Jakarta, 6/2 (Benhil) - Pemerintah telah menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, pada 2019 sejumlah satu juta orang. Untuk mendukung target itu, Pemerintah mempersiapkan aksesibilitas yang memadai hingga ke lokasi-lokasi wisata.
Hal itu dimulai dengan pengoperasian ruas tol Bandara Kualanamu-Tebing Tinggi yang merupakan bagian dari jalur tol Kualanamu-Parapat, pada Oktober 2017.
Menurut Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba M Rommy Fauzi kepada Benhil di Medan, beberapa waktu lalu, jalur tol Bandara Kualanamu-Parapat akan dituntaskan dengan pembangunan ruas tol dari Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, yang akan dimulai pada 2018 dan diharapkan selesai pada 2019.
Pembangunan jalan tol ini untuk mempersingkat waktu tempuh dari Bandara Kualanamu ke Parapat sebagai pintu masuk utama ke kawasan pariwisata Danau Toba, dari empat jam menjadi sekitar dua jam, serta mendukung kunjungan wisatawan yang menggunakan kapal cruise dan kapal pesiar dari pelabuhan Kuala Tanjung, di pantai Timur Sumatera Utara, ke Parapat.
Selain pembukaan jalur baru, pemanfaatan jalur yang sudah ada, seperti jalur kereta api Medan-Pematang Siantar, akan ditingkatkan dengan penambahan rangkaian kereta baru kelas eksekutif.
Menurut Rommy, rangkaian kereta api baru akan dikirim pada tahun 2018, dan selanjutnya akan segera dioperasikan dua kali sehari.
Untuk menampung kendaraan bermotor yang mau masuk ke Pulau Samosir lewat Pematang Siantar, akan ditambah pelabuhan feri di dua lokasi, yakni di Ajibata-Ambarita dan Tigaras-Simanindo.
Kehadiran dua pelabuhan feri ini akan menambah yang sudah ada saat ini dari Ajibata ke Tomok, yang dilayani dua kapal dengan kapasitas total sekitar 70 mobil. Kapal feri yang dikelola swasta ini pada kondisi puncak liburan biasanya dioperasikan 24 jam sehari.
Secara parallel kapasitas dan kualitas layanan bandara Silangit di Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, juga terus ditingkatkan.
Hal itu dimulai dengan pengoperasian ruas tol Bandara Kualanamu-Tebing Tinggi yang merupakan bagian dari jalur tol Kualanamu-Parapat, pada Oktober 2017.
Menurut Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba M Rommy Fauzi kepada Benhil di Medan, beberapa waktu lalu, jalur tol Bandara Kualanamu-Parapat akan dituntaskan dengan pembangunan ruas tol dari Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, yang akan dimulai pada 2018 dan diharapkan selesai pada 2019.
Pembangunan jalan tol ini untuk mempersingkat waktu tempuh dari Bandara Kualanamu ke Parapat sebagai pintu masuk utama ke kawasan pariwisata Danau Toba, dari empat jam menjadi sekitar dua jam, serta mendukung kunjungan wisatawan yang menggunakan kapal cruise dan kapal pesiar dari pelabuhan Kuala Tanjung, di pantai Timur Sumatera Utara, ke Parapat.
Selain pembukaan jalur baru, pemanfaatan jalur yang sudah ada, seperti jalur kereta api Medan-Pematang Siantar, akan ditingkatkan dengan penambahan rangkaian kereta baru kelas eksekutif.
Menurut Rommy, rangkaian kereta api baru akan dikirim pada tahun 2018, dan selanjutnya akan segera dioperasikan dua kali sehari.
Untuk menampung kendaraan bermotor yang mau masuk ke Pulau Samosir lewat Pematang Siantar, akan ditambah pelabuhan feri di dua lokasi, yakni di Ajibata-Ambarita dan Tigaras-Simanindo.
Kehadiran dua pelabuhan feri ini akan menambah yang sudah ada saat ini dari Ajibata ke Tomok, yang dilayani dua kapal dengan kapasitas total sekitar 70 mobil. Kapal feri yang dikelola swasta ini pada kondisi puncak liburan biasanya dioperasikan 24 jam sehari.
Secara parallel kapasitas dan kualitas layanan bandara Silangit di Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, juga terus ditingkatkan.
