pernah
mengantarkan dua orang petugas penanganan teroris. Mereka berbincang masalah
tugas tanpa menyadari kalau Rudi diam-diam ikut mendengarkan.
Dalam
perbincangan tersebut, salah satu petugas menceritakan tentang penangkapan
teroris. Setelah diperiksa, ternyata beberapa dari pelaku kejahatan itu berasal
dari Malaysia dan Singapura.
Tentu
saja petugas berniat mengembalikan para teroris itu ke negara masing-masing
agar bisa dihukum di sana, Namun ternyata teroris dari Singapura memohon-mohon
dengan sangat agar dihukum di sini saja. Tentu saja itu sudah merupakan sebuah
gambaran bagaimana ketegasan hukuman teroris di negara itu.
Dan
perlu diketahui, beberapa negara tidak menggunakan prosedur HAM (hak asasi
manusia) untuk mengangani teroris karena kejahatan itu dianggap bahaya laten.
Indonesia menggunakan prosedur HAM untuk menangani kejahatan teroris sehingga
tersangka teroris berhak diadili dan dihukum yang sesuai. Singapura tidak
menggunakan prosedur tersebut sehingga pemerintah yang berwenang memilih
hukumannya.
Jadi,
penanganan teroris di Singapura tidak main-main.
Alasan Penolakan Abdul Somad
Kementerian
Dalam Negeri Singapura telah menyatakan beberapa alasan penolakan kedatangan
Abdul Somad (UAS) ke negara itu. Penceramah itu ditolak masuk ke negara itu
oleh imigrasi setempat pada Selasa, 18 Mei 2022.
Dikutip
dari situs resmi Kemendagri Singapura, terdapat 4 alasan penolakan Abdul Somad,
yaitu:
1.
Abdul Somad dianggap menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi.
"Somad
dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima
di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura," mengutip situs resmi
Kemendagri Singapura.
2.
Berceramah tentang bom bunuh diri.
Pemerintah
Singapura juga mengkritik pernyataan Abdul Somad tentang bom bunuh diri dalam
ceramahnya.
"Misalnya,
Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks
konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'."
3.
Menyebut salib Kristen adalah rumah jin kafir.
Pemerintah
negara kota itu juga menyebut bahwa Somad pernah mengeluarkan pernyataan yang
merendahkan agama lain (Kristen). Dia menyebut salib sebagai tempat tinggal roh
kafir.
"Ia
(UAS) pernah membuat komentar merendahkan agama lain seperti Kristen dengan
menggambarkan bahwa salib Kristen merupakan tempat tinggal jin kafir (roh
jahat).
4.
Mengkafirkan ajaran agama lain.
Penolakan
Abdul Somad juga dikarenakan dirinya pernah berceramah yang pernyataannya
mengkafirkan agama lain.
"Selain
itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir."
Situs resmi Kemendagri Singapura ditutup dengan pernyataan, "Pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura." [Benhil]