Jakarta - Influencer ternama Denny Siregar pada masa kecil tidak menyukai sekolah, tidak suka pelajaran matematika, juga benci hafalan. Maka ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal, ia menyambutnya dengan gegap gempita.
Denny mengatakan senang belajar sejarah, belajar agama dengan membaca sejarah, belajar kehidupan dengan mengetahui sejarah. Belajar apa pun menurutnya selalu ada nilai sejarah.
Terus kenapa ia benci pelajaran sejarah di sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai menengah atas?
"Karena saya dipaksa menghafal. Saya harus hafal tanggal lahir seorang pahlawan yang saya juga enggak kenal dia siapa. Kenal saja enggak, apalagi tanggal lahirnya. Belum tanggal kapan ia perang melawan Belanda sampai tanggal gugurnya. Otak dijejali angka, tanggal-tanggal enggak berguna. Sampai nilai dari sejarahnya itu sendiri hilang enggak berbekas," tutur Denny Siregar seperti diberitakan Tagar, Jumat, 13 Desember 2019.
Denny heran banyak guru senang mengajar dengan metode hafalan. "Entah gurunya yang malas sehingga dia sendiri tidak paham nilai sejarah, atau memang kurikulumnya begitu? Semua harus ada angka, karena angka penting untuk penilaian."
Ia selalu iri dengan anak-anak di negara maju, yang kalau diwawancarai stasiun televisi mereka bisa lancar bercerita bahkan kadang bahasanya seperti orang dewasa.
"Coba anak kita diwawancarai, pasti gagap, bingung, takut dan malu-malu. Jangankan bercerita, tampil saja mikir-mikir dulu. Kecuali anaknya artis yang suka pamer rumah sama saldo ATM di Bank. Sejak kecil memang sudah dijual ortunya untuk penghasilan, dipaksa untuk tampil di depan," kata Denny Siregar.
Dalam wawancara khusus dengan Tagar, Denny Siregar mengaku masuk kategori biasa saja zaman sekolah. Ia jarang belajar. Tidak pernah juara kelas. Ia juga tidak suka ilmu pasti. "Aku benci pelajaran sekolah. Pelajaran sekolah itu termasuk yang aku benci, karena enggak suka saja matematika, fisika. Itu hal-hal yang enggak aku sukai. Karena sifatnya pasti gitu ya."
Ia mengatakan sekolah pada masa itu cuma membatasi imajinasinya. Ia merasa dikotak-kotakkan oleh sesuatu yang ia tidak suka.
Di sisi lain ia suka seni menggambar dan sangat suka membaca. Seperti orang kehausan, apa saja ia baca. Mamanya berlangganan Majalah Kartina, Femina, ia membacanya. Bahkan sobekan koran pembungkus gorengan pun ia baca. Ia senang membebaskan pikiran mengembara ke mana-mana, keliling dunia.
Kini Mendikbud Nadiem Makarim menggelorakan bahwa dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal, Denny Siregar seperti menemukan momentum.
Ia berdasarkan pengamatan melihat banyak orang Islam belajar agama malah jadi keblinger. Karena mereka dipaksa belajar dengan menghafal ayat-ayat saja. Dan kalau hafal, dapat penghargaan sampai gratis masuk sekolah.
"Tanyakan pada mereka makna dan konteks ayat-ayat itu, pasti bengong. Soalnya di otak mereka cuma hafalan surat sekian ayat sekian. Itulah kenapa masih banyak orang yang sibuk belajar memanah dan berkuda karena sunnah katanya, tanpa memahami bahwa perintah itu ada di zaman apa dan kenapa," ujar Denny Siregar.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim di gedung DPR, Kamis, 12 Desember 2019, rapat kerja bersama Komisi X DPR. Rapat kerja di antaranya membahas sistem zonasi dan rencana menghapus Ujian Nasional.
Dalam kesempatan itu Nadiem menyampaikan gagasan Merdeka Belajar bersumber esensi ajaran tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Nadiem dengan konsep tersebut ingin membebaskan instansi pendidikan agar bisa berubah serta diharapkan bisa menjadi solusi agar anak-anak bisa berkreasi dan berinovasi.
"Ini yang Indonesia butuhkan di masa depan. Mohon maaf, dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal," tutur Mendikbud Nadiem Makarim. []
Tags
Aktual