Pada akhir November 2017 Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Silangit sebagai bandara internasional, dan pada saat itu Presiden meminta agar landas pacu bandara itu diperpanjang dari 2.650 meter menjadi 3.000 meter agar pesawat berbadan lebar bisa mendarat.
Badan Otorita Pariwisata Danau Toba telah melakukan pendekatan-pendekatan kepada sejumlah maskapai penerbangan domestik dan asing agar membuka penerbangan langsung dari Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura ke Silangit secara reguler.
"Kami berharap Garuda bisa melayani penerbangan Singapura-Silangit secara reguler mulai Februari (2018)," kata Rommy.
Selain jarak yang lebih dekat, penerbangan ke Silangit dari dua negara tetangga itu dinilai lebih efektif karena langsung ke jantung pariwisata Danau Toba. "Dimana lagi bisa didapat lokasi wisata yang indah dan nyaman hanya dengan penerbangan 45 menit hingga satu jam?" katanya, membandingkan penerbangan ke Kualanamu lebih jauh dibanding ke Silangit.
Selama 2017 diperkirakan 300.000 penumpang yang dilayani Bandara Silangit, umumnya penumpang domestik, namun dengan dibukanya jalur internasional akan mendorong masuknya wisatawan asing.
Untuk mendukung mobilitas wisatawan dari Bandara Silangit menuju Pulau Samosir, telah dibangun jalur feri yang menghubungkan Muara ke Nainggolan dan dari Balige ke Oanan Runggu. Selain itu, sejak akhir 2017 juga telah tersedia angkutan reguler Damri dari Silangit ke Pematang Siantar, untuk melayani konektivitas lewat Parapat, yang ingin menuju Tomok atau Tuktuk.
Bagi yang ingin ke Samosir lewat Tele, sambil menikmati keindahan perbukitan dan Danau Toba dari ketinggian, bisa sejenak singgah di Menara Pandang Tele. Jalur ini bisa dinikmati dengan baik karena jalanannya sudah diperbaiki dan diperlebar.
Sementara di Pulau Samosir, sejak 2017 telah dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan lingkar Samosir menjadi enam meter dengan lapisan aspal "hotmix", yang menurut Bupati Samosir Rapidin Simbolon, akan tuntas pada 2018.
Tingkatkan Kualitas Hotel Untuk memanjakan wisatawan, hotel dan restoran diminta untuk meningkatkan kualitas layanan, baik perbaikan fisik (renovasi) maupun pelayanan terhadap tamu.
Di wilayah Samosir, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) setempat sudah mengajak anggotanya untuk melakukan renovasi hotel, terutama yang dibangun medio tahun 1970-an, untuk menyesuaikan dengan tuntutan wisatawan saaat ini, misalnya perbaikan kamar dan toilet, penambahan layanan koneksi internet via jaringan wifi, serta kebersihan dan keindahan hotel secara keseluruhan.
Menurut Ketua PHRI Samosir Annette Horschmann, pemberdayaan rumah adat Batak menjadi homestay (rumah penginapan), sebagai antisipasi keterbatasan daya tampung hotel pada kondisi puncak, merupakan jalan keluar terbaik, karena bisa memberi manfaat secara langsung bagi masyarakat.
"Kalau masyarakat memperoleh manfaat, mereka juga akan secara langsung turut menjaga dan memelihara keberlanjutan pariwisata Danau Toba," katanya, sambil menambahkan bahwa pemanfaatan rumah adat jadi homestay memiliki potensi besar, selain karena memiliki nilai artistik dan kultural yang tinggi, saat ini banyak rumah adat yang tidak dihuni lagi karena berbagai alasan, antara lain ditinggal merantau.
Di Parapat, kata Ketua PHRI Parapat Husin Tony, pihaknya telah merasakan kehadiran Bandara Silangit, yakni adanya peningkatan jumlah wisatawan ke daerah itu, dan dengan sendirinya para pelaku industri pariwisata setempat berupaya meningkatkan layanannya.
Badan Otorita Pariwisata Danau Toba telah melakukan pendekatan-pendekatan kepada sejumlah maskapai penerbangan domestik dan asing agar membuka penerbangan langsung dari Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura ke Silangit secara reguler.
"Kami berharap Garuda bisa melayani penerbangan Singapura-Silangit secara reguler mulai Februari (2018)," kata Rommy.
