Siapa yang tidak kenal dengan Denny Siregar, pegiat media sosial yang sering muncul dengan komentar-komentar pedasnya menjadi sorotan warganet. Pria bernama lengkap Denny Zulfikar Siregar ini menghabiskan masa kecil di Bandung. Saat remaja dia pindah ke Jakarta dan kemudian hijrah ke Kota Pahlawan mengikuti orangtua hingga menamatkan perguruan tinggi.
Ketika masa kuliah, Denny sudah mulai bekerja pada beberapa radio. Ilmu jurnalistik pun ia dapat dari Radio Suara Surabaya. Kemudian pindah ke Bali untuk menjalani kehidupan yang berbeda dan sempat meraih penghargaan The Best National Sales di salah satu perusahaan.
Pencapaian tersebut tidak membuat Denny merasa berpuas diri. Ia kemudian pindah lagi ke Surabaya untuk mendirikan perusahaan entertainment. Selain itu dia juga aktif membangun beberapa stasiun radio yang terletak di Jawa Timur, salah satunya adalah Radio Pendidikan di Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Dikenal sebagai Penulis
Dalam akun Facebook dan Twitter dari Denny Siregar, banyak sekali tulisan-tulisan yang sudah dibuatnya lengkap dengan gambar secangkir kopi sebagai gambar pemanis yang menurutnya minuman favorit tersebut memiliki filosofi hidup yang sarat makna, yakni antara pahit dan manis yang bercampur menjadi satu menjadi kenikmatan yang tiada tara.Berawal dari kesenangannnya menulis yang kebanyakan menyentil perilaku manusia dalam beragama dan tokoh-tokoh terkenal dengan gaya bahasa yang sederhana dan terkadang memainkan gaya bahasa satire.
Tulisan-tulisannya tentang agama dan karakter politik di Indonesia juga banyak ditulis ulang oleh beberapa situs media dan menjulukinya sebagai pegiat media sosial, sebagian disadur dari Tagar.
Dengan popularitas yang lambat laun makin berkembang pesat membuat salah satau penerbit tertarik untuk membuat tulisan-tulisan Denny Siregar menjadi buku. Dan hal tersebut pun terjadi pada 2011, terbitlah buku pertama yang berjudul Tuhan Dalam Secangkir Kopi yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan.
Lima tahun kemudian, Denny kembali meluncurkan buku dengan judul cukup fenomenal yaitu “Semua Melawan Ahok”. Pada 2017, buku selanjutnya adalah Bukan Manusia Angka dan yang terakhir dirilis berjudul Jokowi, The Art of War.
Pendiri Baboo
Tidak hanya aktif di media sosial, Denny Siregar juga mendirikan aplikasi bernama Baboo yang sudah tersedia pada Google Play Store, tapi aplikasi ini belum ada di AppStore. Tujuan diciptakannya aplikasi tersebut adalah untuk mengumpulkan para penulis dalam satu wadah yang sama.“Sebuah startup yang saya bangun supaya para pelaku kreatif seperti penulis bisa punya wadah,” kata Denny seperti dikutip dari Tagar.id.
Ia ingin anak-anak muda yang ada di daerah juga memiliki potensi untuk menuangkan pikiran mereka menjadi suatu bentuk karya tulis, lalu bisa menghadirkannya kepada publik tanpa harus berurusan dengan penerbit, percetakan, atau bahkan toko buku karena mungkin tidak adanaya link dan dana untuk tahapan tersebut.
Di aplikasi Baboo ini, para penulis dapat mengunggah karya tulis apa pun mulai dari puisi, cerpen, komik, novel, bahkan resep makanan juga tersedia. Diharapkan dengan munculnya aplikasi ini bisa membuat siapa saja dapat menjual karya sendiri dan mendapatkan keuntungan materi.
“Sehingga main gadget tidak teridentifikasi sebagai pengangguran yang nyata. Bisa hasilkan karya, dapat uang hanya dengan jari di handphone saja.” kata dia.
Dibully Netizen
Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di salah satu stasiun televisi swasta, Selasa, 5 Desember 2017, Denny Siregar diundang sebagai narasumber. Selain Denny, dalam program favorit bertemakan "212 Perlukah Reuni?" hadir pula Felix Siauw dan Permadi Arya alias Abu Janda.Denny di-bully netizen lantaran melempem alias lebih banyak diam pada saat berlangsungnya debat. Hal ini berbanding terbalik dengan unggahan-unggahannya di media sosial Denny yang terlihat sangar dengan memposting tulisan yang mengandung unsur kritikan ke salah satu pihak, tapi berbeda dengan aslinya.
Tak hanya itu, pria kelahiran Medan, 3 Oktober 2019 menjadi bahan bullyan oleh netizen. Berawal dari cuitan dirinya dalam akun twitter @dennysiregar7 yang mengomentari beredarnya screenshot percakapan anak-anak STM yang viral.
Warganet pun ramai-ramai menaikan tagar #DennySiregarPenyebarHoax dan segera memuncaki trending topik di Twitter.
Percakapan itu berisi beberapa pelajar yang gelisah menunggu pembayaran atas aksi demo yang dilakukannya saat itu. Mereka juga marah dan mencari keberadaan si korlap aksi yang menghilang entah kemana lantaran pembayaran yang urung dibayarkan pada mereka.
Denny pun mengomentari screenshot tersebut. “Lucu juga baca chat2 anak STM dikadali kadrun, cuma dijanjiin duit tapi ga dikasih apa2…” tulisnya dalam akun twitternya @dennysiregar7.
Warganet yang penasaran langsung segera mengecek nomor-nomor yang tertera. Alhasil melalui aplikasi pelacak nomor telepon Truecaller atau Get Contact didapati jika pemilik nomor tersebut rupanya adalah anggota kepolisian. Informasi ini kemudian diviralkan netizen dan mereka ramai-ramai menuding Denny Siregar sebagai buzzer pemecah belah bangsa.
Follower Denny Siregar
Akun Facebook (FB) Denny Siregar memiliki follower sebanyak 870.890 orang dan yang menyukai halaman Facebooknya berjumlah 788.859 orang. Jumlah follower yang juga cukup fantastis terdapat di Twitter yakni sebesar 645,8 ribu orang. Sedangkan untuk YouTube, Denny Siregar seringkali tampil dalam channel CokroTV yang memiliki 194 ribu subscriber.Untuk postingan yang selalu mengundang reaksi dari netizen, umumnya bertemakan politik. Seperti dalam cuitan akun Twitternya @dennysiregar7 pada 3 November 2019, tentang Anies Baswedan yang dibuat meme menjadi Joker yang mendapat 938 reply 2,1 ribu retweet dan 6,9 ribu likes.
Sedangkan dalam akun Facebooknya, unggahan Denny Siregar yang mengundang perhatian ada pada salah satu postingan pada 8 November 2019 tentang Duet Prabowo dan Puan Maharani dalam Pilpres 2024 yang mendapat likes dan beragam ekspresi sejumlah 8,9 ribu dengan 3,3 ribu komentar serta 365 dibagikan oleh orang lain. Kemudian di akun Instagramnya, Denny Siregar sudah mendapatkan 404 ribu followers.
Denny merespons para netizen yang berkomentar di akun sosial medianya dengan santai, bahkan turut berguyon di dalam komentar tersebut.
Dimas Wijanarko
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tags
Sosial Politik