Fenomena orang Arab muslim yang tidak melaksanakan ibadah puasa semakin terlihat meningkat akhir-akhir ini. Hal itu sesuai dengan pantauan di beberapa tempat di Timur Tengah.
Dikutip
dari media The Economist, masyarakat tampak santai menikmati Whiskey saat
Matahari terbenam di Amman, Yordania. Sedangkan di Teheran, ibu kota Iran,
banyak orang yang merokok di jalan-jalan yang sibuk. Bahkan, pijat plus-plus
tampak terang-terangan beroperasi di Marrakech, Maroko.
Pemandangan
tersebut tampak di bulan suci Ramadan tahun ini yang akan berakhir pada 2 Mei
2022. Padahal mereka paham kalau pada bulan ini umat Islam diperintahkan untuk
tidak makan, minum, dan berhubungan badan dari terbit fajar sampai Matahari
terbenam.
Selain
itu, saat ini banyak penduduk Kota Dubai di Uni Emirat Arab dengan bercanda
menyebut bulan Ramadan dengan Haramadan. Itu diambil dari kata Arab haram, yang
berarti hal-hal yang dilarang.
Meski
sebagian besar negara Timur Tengah masih menghukum dan menarik denda bagi
orang-orang yang kedapatan melanggar aturan puasa Ramadan, tapi nilai dendanya
semakin ringan dibandingkan dekade lalu. Bahkan, dendanya lebih rendah daripada
tarif parkir. Negara Yordania menarik denda maksimum US 35 dolar dan Oman menarik
denda setara US 3 dolar.
Pihak
berwenang kebanyakan menutup mata terhadap kecenderungan peningkatan masyarakat
muslim yang tidak berpuasa itu.
“Mereka
[Pihak berwenang] tidak bertindak karena takut dengan protes netizen lewat media
sosial,” kata seorang pengacara di kota suci Najaf, Irak.
Pengacara
itu menambahkan, saat bersidang, justru para hakim sering minta jeda untuk
merokok pada bulan Ramadan ini. Selain itu, banyaknya aplikasi pengiriman
makanan yang telah merambah ke negara-negara Arab yang memudahkan pemesanan
tanpa pengawasan dari aparat.
Pemandangan
kafe-kafe yang tetap buka atas permintaan pelanggan terlihat dari Teheran
hingga Tunisia. Mesir, yang sebelumnya rutin memenjarakan orang yang melanggar
puasa, baru-baru ini menghukum sebuah restoran yang kedapatan menolak melayani tamu
beragama Kristen Koptik. Tamu tersebut menyampaikan keluhan dan polisi langsung
menutup restoran itu.
Beberapa
tahun terakhir ini, Yordania mengizinkan masyarakat menjual makanan dan minuman
pada bulan Ramadan, dengan konsekuensi harga yang lebih mahal. Meskipun begitu,
banyak orang yang tidak memperdulikan harga dan memilih makan bersama di kafe
atau tempat makan setelah dua tahun dilarang berkumpul karena Covid 19. Seorang yang berprofesi sebagai penasihat keuangan di
Amman mengatakan bahwa hanya dua dari 25 rekan kantornya yang berpuasa. Mereka seakan tidak perduli kalau negaranya juga masih memberlakukan hukuman penjara bagi orang-orang
yang secara sengaja mengabaikan puasa.
Kondisi
tersebut semakin menguatkan kecenderungan peningkatan sekularisasi yang terjadi
di negara-negara Arab. Tahun lalu pemerintah Arab Saudi telah mengizinkan
perempuan menggunakan bikini saat berkunjung ke pantai, mempersilakan perayaan Natal
menjadi lebih terbuka, menghormati hak-hak perempuan, dan mulai mengurangi
aturan-aturan konservatif di negara itu.
Definisi
sekularisasi adalah pemisahan kehidupan sehari-hari, termasuk penyelenggaraan
pemerintahan, dengan urusan keagamaan.
Sebagai Protes Terhadap Kebijakan
Beberapa
pihak menenggarai berkurangnya muslim yang berpuasa (melaksanakan ibadah atau
syariat pada umumnya) di jazirah Arab adalah sebagai bentuk protes terhadap
pihak berwenang agar bisa bertindak tegas terhadap kelompok teroris ISIS dan
jihadis lainnya.
Di
samping itu, masyarakat di sana sudah muak dengan kebijakan yang menggunakan
agama sebagai alat kontrol untuk menekan masyarakat. Sedangkan di sisi lain, pemerintah
sedang gencar melonggarkan pariwisata secara bebas sebagai langkah
diversifikasi ekonomi dari minyak. [Benhil]