Palu, (Benhil 5/5/2018) – Neno Warisman yang gencar mendeklarasikan gerakan #2019GantiPresiden di berbagai daerah mendapat penolakan di mana-mana. Kali ini penolakan datang dari masyarakat Palu, Sulawesi Tengah.
Neno Warisman selama ini berlindung di balik klausul kebebasan berpendapat di negara demokrasi. Penolaknya pun berargumen sama bahwa mereka punya hak menyampaikan pendapat berupa penolakan terhadap gerakannya itu.
Aliansi Pemuda Sulawesi Tengah (APST) pada Selasa (5/9) meminta kepada Polda Sulawesi Tengah agar tidak mengeluarkan izin untuk deklarasi #2019GantiPresiden.
Rifku Fahyul dan Fandi koordinator masa aksi APST menandai penolakan kedatangan Neno Warisman dan kelompoknya di Bumi Tadulako, dengan membakar baju dan spanduk bertuliskan tagar gerakan tersebut.
Mereka membagikan selebaran bertuliskan tolak gerakan #2019GantiPresiden kepada pengguna jalan yang melintas.
Orator Dedy Irawan menyatakan, ada tiga alasan mengapa #2019GantiPresiden ditolak, pertama terkait ideologi. Gerakan itu, kata dia, bertujuan mengganti sistem negara sebagaimana yang banyak terjadi di luar negeri seperti Suriah dan Afganistan.
Kemudian kata dia, alasan sosiologi, di mana pidato Neno Warisman yang mencerminkan provokasi kepada rakyat agar tak memilih Jokowi dalam Pilpres 2019.
"Dan alasan ketiga adalah hukum. Dalam tagar 2019 ganti presiden mengandung ujaran kebencian," ucapnya.
Perwakilan Polda Sulteng, AKP Winarto menyatakan, pihaknya tetap berlaku netral, tidak berada dalam satu kelompok mana pun. Tapi bila ada kelompok memecah belah NKRI, maka pihaknya berada di garda terdepan.
Sebelumnya, Neno Warisman dan gerakan tagar 2019 ganti presiden mendapat penolakan di antaranya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penolakan serupa juga terjadi di Surabaya, Riau, Kalimantan Barat.
Jati Erna Sahara Ketua Umum Emak Militan Jokowi menyebut Neno Warisman provokator berbahaya.
“Saya rasa sudah jelas dan gamblang bahwa Neno telah menjadi salah satu provokator yang berbahaya dan bisa menyebabkan rusaknya kerukunan anak bangsa. Apa yang dia lakukan bukan sekadar basa-basi lagi atau keteledoran, tapi setingan yang matang untuk memecah-belah,” ujar Jati Erna Sahara pada Tagar News, Rabu (15/8). (AF)
Tags
Aktual