Selain jarak yang lebih dekat, penerbangan ke Silangit dari dua negara tetangga itu dinilai lebih efektif karena langsung ke jantung pariwisata Danau Toba. "Dimana lagi bisa didapat lokasi wisata yang indah dan nyaman hanya dengan penerbangan 45 menit hingga satu jam?" katanya, membandingkan penerbangan ke Kualanamu lebih jauh dibanding ke Silangit.
Selama 2017 diperkirakan 300.000 penumpang yang dilayani Bandara Silangit, umumnya penumpang domestik, namun dengan dibukanya jalur internasional akan mendorong masuknya wisatawan asing.
Untuk mendukung mobilitas wisatawan dari Bandara Silangit menuju Pulau Samosir, telah dibangun jalur feri yang menghubungkan Muara ke Nainggolan dan dari Balige ke Oanan Runggu. Selain itu, sejak akhir 2017 juga telah tersedia angkutan reguler Damri dari Silangit ke Pematang Siantar, untuk melayani konektivitas lewat Parapat, yang ingin menuju Tomok atau Tuktuk.
Bagi yang ingin ke Samosir lewat Tele, sambil menikmati keindahan perbukitan dan Danau Toba dari ketinggian, bisa sejenak singgah di Menara Pandang Tele. Jalur ini bisa dinikmati dengan baik karena jalanannya sudah diperbaiki dan diperlebar.
Sementara di Pulau Samosir, sejak 2017 telah dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan lingkar Samosir menjadi enam meter dengan lapisan aspal "hotmix", yang menurut Bupati Samosir Rapidin Simbolon, akan tuntas pada 2018.
Tingkatkan Kualitas Hotel Untuk memanjakan wisatawan, hotel dan restoran diminta untuk meningkatkan kualitas layanan, baik perbaikan fisik (renovasi) maupun pelayanan terhadap tamu.
Di wilayah Samosir, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) setempat sudah mengajak anggotanya untuk melakukan renovasi hotel, terutama yang dibangun medio tahun 1970-an, untuk menyesuaikan dengan tuntutan wisatawan saaat ini, misalnya perbaikan kamar dan toilet, penambahan layanan koneksi internet via jaringan wifi, serta kebersihan dan keindahan hotel secara keseluruhan.
Menurut Ketua PHRI Samosir Annette Horschmann, pemberdayaan rumah adat Batak menjadi homestay (rumah penginapan), sebagai antisipasi keterbatasan daya tampung hotel pada kondisi puncak, merupakan jalan keluar terbaik, karena bisa memberi manfaat secara langsung bagi masyarakat.
"Kalau masyarakat memperoleh manfaat, mereka juga akan secara langsung turut menjaga dan memelihara keberlanjutan pariwisata Danau Toba," katanya, sambil menambahkan bahwa pemanfaatan rumah adat jadi homestay memiliki potensi besar, selain karena memiliki nilai artistik dan kultural yang tinggi, saat ini banyak rumah adat yang tidak dihuni lagi karena berbagai alasan, antara lain ditinggal merantau.
Di Parapat, kata Ketua PHRI Parapat Husin Tony, pihaknya telah merasakan kehadiran Bandara Silangit, yakni adanya peningkatan jumlah wisatawan ke daerah itu, dan dengan sendirinya para pelaku industri pariwisata setempat berupaya meningkatkan layanannya.
Banyak yang dilakukan, untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi wisata berkelas, baik melalui renovasi maupun perbaikan tata kelola dan pelayanan terhadap tamu yang datang.
Di Siborongborong dan Balige, dalam beberapa tahun terakhir juga sudah tumbuh hoel-hotel baru, baik hotel berbintang maupun melati, seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang di Bandara Silangit.
Menurut Rommy Fauzi, jumlah hotel yang ada di sekitar kawasan Danau Toba, termasuk di kabupaten Siamlungun dan Karo, siap menampung kunjungan sejuta wisatawan ke daerah itu pada tahun 2019.
Tingkatkan Lama Tinggal Untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan di sekitar Danau Toba, Badan Otorita Pariwisata Danau Toba sudah mengembangkan "calendar of events" yang melibatkan tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba, yakni Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.
