Setiap orang yang sedang berada di Yogyakarta, baik berlibur atau bekerja, pasti merasakan hal-hal unik yang tidak dirasakan di kota lain. Keunikan tersebut begitu melekat di benak pendatang dari mana saja, baik dari dalam atau luar negeri.
Di era informasi dan transportasi yang serba
mudah seperti sekarang ini, keunikan dan keistimewaan suatu daerah bisa
langsung didapat dengan cepat. Itulah kenapa, apabila kita berada di Kota yang
dipimpin oleh seorang sultan itu kita akan menemui banyak orang yang berasal
dari luar kota dan luar pulau.
Mereka
ingin merasakan secara langsung keunikan yang dimiliki oleh Yogyakarta sebagai
kota wisata dan budaya.
Berikut
ini 7 keunikan Yogyakarta yang dikumpulkan dari beberapa sumber, yaitu:
1. Pesawat kecil yang terbang rendah.
Saat
di Yogyakarta (pada hari kerja, bukan akhir pekan) kita sering melihat pesawat
kecil tipe Cessna yang terbang rendah di langit kota tersebut. Begitu rendahnya
hingga seakan melewati jendela hotel-hotel tinggi di sana, seperti Hotel Sahid
Rich Jogja, Hotel Alana, Apartemen Mataram City, dan lain-lain.
Pesawat
tersebut adalah pesawat latihan dari AAU (Akademi Angkatan Udara) yang terletak
di samping Bandara Adi Sucipto. Bahkan pesawat tersebut juga terbang sampai
Kota Magelang dan sekitarnya.
Melihat
pesawat kecil yang mondar-mandir di langit tentu sebuah pengalaman unik yang
tidak terlupakan.
2. Asal mula nama unik Jalan Malioboro.
Saat
berada di Kota Pelajar itu, tentu pernah ditanya oleh teman atau kerabat
tentang arti jalan paling terkenal di sana, yakni Jalan Malioboro. Tenang, ini
bocoran tentang arti jalan legendaris tersebut.
Secara
resmi, menurut Dinas Komunikasi dan Informatika DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta), asal usul Malioboro itu berasal dari kata 'Maliabara'.
Dikutip
dari buku Yogyakarta City of Philosophy terbitan Dinas Kebudayaan DIY, 'Malia'
berarti wali, dan 'Bara" berarti ngumbara atau menggembara.
Jadi
'Maliabara' berarti jadilah wali yang menggembara setelah memilih jalan
keutamaan. Ternyata Malioboro masih berkaitan dengan keyakinan filosofis
keraton Yogyakarta.
Namun
ada juga yang berpendapat kalau kata Malioboro berasal dari papan iklan rokok Marlboro
yang dulu terdapat di ujung jalan itu. Untuk memudahkan maka merk rokok
tersebut dijadikan nama jalan yang panjangnya kira-kira 3 KM itu. Namun karena
orang Jawa susah mengucapkan Marlboro, maka mereka mempermudahnya dengan
istilah Malioboro.
Manakah
yang benar dari 2 versi itu? Tentu versi resminya yang perlu dipercaya.
3. Latihan seni tari di jalanan.
Sebagaimana
julukannya sebagai Kota Budaya, masyarakat Yogyakarta sangat lekat dengan seni
budaya. Mereka bisa mengekspresikan seni di mana saja tanpa merasa terbeban.
Bagi
mereka, seni adalah keindahan jadi perlu diekspresikan di ruang publik dan dinikmati
oleh siapa saja. Jadi, di kota itu tidak perlu acara resmi untuk sebuah
pertunjukan budaya. Kalau senimannya siap, maka karya seni bisa langsung
ditampilkan.
Saya
sering melihat sekelompok pria berusia 30 sampai 50 tahun menari Jathilan dan
Beksa Wanara pada malam hari di daerah Sleman. Gerakannya sangat padu dan rapi,
padahal kegiatan mereka sehari-hari adalah bertani.
4. Kuliner murah.
Yogyakarta
adalah surga kuliner bagi mereka yang siap berhemat dalam soal makanan. Dengan uang Rp
10.000,- kita bisa mendapat seporsi makan yang mengenyangkan ditambah segelas
es teh.
Tidak
percaya? Silakan datang ke tempat kuliner rakyat seperti angkringan, warmindo
(warung indomie), warung mie Ayam, dan lain-lain.
5. Villa nyaman dengan pemandangan petani bekerja di
sawah.
Banyak
villa di kota perjuangan ini yang menawarkan konsep kembali ke alam, di mana
saat sedang santai di Villa, kita bisa melihat pemandangan petani yang sedang
bekerja di sawah atau di kebun.
Di
daerah Sleman (Kaliurang, Turi, dan lain-lain), banyak villa yang dibangun
dekat gemericik air sungai yang berasal dari Gunung Merapi, sehingga menambah
dekat dengan suasana alam dan pedesaan.
6. Sering Ada Pertunjukan Musik di Cafe-Café.
Jika
beruntung, saat berada di Yogyakarta pada akhir pekan, kita bisa melihat
pertunjukan di café-café yang tersebar di sana. Tidak main-main, yang ngeband di beberapa café itu adalah
musisi papan atas seperti Sheila on 7, Stars and Rabbit, The Rain, Jikustik,
dan lain-lain.
Kenapa
mereka bersedia main di kota itu? Beberapa band besar itu memang berasal dari
kota seniman itu. Jadi mereka main di kampung sendiri.
7. Kisah mistis suara gamelan.
Seorang
teman pernah bercerita tentang cerita mistis berikut ini. Awal mula merantau ke
kota gudeg, dia menemui atau lebih tepatnya mendengar hal aneh. Selepas tengah
malam, dia terbangun oleh suara gamelan.
Karena
penasaran, dia mencoba mencari tahu dari mana arah suara itu berasal. Kebetulan
perutnya agak keroncongan, jadi dia sekalian hendak cari makanan ringan di
angkringan yang buka sampai pagi.
Saat
dia mencari arah suara tersebut ke Selatan, suara berpindah ke Utara. Saat dia
menuju ke arah Utara, suara berpindah ke Barat. Begitu seterusnya.
Satu
jam kemudian dia kecapekan dan menyerah. Saat menceritakan suara gamelan yang
berpindah-pindah itu pada orang-orang yang berada di angkringan, mereka tidak
kaget. Itu sudah merupakan urban legend
atau mitos yang sudah biasa di daerah itu.
Di
tempat makan itu, dia diberitahu, jika ada orang yang baru datang ke Yogyakarta
dan mendengar suara gamelan mistis, itu tandanya dia akan betah atau bermukim
lama di kota budaya tersebut. Nyatanya pendapat itu ada benarnya.
Teman
saya itu sudah bermukim di Yogyakarta selama 15 tahun sejak mendengar gamelan
mistis itu.
Itulah
7 hal unik dan menarik di Yogyakarta yang tidak ditemui di kota lain, sehingga
membuat kota tersebut tidak membosankan untuk dikunjungi lagi dan lagi. [Benhil]