Kalender kegiatan tersebut akan dibuat setiap tahun, dan setiap kabupaten harus menjalankannya secara konsisten. Tahun 2017, ada 17 kegiatan dan untuk Tahun 2018 sedang dipersiapkan, kata Rommy.
Salah satu kegiatan yang sedang digarap, yakni atraksi budaya Batak secara kolosal, meniru konsep yang ada di China. "Kita akan bekerja sama dengan Vicky Sianipar untuk menggarap pertunjukan itu," katanya.
Pengembangan "sport tourism" juga telah dimulai dengan ajang Toba Gran Fondo 2016, yakni lomba balap sepeda sambil menikmati keindahan Danau Toba. Kemudian pada November 2017, diadakan lomba sampan marathon internasional (International Toba Kayak Marathon) di Balige dengan peserta dari berbagai negara, dan juaranya berasal dari Republik Ceko.
Arung jeram Sungai Asahan, yang berada di sekitar Parhitean, Kabupaten Toba Samosir, yang dinilai terbaik ketiga di dunia, terus dikembangkan menjadi ajang rutin setiap tahun.
Menurut Rommy Fauzi, untuk pasar Singapura pihaknya sudah menjual paket perjalanan wisata dari Silangit ke sekitar Danau Toba dengan harga 299 Dolar Singapura selama 3 hari 2 malam, dan 349 Dolar Singapura untuk 4 hari 3 malam, untuk dua orang.
Selain itu, kehadiran kapal pesiar berbentuk rumah adat Batak di Danau Toba diharapkan akan memberi layanan baru untuk mengunjungi berbagai objek wisata di sekitar Danau Toba, yang pada akhirnya akan meningkatkan lama tinggal wisatawan.
Untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial yang senantiasa terkoneksi internet setiap saat, pihak Telkom sedang membangun jaringan kabel serat optic untuk seluruh kawasan wisata di Pulau Samosir, dengan layanan minimal 3G. "Saat ini sedang dibangun dari Dolok Sanggul ke Pangururan," kata Rommy.
Mengingat saat ini wisman terbanyak yang berkunjung ke Sumatera Utara dan Danau Toba berasal dari Malaysia, jumahnya hampir 50 persen, maka para pelaku usaha restoran dan hotel di Pulau Samosir diminta menyediakan layanan yang halal.
Menurut Bupati Samosir Rapidin Simbolon, hotel dan restoran yang menyediakan layanan halal sudah tersedia ckup di Samosir. "Mungkin pelayannnya yang perlu ditingkatkan, termasuk soal kebersihan," katanya.
Yang tidak kalah penting, yaitu menyiapkan warga masyarakat sekitar Dana Toba untuk menyambut kehadiran wisatawan di daerahnya lewat berbagai kegiatan sosialisaisi, terutama lewat gereja.
"Lewat khotbah-khotbah di gereja diharapkan masyarakat diberi pemahaman soal manfaat industri pariwisata, bagaimana cara berperilaku menghadapi wisatawan, serta bagaimana cara untuk menjaga kelestarian alam dan budaya setempat," kata Rommy.
Untuk kepentingan sosialisasi itu Badan Otorita Pariwsaiata Danau Toba sudah menjalin kerja sama dengan pihak Gereja Katolik dan Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatera Utara.
Namun Sebastian Hutabarat, seorang pegiat lingkungan dan pelaku usaha wisata di Balige, Tobasa mengatakan program sosialisasi pariwisata lewat khotbah di gereja tidaklah cukup, tetapi memberi contoh adalah cara terbaik.
"Pemberdayaan rumah adat Batak menjadi homestay adalah contoh yang paling baik. Masyarakat yang mengusahakan rumahnya menjadi tempat penginapan, akan mendapat manfaat secara langsung, dan dengan sendirinya akan memberikan layanan yang terbaik agar usahanya berjalan lancar dan berlanjut. Beri contoh yang lain, itu yang perlu," kata Sebastian.
Di Siborongborong dan Balige, dalam beberapa tahun terakhir juga sudah tumbuh hoel-hotel baru, baik hotel berbintang maupun melati, seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang di Bandara Silangit.
Menurut Rommy Fauzi, jumlah hotel yang ada di sekitar kawasan Danau Toba, termasuk di kabupaten Siamlungun dan Karo, siap menampung kunjungan sejuta wisatawan ke daerah itu pada tahun 2019.
Tingkatkan Lama Tinggal Untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan di sekitar Danau Toba, Badan Otorita Pariwisata Danau Toba sudah mengembangkan "calendar of events" yang melibatkan tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba, yakni Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.
Kalender kegiatan tersebut akan dibuat setiap tahun, dan setiap kabupaten harus menjalankannya secara konsisten. Tahun 2017, ada 17 kegiatan dan untuk Tahun 2018 sedang dipersiapkan, kata Rommy.
Salah satu kegiatan yang sedang digarap, yakni atraksi budaya Batak secara kolosal, meniru konsep yang ada di China. "Kita akan bekerja sama dengan Vicky Sianipar untuk menggarap pertunjukan itu," katanya.
Pengembangan "sport tourism" juga telah dimulai dengan ajang Toba Gran Fondo 2016, yakni lomba balap sepeda sambil menikmati keindahan Danau Toba. Kemudian pada November 2017, diadakan lomba sampan marathon internasional (International Toba Kayak Marathon) di Balige dengan peserta dari berbagai negara, dan juaranya berasal dari Republik Ceko.
Arung jeram Sungai Asahan, yang berada di sekitar Parhitean, Kabupaten Toba Samosir, yang dinilai terbaik ketiga di dunia, terus dikembangkan menjadi ajang rutin setiap tahun.
Menurut Rommy Fauzi, untuk pasar Singapura pihaknya sudah menjual paket perjalanan wisata dari Silangit ke sekitar Danau Toba dengan harga 299 Dolar Singapura selama 3 hari 2 malam, dan 349 Dolar Singapura untuk 4 hari 3 malam, untuk dua orang.
Selain itu, kehadiran kapal pesiar berbentuk rumah adat Batak di Danau Toba diharapkan akan memberi layanan baru untuk mengunjungi berbagai objek wisata di sekitar Danau Toba, yang pada akhirnya akan meningkatkan lama tinggal wisatawan.
Untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial yang senantiasa terkoneksi internet setiap saat, pihak Telkom sedang membangun jaringan kabel serat optic untuk seluruh kawasan wisata di Pulau Samosir, dengan layanan minimal 3G. "Saat ini sedang dibangun dari Dolok Sanggul ke Pangururan," kata Rommy.
Mengingat saat ini wisman terbanyak yang berkunjung ke Sumatera Utara dan Danau Toba berasal dari Malaysia, jumahnya hampir 50 persen, maka para pelaku usaha restoran dan hotel di Pulau Samosir diminta menyediakan layanan yang halal.
Menurut Bupati Samosir Rapidin Simbolon, hotel dan restoran yang menyediakan layanan halal sudah tersedia ckup di Samosir. "Mungkin pelayannnya yang perlu ditingkatkan, termasuk soal kebersihan," katanya.
Yang tidak kalah penting, yaitu menyiapkan warga masyarakat sekitar Dana Toba untuk menyambut kehadiran wisatawan di daerahnya lewat berbagai kegiatan sosialisaisi, terutama lewat gereja.
"Lewat khotbah-khotbah di gereja diharapkan masyarakat diberi pemahaman soal manfaat industri pariwisata, bagaimana cara berperilaku menghadapi wisatawan, serta bagaimana cara untuk menjaga kelestarian alam dan budaya setempat," kata Rommy.
Untuk kepentingan sosialisasi itu Badan Otorita Pariwsaiata Danau Toba sudah menjalin kerja sama dengan pihak Gereja Katolik dan Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatera Utara.
Namun Sebastian Hutabarat, seorang pegiat lingkungan dan pelaku usaha wisata di Balige, Tobasa mengatakan program sosialisasi pariwisata lewat khotbah di gereja tidaklah cukup, tetapi memberi contoh adalah cara terbaik.
"Pemberdayaan rumah adat Batak menjadi homestay adalah contoh yang paling baik. Masyarakat yang mengusahakan rumahnya menjadi tempat penginapan, akan mendapat manfaat secara langsung, dan dengan sendirinya akan memberikan layanan yang terbaik agar usahanya berjalan lancar dan berlanjut. Beri contoh yang lain, itu yang perlu," kata Sebastian.
Tags
Wisata